Cincin Tunangan (2)

101 4 0
                                    


Hari berganti hari, menutup lembaran yang telah muncul akibat pertikaian itu. Kini dirinya sendiri telah begitu menjaga jarak dengannya. Seorang lelaki yang tengah berusaha merusak hubungannya dengan sang pujaan hati.

Bahkan, berbagai usaha yang dilakukan lelaki itu untuk mendekatinya. Ia mentahkan dengan sekuat tenaga. Hingga pada suatu ketika ia harus mengeluarkan kata-kata ultimatum kepada lelaki itu.

Cukup...

Bila kamu masih begitu kokoh menjejalkan doktrin dan perhatianmu...

Maaf, aku tidak bisa bertemu lagi denganmu...

Dan aku akan sangat membencimu...

Sejak hari itulah kecermatan yang ditujukannya untuk selalu waspada pada awalnya. Kini sedikit demi sedikit terkikis angan yang lewat, mendatangkan kedamaian dalam hatinya. Namun, perkataan lelaki itu telah mampu menyihirnya, melupakan jam-jam pelajaran yang ia lewati dengan lamunan.

Kenapa dia begitu gigih, agar aku mengingat masa laluku?

Apakah benar apa yang dia katakan?

"Hayo.. ngelamun saja."

Pandangan kosongnya pun teralihkan dengan seketika. "Eh, mas Tofa," ucapnya menyadari kedatangan sang kekasih.

"De, jalan yuk?"

"Kemana?"

"Ke tempat kesukaan mas," ucapnya sedari melangkah keluar, diikuti wanita yang telah selesai memberesi seluruh barang bawaannya.

Langkah mereka pun segera terhenti di tempat parkiran.

"Mas, ini motor siapa?"

"Pinjem dari teman."

Entah mengapa kali ini, ia merasa lebih dimuliakan, tidak seperti biasanya. Terlebih sang kekasih hati, mau repot-repot melakukan hal seperti ini. Padahal merepotkan orang lain adalah hal yang paling dia benci.

"Ayo de... jangan melamun saja," ucapnya menyodorkan helm itu kepada wanita yang masih saja melamun tak menentu.

Perjalanan yang lumayan menguras tenaga itu pun akhirnya telah membuahkan hasil yang begitu manis. Lika-liku jalan raya yang begitu menyita perhatiannya, kini mulai terbayarkan dengan pandangan dan suasana yang ada di sekitarnya sekarang. Semua terasa sempurna, terlebih dengan hadirnya sang kekasih hati.

Nuansa hutan yang masih begitu sepi, ditambah dengan kicauan burung yang masih begitu mandiri. Menjadikan tempat sepi ini serasa sebagai markas tersembunyi yang aman dari jangkauan musuh. Segera, kendaraan beroda dua itu berbelok kearah lereng bukit yang begitu indah, agak jauh dari jalan raya yang begitu ramai.

"De, kita sudah sampai."

"Di mana kita mas?"

"Tempat favorit mas. Bukit Cinta," jawabnya sedari pergi ke tepi bukit yang menapakkan ke indahan kota Malang. "Mas dan teman-teman tak sengaja menemukan tempat ini."

Ratna pun takjub dan mengkuti langkah kaki yang begitu kuat itu.

"Jangan bergerak."

Mereka begitu terkejut melihat dua orang perampok bertopeng yang memegang parang dan samurai itu. Mungkin inilah yang disebut dengan begal motor. Gerombolan yang sangat meresahkan masyarakat, karena aksinya yang terlalu nekad. Mereka berani membacok atau membunuh korbannya, jika mereka melawan untuk dijarah.

"Mas.." ucapnya takut, melihat mereka yang tengah ditodong pisau.

"Tenang saja, mas di sini," ucapnya menenangkan sang kekasih, meski raut ketakutan tak bisa lepas dari wajahnya.

"Serahkan seluruh harta kalian," ancam seorang perampok yang menghampiri mereka dengan tangan menadah.

Agar mereka mendapatkan peluang hidup yang lebih banyak, maka mereka pun melakukan perintah itu. Ia kemudian menyuruh sang kekasih yang ketakutan untuk menyerahkan seluruh harta bendanya. Begitu pula dengan dirinya, yang takut terjadi apa-apa dengan sang kekasih, akhirnya menyerahkan kunci motor berserta harta berharga yang ia miliki.

Dengan segera, kedua perampok itu kabur memakai sepeda motor jarahan mereka. Meninggalkan kedua korbannya dalam kepiluan.

"Mas, kejar mereka," ucapnya histeris berlinang air mata.

"Sudah.. sudah..." tegasnya menenangkan wanita yang tengah lunglai, jongkok menunduk ke bawah, mencoba menerima keadaan yang telah terjadi.

Dan ia pun ikut melakukan hal yang serupa. "Sudahlah de, mungkin ini adalah yang terbaik untuk kita, dan yang terpenting ade selamat... itu merupakan harta yang paling berharga bagi mas," ucapnya yang dapat membuat wanita itu dapat menegakkan kepalanya, terharu melihat sang kekasih.

Kilauan benda yang tertangkap oleh bola matanya, membuat ia heran tak bisa menjelaskan semua ini. "Apa maksudnya mas?"

"De, maukah engkau menikah denganku?"

Aku ingin... mempersuntingmu...

Untuk yang pertama... dan terakhir...

Jangan kau tolak dan buatku hancur...

Aku takkan mengulang untuk meminta...

Satu keyakinan hatiku ini...

Akulah yang terbaik untukmu...

Nyanyian sekelompok orang yang diiringi sebuah gitar dari belakang mereka. Disusul dengan dua perampok tadi, yang kembali lengkap dengan barang yang mereka curi. Membuat wanita ini semakin binggung tak bisa berkata apapun.

"Akulah yang ter... baik untukmu..." sambungnya mengikuti bait terakhir dari salah satu band yang terkenal dengan pianikanya.

Ia begitu terharu melihat kejutan itu dari kekasihnya. Hanya bisa menutupi mulutnya yang tak bisa berkata-kata. Meninggalkan air mata haru dalam pipinya.

"De, sebenarnya mereka semua adalah teman-temannya mas. Dan drama perampokan itu juga idenya mas."

Entah apa yang tengah ia rasakan ini. Hati ratna begitu berbunga-bunga, sekaligus jengkel melihat dirinya dikerjai. Hingga membuat dirinya menderita rasa yang sangat ingin meledak dari tubuhnya ini.

"Jadi, Ummi Ratna maukah engkau menikah denganku?"


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang