Penyatuan Hati (8)

111 2 0
                                    


"Mas Imam... Mas Imam..." teriaknya ke segala penjuru. Bersaingan dengan melodi langit yang masih saja meraja.

Tubuhnya pun mulai merasakan dinginnya udara sekitar. Ia tak sempat menyalahkan dirinya sendiri. Karena lupa dengan peralatannya yang tertinggal di tenda darurat kelompoknya.

Oleh karena itu, ia hanya mengandalkan kondisi fisiknya yang sebenarnya tak sehat seratus persen. Namun, demi menemukan sang pujaan hati. Ia merasa pengorbanan seperti ini bukanlah hal yang serius. Sebentar lagi ia yakin, bahwa ia akan menemukan kekasihnya itu.

Pencarian yang hanya mengandalkan penglihatannya. Mencari sosok yang tengah ia telusuri di antara berbagai rentetan hijau daun yang memunculkan warna aslinya. Apalagi dengan suaranya yang sudah mulai melemah, terkalahkan oleh suara langit yang masih bergemuruh ria.

Tak terasa, ia sudah berada di atas bukit yang begitu curam. Terlihat ada jalan setapak di bawanya. Memisahkan dirinya dengan air sungai yang mengalir deras di bawahnya.

"Mas Imam..."

Kembali, dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Ia mengeluarkan seluruh tenaganya, memfokuskan pada organ pita suaranya. Dengan bantuan kedua tangan yang seolah menjadi pemantul suara, ia pun segera meneriakkan nama itu sekali lagi.

Ratna...

Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini?

"Rat..."

Tercekiklah suaranya, ketika mendapatkan satu pencerahan yang tiba-tiba masuk ke dalam hatinya.

Ini kesempatanmu...

Apakah kamu ingin membiarkan dia merebut kekasihmu? Cinta hidup dan matimu?

Kembali, ia melihat ke arah wanita yang tengah berjalan gontai itu. Menyandarkan tangan kanan pada dinding tebing yang begitu curam. Sementara di sisi kirinya, banyak pohon tinggi yang mencegah abrasi air sungai yang meluap, serta berarus deras, membawa segala benda yang terseseret olehnya.

Apakah kamu mau mendapatkan cintamu dengan jalan seperti ini?

Entah fikiran apa lagi yang datang pada hatinya. Dirinya yang sedari tadi telah memegang batu seukuran kepalanya. Tergeletak di sampingnya. Seolah-olah memudahkannya untuk menyelesaikan dinding penghalang persatuan cintanya ini.

Tenang saja...

Tubuhnya takkan ditemukan dengan segera...

Arus itu kuat untuk menghilangkan jejaknya...

Tejatuhlah batu yang digenggamnya dengan kuat. Menggelapkan seluruh hatinya yang telah terbutakan oleh kecemburuan cinta. Arah yang tepat mengenai target yang telah sampai di bawahnya.

Apa yang aku lakukan...

Tercenganglah ia, sesaat setelah batu itu meluncur dengan cepatnya. "Ratna awas..." teriaknya sekuat tenaga, menyesali segala tindakan yang tak sempat ia fikirkan ini. "Mas Imam.." teriaknya sekeras mungkin, melihat kejadian di depan matanya itu.

Di arah belakang. Regu yang mendengar teriakan itu pun segera menuju sumber suara. Sesampai di tempat itu, mereka hanya mendapati kawan mereka tengah pingsan karena kedinginan.

"Segera... bawa dia.." ucap Firman sigap. Membopong tubuh wanita itu ke tempat yang lebih teduh.

"Mas... Mas Imam..."

Terdengarlah suara lirih dari belakangnya. Segeralah ia turunkan tubuh itu, bersandar di pohon rindang ini. "Yul... Yuli... sadar..." ucapnya seraya menampar pelan pipi korban.

Beberapa saat kemudian. Mata sayu itu pun segera terbuka, dan terbelalak cepat. "Mas Imam... tolong mas Imam," ujarnya menangis keras, mengoncang-ngoncangkan tubuh lelaki yang ada di depannya ini.

"Tenang yul... tenang..." ucapnya seraya memegangi tubuh yang memberontak itu. "Sebenarnya, ada apa? Di mana Imam? Apa yang terjadi dengannya?" tanya sang ketua regu pencari itu.

"Mas Imam.. Mas Imam.. jatuh ke sungai."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang