Dia Itu, Anis (6)

143 5 0
                                    


Di belahan bumi Malang yang lain. Tugas yang begitu menumpuk, membuat kedua orang ini harus menyendiri. Menyelesaikan seluruh tugas rumah yang tak kunjung selesai. Isolasi yang telah membuat kedua mata mereka memiliki kemiripan dengan seekor hewan yang begitu terkenal di negeri tirai bambu.

Hewan yang selalu menjadi ikon karena tingkah dan sifatnya yang begitu lucu. Membuat hewan ini tak menjadi hewan pada umumnya. Sudah banyak pula film-film yang telah dibintangi hewan ini. Menjadikan rating hewan ini setara dengan hiu, buaya, lumba-lumba, dan hewan buas lainnya.

"Zen, bisa bantu ngak?" tanyanya yang sudah mempunyai jalan buntu pada otaknya. Tak mengetahui perihal yang memang sedikit gaptek tentang hal-hal yang berbau teknologi.

"Ada apa?"

"Cara buat ini bagaimana?" timpalnya menanyakan hal yang sedari tadi menjadi bahan fikirannya. Menunjukkan gambar pada buku panduan yang membuatnya begitu pening. Rasa putus asa akan kemampuannya, membuatnya menjadi pesimis akan hasil akhir yang akan ia dapat nanti. Namun, ia sendiri juga menyadari hal itu, menjadikannya hanya ingin survive dalam mata kuliah yang sulit ini.

"Ini, pakai design. Terus watermark..." jawabnya yang telah mengerti memakai sistem kerja salah satu dari program aplikasi Microsoft Office. Program ini merupakan salah satu program wajib yang harus ada pada sistem operasi layar Windows.

Setelah mendapat pencerahan dari sahabatnya. Ia pun seperti seseorang yang baru terbakar semangatnya. Segera ia memanaskan kembali mesin otak yang sedari tadi membeku, agar dapat memecahkan puzzle yang belum di mengerti olehnya.

Selang beberapa saat. Kembali, tubuh yang terdorong NO2 ini langsung berhenti seketika. Ia menyadari bahwa ia telah mencapai puncak dari otaknya. Akhirnya ia kembali menyerah akan kebuntuan jalan fikirannya.

"Kenapa kamu fa? Gagal?"

"Sulit zen. Kerjain ngapa?" pintanya memuji sahabat yang ia rasa jauh lebih mampu dari pada dirinya. Serasa ia kembali pada fitrah dirinya yang sebenarnya. Bila ia masih begitu membutuhkan bantuan orang lain dalam beberapa hal.

"Nanti saja, kerjaanku sekarang masih banyak."

"Nah, itu yang baru dinamakan sahabat," ucapnya bahagia.

Ia pun hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya. Mengekspresikan kata-kata yang tak mampu terucap oleh mulut. "Ngomong-ngomong fa... kenapa Ratna bisa amnesia seperti itu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan, serta menjawab rasa penasaran yang selalu mengganjal fikirannya.

Ia pun segera menceritakan perihal kecelakaan maut itu. Kejadian yang dialami keluarga sang kekasih di tol Cipularang tempo lalu. Kejadian ini pula yang membuat kekasihnya menjadi seorang yatim piatu.

Kecelakaan tunggal yang bermula akibat keteledoran sang sopir yang tidak memperhatikan jalan yang ada di depannya. Usahanya untuk menghindari mobil yang ada di depannya. Malah membuat mobil yang ditumpanginya menghantam dengan keras, tembok pembatas tol yang tengah dalam kondisi hujan lebat saat itu.

"Kasihan sekali dia."

"Iya... eh kamu tahu tidak zen? Sebenarnya umur Ratna dengan umur kita itu sama. Namun, karena ia harus koma untuk beberapa bulan, dikarenakan syok berat atas kecelakaan itu. Jadi dia harus berhenti dulu," ucapnya yang membayangkan kondisi sang kekasih yang dulu begitu memperihatinkan. "Dari kejadian itulah. Dirinya harus di jaga ekstra," timpalnya membenarkan tindakan otoriter itu.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang