Siapa Kamu (1)

145 5 0
                                    


Kebahagiaan merupakan sebuah anugrah yang jarang sekali orang syukuri. Kebanyakan manusia yang mendapatkannya, akan terlarut dan hanyut terbawa arus kebahagiaan itu. Entah disadari atau tidak. Mereka akan melakukan berbagai hal yang bisa menambah kebahagiaan mereka. Seperti ekspresi bahagia dengan berteriak sekeras mungkin, menangis haru, ataupun beraktivitas fisik tiba-tiba.

Namun, dari sekian banya ungkapan kegembiraan itu tergambarkan. Ternyata masih begitu banyak orang yang mampu mengendalikan emosi mereka. Bukannya teriakan, tangisan, atupun gerakan berlebih yang mereka lakukan. Melainkan suara lirih dan tubuh yang melemaslah yang mereka rasakan.

Kaki-kaki yang sedari tadi mampu menopang beban tubuh. Akhirnya roboh bersimpuh di tanah, tak kala kabar gembira itu datang. Begitu pula dengan lisan-lisan mereka yang tak tinggal diam. Berbagai pujian kepada Sang Pemilik Takdir, terasa menggelincir mudah dalam kebahagiaan mereka.

Kegembiraan itu pula, yang tengah dirasakan olehnya. Hari ini adalah hari yang begitu penting buatnya. Pagi yang begitu cerah, terasa menambah semangat yang tengah memuncak ini. Hal itu ternyata ia peruntukan untuk menyambut hari pertamanya menyemayamkan kata "Maha", di depan kata siswa.

Hari pertama ini pula, ia akan kembali menginjakkan kaki di gedung-gedung megah itu. Hari yang begitu pagi, ternyata tak menyurutkan orang-orang yang bertujuan sama dengannya, kuliah. Karena mereka tahu, bahwa kesan pertama atas segala sesuatu sangatlah penting. Sehingga jika melewatkannya, mereka akan membayar begitu mahal.

Setelah ia duduk di kursi yang ternyata masih dingin. Ditambah pula dengan keberangkatan seorang diri tanpa kawan sekamarnya. Ternyata tak bisa mengikis semangat yang tengah berkobar dengan gagahnya.

9:50

Itu merupakan waktu menandakan bahwa satu jam mata kuliah yang pertama berakhir. Satu jam yang dikonveksikan dengan ukuran waktu pada umumnya, maka hasil yang di dapat begitu mencengangkan. Hitungannya adalah satu jam mata kuliah sama dengan seratus menit waktu biasa atau satu jam empat puluh menit.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Krekkk.....

Suara khas pintu yang jarang di perhatikan untuk di beri oli pelicin. "eh, Ratna," tegasnya yang terkejut dengan kedatangan tamu yang tak terduga.

"Mas zen, mas Tofanya ada?"

"Ada, tapi lagi keluar sebentar," jawabnya menjelaskan keberadaan orang yang tengah dicari. "Masuk dulu rat," sambungnya seraya membalikan badan menuntun tamunya ini.

Ini untuk kali keduanya, ia dapat memasuki ruangan privasi ini. Ruangan dari seseorang yang mencintainya. Ruangan yang menjadi saksi bisu atas memuncaknya rindu yang sekian lama tak bertemu.

"Rat, anggap saja rumah sendiri," ucapnya mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu. Setelah itu, ia pergi melanjutkan pekerjaan yang ia tinggal. Mendekatkan langkahnya ke lemari berpintu dua, di ruangan lain, untuk mengambil sesuatu. "Lho... ngak kuliah ta?"

Setelah menyambar pakaian ganti di belakang pintu. Ia pun segera melanjutkan misinya untuk meraih gayung dan alat-alat mandi, yang berada dalam satu wadah. Segera, ia meluncur meninggalkan tamunya ini sendirian.

Di dalam ruangan yang lumayan besar ini. Wanita ini dapat melihat kembali ruangan yang pernah ia masuki sekali. Tempat dimana ada dua orang menaruh seluruh barang berharga di dalamnya. Terselip rasa penasaran di hatinya, untuk mengetahui isi dari lemari kekasihnya. Karena ia ingin mengetahui sesuatu yang spesial, agar dapat membahagiakan sang kekasih.

Namun, ketika ia sudah mendekati TKP, ada rasa bimbang di hatinya. Keinginan untuk melihat atau tidak, isi lemari yang terbuka olehnya. Daun pintunya ini perlahan-lahan yang semakin mendekat padanya. Almari yang tak disentuh oleh lelaki berhanduk tadi.

Jika aku tahu, apa yang disukai mas Tofa...

Pasti aku bisa membuat surprize untuknya...

Seteah merenung singkat, akhirnya tangan itu meraih gagang pintu ini. Musnahlah semua pertanyaan di hati. Terjawab dengan berbagai benda yang disembunyikan dalam brankas kayu itu.

Foto yang terpampang manis di tengah figura. Memuat dirinya dalam pengabadian momen yang ia lupa kapan diambil. Figura yang berhiaskan manik-manik manis, membuatnya merasa spesial di hati dan kehidupan sang pujaan hati.

PRIVATE

Itulah tulisan yang tertera pada kotak yang ada dibagian dalam lemari. Kotak yang tersimpan rapi pada lantai terbawah itu, terasa memancing masalah untuknya. Melihat kotak kayu yang di gembok, menjadikan dirinya disibukkan oleh rasa penasaran.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang