Sebelum itu...
Entah mengapa harinya kali ini terasa begitu sepi. Bukan karena di tinggal pergi oleh teman sekamarnya. Namun ia merasa karena ada seseorang yang telah lama tak dilihatnya. Sudah seminggu ini, ia telah izin untuk tak mengikuti perkuliahan.
Kamu kemana?
Apakah kamu sakit?
Atau kamu lagi ada masalah?
Hembusan nafasnya pun terasa begitu berat ia hempaskan. Fikirannya masih saja tak bisa ia lepaskan dari belenggu itu. Di kelas ini pun, suara dosen yang tengah menerangkan pelajaran, terasa hanya ada di agan-angannya.
Tangannya pun masih saja menyibukkan dirinya. Seolah tangan ini mampu mengungkapkan isi hatinya. Coret-coretan yang tertuliskan nama sendiri. Bersanding dengan nama seseorang yang sedari tadi telah bersemayam di alam fikirnya.
"Nis.."
Terlepaslah lamunannya ketika ada tangan hangat menyentuh kulit tangannya. Ia pun tersadar, melihat seseorang yang tengah khawatir terhadap dirinya. Menyadari akan keganjilan dirinya pada hari ini.
"Ada masalah?"
Ia pun hanya menjawabnya dengan gelengan, terbalut senyum palsu.
"Sudah sepi. Ayo pulang."
Naungan sepi itu pun mengkuti perjalannya ini. Hingga ia masuk ke tempat seharus ia menjadi tenang. Tetapi ia malah bertambah membuatnya semakin berat untuk menghembuskan nafas.
Dear diary
Ku telah mencoba melupakan dirinya..
Namun rasanya itu sulit..
Seperti membunuh diri ini, dengan kedua tangan ini...
Ku tahu mbak Ratna jauh lebih baik untukmu, pulpenku sayang...
Namun aku sulit melepaskan rasa indah ini..
Entah mengapa rasa ini sungguh bisa mengalahkan semua yang ku rasa...
Apakah salah jika aku memendam rasa ini?
Rasa yang tertumpuk ini pun akhirnya terpecah juga. Membuat pertahanan yang telah rapuh, kini hancur luluh lantak. Ia begitu tak kuasa menahan air mata yang telah jatuh membasahi lembaran buku di depannya.
Ingin sekali ia mengurai rindu ini. Tapi ia tak mungkin untuk menemukan jalan untuk meluapkan kerinduannya ini. Hanya lembaran kisah masa lalu lah yang kini bisa ia kenang.
Rentetan kisah yang baru saja ia mulai tuliskan dalam lembaran kisah ini. Seorang lelaki yang mampu merubah dirinya. Merubah menjadi seseorang yang menjadi lebih baik lagi.
"Ini..." ucapnya melihat sebuah lembaran yang terasa asing baginya.
Ku tak salahkan dirimu
Akan rasa indah nan syahdu
Tuk sampaikan salam merdu
Pada pangeran pemilik rindu
Entah dalam dada yang satu
Lewatkan rasa yang membelenggu
Hingga tak sadar menyakitimu
Wahai adikku yang lugu
Ku yakinkan dia bukan jadohku
Biarlah ku pendam rasa cemburu
Agar tiada yang menyatu
Tuk hancurkan perjalanan indahmu
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]
EspiritualContact: via WA only: 085224018565 "Assalamu'alaikum." Terdengarlah suara yang ia rasa ingin berbicara dengannya. Suara yang tengah tersengal-sengal karena deraian nafas yang telah memburu. "Wa'alaikumsalam," jawabnya melihat seseorang yang tergopoh...