Liontin Ini (1)

92 4 0
                                    


Takdir...

Memang sesuatu yang tak pernah bisa ia perkirakan dengan semua perhitungan dan prediksi yang ia miliki. Misteri takdir yang begitu besar, menjadikan seluruh masa depan berada dalam kesamaran. Tak ada seorang pun yang akan mampu memprediksinya secara tepat. Bahkan seseorang yang bernama peramal dan seseorang yang mengamalkan ilmu nujum, takkan pernah bisa memastikan semua perkataannya adalah sebuah kebenaran mutlak.

Namun, uniknya takdir itu seperti terbentuk dari banyak faktor yang tak diketahui. Tetapi semua itu kembali pada sikap diri kita sendiri. Maukah kita tunduk pada takdir yang tak selamanya berakhir baik, dalam artian kita pasrah dan menerima semua katetapanNya. Atau pun malah sebaliknya.

Masih banyak di antara kita, jika ada suatu rencana yang sudah matang direncanakan. Namun saat eksekusi, banyak kejadian yang tak terduga, yang terjadi. Sehingga rencana kita berakhir dengan sebuah kegagalan atau kerugian.

Di saat seperti itu, apakah kita masih bisa bersabar. Tak menyalahkan takdir. Bahkan tak menyalahkan Sang Pemberi Keputusan Takdir mu?

Ternyata, takdirnya kini telah menuntunnya untuk bertemu dengan lelaki ini. Lelaki yang membutuhkan informasi tentang sang kekasih. Hingga memunculkan rasa curiga dan cemburu yang datang bersamaan.

Bahkan, setelah itu. Keinginannya untuk memastikan keadaan sang kekasih yang tengah jauh darinya. Perpisahan yang hanya diberi tahukan lewat pesan elektronik, membuat dirinya begitu menghawatirkannya. Terlebih, dengan satu kata yang masih saja terpatri sangat dalam di hatinya.

Ratna akan segera sadar...

Biarlah dia yang memutuskan...

Siapa sebenarnya yang dicintainya...

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," ucap seseorang yang jauh di sana. "Eh Tofa. Bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah Tofa di sini, sehat wal'afiat. Kalau keluarga di sana bagaimana bu?" tanyanya balik kepada seseorang yang telah menjaganya dalam kandungan selama sembilan bulan sepuluh hari.

"Alhamdulillah semua juga sehat. Tapi ibuk lagi kesepian."

"Memang bapak ke mana?"

Berubahlah tempo suara di gagang telfonnya ini. Pada awalnya suara ini begitu lancar dan fasih. Kini terasa ada beban yang tengah dibawanya, rasa rindu. "Lagi ditugasin di luar kota," jawab beliau singkat. "Eh.. bagaimana keadaan mantuku?"

Ia pun kaget dengan pertanyaan dari orang yang telah menyusuinya dengan penuh kasih sayang. "Memang Ratna belum ke rumah?"

"Lho. Apa Ratna ke sini?"

"Katanya sih begitu. Malah sudah berangkat tiga hari yang lalu," jawabnya menuturkan kronologi kepergian orang yang begitu ia cintai.

"Sudah kamu hubungi?"

"Sudah," ucapnya mendapatkan suatu keanehan. "Katanya sudah di rumah."

Ia pun mencurigai tingkah dari kekasihnya ini.

Kemanakah kau pergi, Ratna?

Padahal sejak lama, ia tak pernah melakukan hal ini. Jika ia pergi ke suatu tempat, tanpa dirinya. Sang kekasih akan memberitahukan dan mengabari dirinya secepat mungkin. Dan dia tak pernah berbohong seperti ini. Sebelum bertemu dengan lelaki yang bernama Imam ini.



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang