Penyatuan Hati (3)

101 2 0
                                    


Sebelum itu...

Di ujung koridor kamar yang begitu sunyi. Hanya ditemani oleh sepercik cahaya yang mampu menembus tirai biru itu. Memancarkan pantulan kesedihan yang telah menguasai tempat itu.

Di kursi itu. Terduduklah seseorang yang masih berkutat dengan maksud dari mimpinya semalam. Pratanda apakah yang telah Sang Khaliq ciptakan untuk dirinya. Takdir manakah yang akan ditentukan kepadanya. Kepedihan, ataukah kebahagiaan? Entahlah. Dia sendiri pun tak mengetahui sama sekali tentang hal ghaib itu.

Malam yang begitu larut itu. Dirinya terbangun membayangkan sesuatu yang begitu menggusarkan hatinya. Maksud dari tulisan yang terasa telah ia mengerti sedikit. Puisi yang menyuruhnya untuk menggantikan posisi si penyair. Posisi untuk hidup bersama, membahagiakan lelaki yang sama-sama mereka cinta.

Tak kala itu juga. Ia teringat dengan salah satu nasehat dari sang kakak.

Kalau kamu sedang bimbang.

Langkahkan kakimu untuk berwudhu.

Sholat istiqoroh dua rakaat.

Minta petunjuk kepada Sang Pencipta.

Berdoalah dengan kesungguhan hati.

Kemudian tidurlah langsung.

Insyaalloh akan ada jawabannya.

Terbuktilah semua perkataan itu. Ketika semua kayfiyah itu telah dilakukannya. Anis pun mendapatkan sebuah mimpi yang kini menjadi bahan fikirannya.

Di dalam mimpi itu. Dia mendapati dua orang yang bermuka sangat terang. Menyuguhkan segelas air di setiap tangan mereka. Lelaki yang ada di kirinya, membawakan segelas air susu. Sementara yang lain membawakan segelas air putih saja.

Ia yang tak mampu melihat wajah mereka berdua. Kini mengambil salah satu gelas yang telah disuguhkan kepadanya. Air susu, adalah pilihannya. Segera, ia meminumnya dengan lahap.

Sementara itu, gelas lain yang hanya berisis air putih bening. Mengundurkan diri, mendekat kepada sang pelayan. Bersamaan dengan itu, cahaya yang menutupi wajah mereka pun mulai meredup perlahan.

Betapa terkejutnya ia. Menutupkan tangannya kepada mulutnya. Seolah-olah tahu dari manakah kebanyakan dosanya berasal. Layaknya pria yang menutupi kedua matanya. Bila mereka menangis, mengintropeksi diri.

Ternyata pemilik air putih yang tak dipilihnya adalah lelaki yang selama ini ia idam-idamkan, Imam. Perlahan namun pasti, pemilik gelas itu pun menjauh. Meninggalkan pemilik air susu yang masih mendampinginya, Tofa.

Segera ia memanggil-manggil lelaki yang mulai terbang meninggalkan mereka berdua.

Di atas sana. Lelaki itu ternyata telah ditunggu oleh seorang wanita yang wajahnya juga bercahaya. Sehingga ia tak mampu untuk mengetahui siapa wanita itu. Tertelan cahaya lain yang datang dari belakang mereka.

Mimpi itulah yang tak bisa ia tafsirkan sendiri. Selain hal itu, kesesalan di hatinya begitu memuncak. Karena ia tak memilih air putih bersih itu. Sehingga membuatnya merenung tak berujung, menorehkan air putih lain dari kedua matanya.

Namun, di sisi lain. Anis masih ragu dengan siapakah lelaki itu akan bersanding. Mungkinkah dengan kakak sepupunya. Ataukah dengan tunangannya, yang ia ketahui bernama Yuli ini.

Semoga saja engkau akan memilih sepupuku...

Karena lelaki sebaik dirimu...

Haruslah bersanding dengan wanita sebaik mba Ratna...



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang