Maafkan Aku (5)

80 2 0
                                    


Sudah beberapa hari ini kakaknya masih berbaring lemah di ranjang empuknya. Untung saja ini bukanlah hari beraktivitas kampus. Sehingga ia terselamatkan dari aturan yang mewajibkan mahasiswa harus hadir minimal delapan puluh persen.

Aturan yang ditambah dengan di hitungnya sakit dan izin. Serasa menjadi batu pengganjal bagi setiap mahasiswa yang jujur. Akan tetapi, apabila aturan itu dilonggarkan, tentu banyak mahasiswa yang akan memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan hal lain. Menjadikan sakit dan izin sebagai benteng mereka, ketika mereka melarikan diri dari kelas.

Kejadian yang telah di laluinya, kala sore itu. Terasa begitu berat ia simpan sendiri. Keadaan seseorang yang lebih memilih istirahat di atas ranjang yang penuh duri. Pilihan yang tak lebih baik dari pada berbaring di atas ranjang yang empuk dengan berbagai peralatan medis yang mendukung. Membuatnya harus befikir keras, agar keadaan tak semakin memburuk. Apalagi, jika ia harus berpisah dengan kakak sepupunya ini. Pasti ia akan merasa sangat bersalah.

"A... as.. assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam," jawabnya melihat seseorang yang ada di depannya. "Ada apa, nis?" tanyanya seraya tersenyum ramah melihat kedatangan wanita ini di tempat favoritnya, masjid.

"A.. a.. ku..." ujarnya tak bisa menahan rasa yang ada di benaknya.

"Ada apa?"

"Aku mau bilang."

"bilang apa?"

"Terima kasih atas buku yang telah kau pinjamkan kepadaku," ucapnya secepat kilat, layaknya kereta Sinkansen. Wajah yang telah merah padam, membuatnya tak bisa melihat kedua mata yang masih binggung itu. Hingga dengan sendirinya, ia pergi meninggalkan lelaki itu. Tentunya setelah meletakkan buku di tangan orang yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Bodoh.. bodoh.. bodoh.." gerutunya tak kala sudah cukup jauh, hilang dari pandangan lelaki itu.

Kenapa aku tidak bisa mengendalikan rasa ini...

Anis pun hanya bisa tertunduk menyandarkan dinding yang tak akan menghianatinya. Sambil duduk menenangkan dirinya, karena rasa gugup yang menjalar cepat ke seluruh tubuh. Sehingga hal itu menjadi penyebab kegagalan rencananya kali ini.

Namun, karena entah mendapat ilham dari mana. Ia pun mendapat sebuah ide cemerlang. Ia pun segera mengeluarkan sebuah pulpen dan selembar kertas dari tas punggungnya. Tempat buku tadi disimpan.

Mba Ratna sakit

Tolong di jengguk

Dia sekarang mengharapkan kedatanganmu

Segera, ia menarik nafas panjang dalam tubuh sigapnya.

Bismillah...

Semoga ini berhasil...

Dengan segera, ia pun kembali menuju ke lelaki yang masih sibuk membaca komik kesukaannya. "Mam..." ucapnya seraya memberikan kertas tadi. Setelah targetnya menerima kertas memo itu. Ia pun segera pergi tak kalah cepat dengan kecepatannya tadi. Dan dari balik tembok sana, ia memantau apa yang akan terjadi.

Dari jauh, ia melihat lelaki itu hanya terpaku memandangi kertas itu.

Semoga saja dia mau menjenguk mba Ratna...

Bertapa terkejutnya ia, si target yang telah beranjak dari tempat semedinya. Malah membuang kertas itu pada tempat sampah yang sejalan dengan langkah kepergiannya.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang