Pesantren Itu Apa? (4)

99 4 0
                                    


Nongkrong...

Adalah salah satu kegiatan yang paling banyak digandrungi oleh setiap kaula muda. Kegiatan ini begitu sangat mengidentikkan mereka dengan yang namanya kebersamaan dan kegembiraan. Sehingga dalam pelaksanaannya, nongkrong pun memilih tempat yang asik atau menarik untuk dijadikan basecam mereka.

Tapi sayang, kegiatan mereka ini tak selamanya berjalan dengan baik. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan kegiatan mereka ini terkadang melanggar norma, bahkan hukum sekalipun. Sehingga sering membuat warga sekitar menjadi was-was terhadap aksi mereka.

Tawuran, perkelahian, penganiayaan, bahkan minum-minuman keras. Merupakan sebagian kecil dari akibat bila salah memilih teman nongkrong. Selain itu pula, ada kalanya mereka yang nongkrong bersama, mendirikan sebuah gang untuk memproklamirkan eksistensi mereka. Sehingga, mereka berani melakukan aksi kriminalitas, karena bisa berlindung dan jumawa dengan nama gang mereka.

Namun, tak selamanya hal ini terjadi. Ada begitu banyak pula tempat nongkrong yang membawa banyak manfaat. Seperti kelompok nongkrong yang membuat komunitas komikus, sulap jalanan, dan olah raga. Mereka menggunakan fasilitas dari negara untuk memaksimalkan hobi mereka. Bukan malah merusaknya atau mengganggu ketentraman masyarakat sekitar.

Dan kegiatan ini pula yang mereka berdua lakukan. Hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka, tak kala kepenatan kuliah yang begitu banyak menguras fikiran. Sehingga refreshing yang mereka butuhkan adalah menghirup dinginnya udara malam.

"Fa, emang kamu ngak apa-apa jalan denganku?"

"Biasa lagi. Ratna kan ngak cemburuan kaya kamu," jawabnya meledek seseorang yang tengah dirundung awan hitam.

"Huh.." ujarnya cemberut membuang arah pandangnya ke komunitas pesulap, yang melakukan aksi sulap di depan mereka.

"Lagian, dia lagi pulang ke jakarta kok," jelasnya yang tengah asik dengan browsing di handphonenya. Melupakan pertunjukkan menarik yang ada di depannya ini.

"Pantes, mukamu ketekuk terus," ujarnya menyerang balik sindiran yang sedari tadi membuat dirinya jengkel.

"Bukannya kebalik?" tangkisnya kuat. "Eh.. yul, bagaimana usahamu kemarin?" tanya tofa menghentikan perang dinginnya ini.

Ia pun langsung menceritakan kembali eksekusi rencana ini. Tentang dirinya yang mendatangi si pujaan hati di pondoknya. Ia harus langsung mengajaknya ke tempat romantis, sebelum ia memfikirkan lebih lama. Dan sesampainya di tujuan, ia akan memberikan kado yang telah ia siapkan.

Namun, rencana itu ternyata tak berhasil seratus persen. Karena dirinya ternyata masih begitu lemah, untuk memaksakan kehendak kepadanya. Sehingga rencana romantis itu akhirnya gagal. Tapi, ada sedikit keberhasilan yang ia dapat. Kadonya yang diterima, begitu juga dengan janji untuk bertemu di hari esok.

"Oh iya fa... makasih ya atas infonya..." ucapnya teringat dengan asal mula semua ide itu berasal. "Kalau kamu ngak ngasih tahu. Aku ngak bakalan tahu kalau kemarin itu hari lahirnya."

"Iya sama-sama."

"By the way, kamu tahu dari mana?"

Nuansa hening pun langsung tercipta dengan cepatnya, menandakan diamnya kali ini tengah memfikirkan seuatu. "Dari Toni," jawabnya teringat seseorang yang perah diceritakan oleh yuli. Seseorang yang menjadi saksi buta, saat ia pertama kali bisa jatuh hati ke si monyet. "Yul... apa menurutmu dia tidak kelewatan? Masa tidak peka dengan kode yang sudah jelas... las seperti itu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Lha mau bagaimana lagi," ucapnya putus asa. "Kemarinkan ulang tahunnya. Aku mengadonya saja masih dicueki," timpalnya jatuh semakin dalam. "Cuma terakhir sih, dapat senyuman manisnya," pungkasnya mengingat percakapan singkat sehari setelah ia pergi ke pondok itu.

"Maksudnya?"

"Kan dia janji ke aku mau makan bareng. Pas disana sih dia kelihatan akrab. Bahkan dia bisa membuatku tersenyum. Eh taunya, setelah makan, dia malah langsung pulang," jelasnya teringat kenangan singkat di kafe itu.

Ia pun hanya melihat sahabatnya ini dengan tatapan lucu. Pengin ketawa, tapi tak tega. "Mau ku bantu ngak?" tawarnya setelah menarik nafas panjang.

"Emang kamu bisa apa?"

"Wah.. ngremehin Ahmad Mustofa. Bakal nyesel kamu lho..." ucapnya membusungkan dada. "Tapi caranya harus ekstrim. Soalnya cara biasa sudah tidak mempan."



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang