Kak Alvin|24

3.4K 165 1
                                    

Happy reading ❤️❤️

Kedua lelaki yang masih duduk di ruang tamu itu menyerngitkan dahinya saat Nathan melewati ruang tamu dengan terburu-buru

"Nath" Aldo bangkit, hendak menghampiri Nathan namun ia urungkan ketika langkah kaki Nathan sudah keluar dari rumah Alya. 

Rian yang ditatap oleh Aldo hanya menaikkan kedua bahunya, tidak tahu.

"Kita pulang dulu Vin kayanya suasana nya lagi ngga mendukung nih" Rian menatap Alvin yang baru saja duduk disampingnya.

"Lo gapapa kan?" tanya Aldo melihat perubahan wajah Alvin. Sebelum menaiki tangga laki laki itu masih baik baik saja, tertawa bersama. Tapi sekarang, lihatlah! Alvin terlihat tanpa tenaga

"Vin?"

Alvin hanya menjawabnya dengan anggukan. Masih diam di tempatnya, hingga membiarkan Aldo dan Rian keluar begitu saja. 

Alvin bangkit setelah terdiam beberapa menit. Menaiki tangga, Memasuki kamarnya. Di dalam kamar, dia langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang, merebahkan tubuhnya dengan menjadikan kedua tangannya sebagai bantal.

Menatap langit langit kamar, memikirkan hubungan Nathan dan Alya. Disatu sisi Nathan sahabatnya dan di sisi lainnya Alya adalah sepupunya. Apalagi Iren, ibu dari Alya memberinya amanah untuk menjaga Alya sebelum dia dan suaminya pergi keluar negeri untuk urusan pekerjaan kemarin.

Alvin bangkit dari posisinya, melirik jam beker yang menunjukkan pukul 01. 01. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Tertidur atau... akhirnya dia memilih bangkit, keluar dari kamarnya. 

"Alya?"

Tokkk Tokk!!

Alvin berdiri dibalik pintu kamar Alya, dia yakin disaat kondisi seperti ini Alya tidak mungkin bisa tertidur

"Alya?" ucapanya sekali lagi

"Gue bilang gue ngga mau di ganggu!" teriak Alya dari dalam kamarnya

"Nathan udah balik. Gue mohon biarin gue masuk" 

"Masuk, ngga dikunci" 

Alvin langsung mendorong pintu , dan memasuki kamar Alya. Yang pertama dia lihat di dalam ruangan itu adalah kondisi kamar Alya yang jauh dari kata rapih. Aksesoris yang biasanya tersusun rapih di meja rias kini sudah di bawah lantai, beberapa Vas bunga kecil sudah pecah, dan semua bantal yang dijadikan untuk menutupi wajahnya atau lebih tepatnya menutupi tangisannya

Masih memberi jarak, Alvin menatap Alya yang sedang tengkurap menutupi seluruh wajahnya. Dengan ragu melangkah mendekati Alya. Duduk di sampingnya

"Al....." Alvin menyentuh kepala Alya lembut, dia tidak yakin Alya akan mendengarkan ucapannya atau membutuhkannya. Dia bahkan akan memilih kembali ke kamarnya jika gadis itu menyuruhnya.

Nyatanya yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi Alvin yang mengira Alya akan mengusirnya. Gadis itu langsung membuang seluruh bantalnya dan menabrak tubuh Alvin.

tangan Alvin terulur membelai rambut Alya. "Keluarin aja, gapapa kok" ucap Alvin. Mendengar Isak tangis Alya 

Alya mengeratkan pelukannya, semakin menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alvin.

Alvin merengguh tubuh Alya membiarkan wajahnya sejajar dengan wajah miliknya.

"Cerita sama gue, kenapa bisa kaya gini?" Alvin memandang mata Alya yang sudah memerah dan bengkak. Menghapus bulir air matanya yang turun membasahi pipinya

"Apa yang di lakuin, ha?" tanyanya lagi, dengan suara yang rendah

"Dia hina gue perempuan murahan, dia juga bilang kalo gue ja-

ALYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang