Pembohong Besar (8)

89 2 0
                                    


Setelah kejadian di depan area pertokoan itu. Mereka berdua pun melanjutkan perjalannya. Berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar yang telah habis.

Ia kemudian memilih restoran yang berada di dekat tempat mereka berbelanja tadi. Selanjutnya mereka pun memesan makanan yang mereka sukai. Segera, setelah makanan itu datang. Merekapun segera menyantapnya dengan lahap dan mengakhiri kisah indah mereka hari ini.

"Bagaimana dengan rencanamu tadi?" tanya Yuli kepa seseorang yang berada di ujung telephone.

Itulah hal pertama yang ia lakukan di ruang pribadinya ini. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk yang ingin mengajaknya berbicara. Ia pun segera mengiyakan, dan meninggalkan kekasihnya di meja makan sendirian.

"Sabar saja, pasti ada jalan," sambungnya menghibur pemilik suara di ujung sana. "Oh ya.. makasih ya.. idenya topcer banget... dan sebentar lagi aku akan tunangan," pungkasnya bahagia, memeluk guling yang seukuran dengan tubuhnya.

"Dengan mas Imam tentunya."

Tok... tok...

"Eh, udah dulu ya fa.. ada mama," ucapnya mematikan panggilan itu, seraya membukakan pintu yang terkunci. "Mama."

"Bagaimana keadaanmu?"

"Yuli seneng banget. Akhirnya papa mau merestui hubungan kami," jawabnya bahagia. Memeluk seseorang yang telah memiliki ikatan batin dengannya. Seseorang yang bukan saja menjadi ibu yang membimbingnya. Melainkan juga sebagai sahabat terbaik baginya. Terlebih dengan usahanya lah, ia dan sang kekasih mendapat restu sang ayah, pada akhirnya.

Padahal, sudah tak terhitung berapa banyak usaha yang telah dilakukannya. Setiap usaha untuk mewujudkan impiannya itu. Mungkin, jika difikirkan baik-baik. Saat ia melakukan hal nekad yang mengancam nyawanya. Tentu saja sang ayah yang sekaliber anggota polisi, bisa menggagalkan rencananya. Tetapi berkat aksi ibunya yang begitu khawatir. Membuat langkah ayahnya menjadi lebih berat untuk menyelamatkanku dengan usahanya sendiri.

"Iya... tapi jangan memaksakan diri. Nanti kandunganmu kenapa-napa.." ucap seorang ibu yang khawatir kepada anaknya.

Ia pun hanya tersenyum bahagia mendapat perhatian itu. Secepatnya ia memeluk orang yang telah melahirkannya ke dunia yang fana ini. Melahirkan dengan beribu sakit yang ia rasakan. Sehingga ia pantas untuk menerima surga tanpa perhitungan amal yang begitu teliti. Kelak, di hari semua amal akan dihitung berdasarkan semua perbuatan pelakunya sendiri.



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang