Rafa keluar dari ruangan dokter, laki-laki itu melangkah tanpa semangat ke ruangan Alya. Apa yang harus ia katakan pada Alya? haruskah ia mengatakan sesuai yang dokter tadi katakan bahwa penyakitnya semakin parah. Dia bukan seorang dokter yang dengan mudah mengatakan semuanya, dia tidak akan tega melihat kerapuhan gadis yang berpura-pura kuat itu
Rafa berhenti di depan pintu ruangan Alya, menarik nafasnya sesaat. Lalu membuka pintu ruangan Alya
"Alya?"
Rafa sangat terkejut tidak mendapati sosok Alya di atas brangkar. Tatapannya jatuh pada selang infus yang tergantung di samping sana. Rafael melihat sekelilingnya ada begitu banyak pecahan gelas dan ponsel yang sudah hancur. Perasaannya semakin tak tenang melihat bekas telapak kaki dengan noda merah di lantai.
Rafa berjongkok menyentuh noda merah itu, memastikan bahwa itu adalah darah.
Dan benar saja, bau Anyer itu tercium dari ujung jari telunjuknya.Matanya mengikuti bekas telapak kaki yang semakin banyak dan mengarah ke arah toilet "jangan-jangan ini-- gumam Rafael tak bisa melanjutkan ucapannya dia langsung berlari masuk ke toilet
"Alya!" Rafa langsung berlari mendekati gadis yang tengah tak sadarkan diri itu. Seluruh tubuhnya basah kuyup akibat derasan air yang keluar dari atasnya. Rafa buru buru mematikan shower, Langsung mendekap tubuh dingin Alya. Tak peduli seluruh pakaiannya juga akan ikut basah.
"Alya!"
"Lo harus bangun Al!" Ucap Rafael menepuk-nepuk wajah pucat Alya
"ALYA!" teriak Rafa yang tak melihat pergerakan dari Alya. Gadis itu masih setia menutup kedua matanya seolah-olah tuli atas semua teriakannya
****
Ruangan Caffe yang semula dihiasi obrolan manis dan canda tawa itu kini berubah mencengkam saat kedatangan Vera.
Ayla Shafirah, gadis yang sedari tadi duduk bersama Nathan dan keluarga Nathan itu langsung terkejut mendapati Vera.
Ayla spontan bangkit dari duduknya. Merasakan tatapan kebencian dari sahabat kembarannya
Sementara Vera, gadis itu sedari tadi hanya diam mengamati Ayla, Nathan dan tempat yang sudah dihias indah di sekelilingnya
Jika kalian tanya kenapa Vera bisa ada di tempat yang sama? Jawabannya...
3 jam lalu ia bertemu seseorang di tempat ini. Dan tidak sengaja disaat dia ingin pergi ke toilet dia melihat Alya. Melihat keharmonisan itu ia ingin kembali ke tempat semula tapi ia lebih dulu tersadar dengan rambut gadis itu.
Dia Ayla! Meski warna rambutnya tidak hitam seperti Ayla biasanya, tapi gaya rambutnya itu menyakinkan bahwa dia bukan AlyaBack to pick!!
Vera menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Ayla dengan sinis.
"Disaat saudara lo menghilang, dan ngga tau kemana? lo malah mesra-mesraan di sini?" Vera tak habis fikir dengan gadis di depannya."Ternyata dugaan gue ngga salah! Lo emang udah ada niat buat ngerebut Nathan dari dia, dan itu terbukti sekarang!" sambung Vera terang-terangan
"Maksud lo apa sih, Ver. Alya ngerebut kakak gue dari siapa? Bukannya emang dari dulu mereka pacaran" ucap Yuna yang sedari tadi tak mengerti
"Vera dengerin aku dulu, aku lakuin semua ini terpaksa. Aku nggak bisa menolak permintaan --
"Jangan pura-pura baik di depan gue lagi! Gue nggak butuh semua itu." kesal Vera yang sudah mengangkat tangannya hampir menampar Ayla
Nathan ikut bangkit, dengan gerakan cepat menahan tangan Vera dan menepisnya dengan kasar
"Apa masalah lo sama Alya? Ha!" bentak Nathan langsung membuat seluruh keluarganya terkejut dan ikut berdiri
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [Selesai]
Teen FictionWarning!!⚠️ Don't copy my story!! Sesungguhnya kebahagiaan itu tak abadi. Dibalik gelak tawa, tak terhitung berapa kali pertengkaran dijalani, rasa cemburu yang membakar, possesif begitu meningkat, kecurigaan menjadi hari hari seperti penuh kerikil...