Amplop putih|45

2.8K 120 0
                                    

Di pagi pagi buta Seperti ini mobil hitam Nathan telah keluar dari pekarangan rumahnya untuk mengantar kan Alya. Nathan sudah menolak keinginan Alya untuk pulang diwaktu sepagi ini, namun sayangnya kekasihnya ini sangat lah keras kepala

Tak ada percakapan apapun didalam mobil itu hingga tiba di rumah Alya Semuanya hanya diam

"Makasih Nath, maaf udah repotin kamu" ucap Alya setelah Nathan memberhentikan mobilnya di depan pagar rumahnya

"Sama sekali ngga sayang" ucap Nathan, mengelus puncak kepala Alya.

"Al...?" Alya kembali menatap Nathan ketika laki laki itu menahan tangannya sebelum membuka pintu mobil

"Kamu Gapapa?"

"Aku gapapa" setelah mengucapkan itu Alya buru buru keluar dari mobil

Nathan terus memandang Alya dari dalam. Ada sesuatu yang berbeda dari gadisnya, tapi Nathan pura pura tidak menyadarinya dan membiarkan Alya tenang

Setelah mobil Nathan pergi, Alya berjalan ke arah pintu utama. Sebelum itu ia mengeluarkan amplop putih dari dalam tasnya, memandangnya sebentar lalu melangkah, memasuki pintu utama

Ceklek...

Sepi. Itulah yang dirasakan Alya saat memasuki ruang tamu rumahnya. Alya melihat jam dipergelangan tangan kirinya Apakah semuanya sudah berangkat??

Beberapa saat terdengarlah suara canda tawa dari arah meja makan. Dengan ragu Alya menyeret kakinya ke sumber suara tersebut

"Ihh mama Ay malu.. jangan kasih tau siapa pun" Suara Ayla dan tawanya menghiasi ruangan makan itu

"Disini cuman ada papa, Ay" tawa Iren 

"Terus terus gimana lagi mah" Arya sengaja membuka kenangan masalalu saat Ayla dan Alya menginjak diusia 4 tahun.

"Terus dia pipis di celananya. Pas temen temennya tau Ayla ngompol, mereka semua ketawa dan Ayla nangis keras banget. Makanya dia minta gurunya buat telfon mamah.  Setelah itu dia mau pindah ke kelas Alya, satu kelas sama kakaknya" jelas Iren pada suaminya

"Hahaahaahahh" Arya, Iren, dan Ayla, dia tak bisa menahan senyumannya saat membayangkan masa kecil Ayla

Berbeda dengan mereka. Seorang gadis berdiri membisu ditempatnya, melihat keharmonisan keluarganya begitu terlihat bahagia. Sangat bahagia

Alya menyunggingkan senyumnya menyaksikan semua itu.  Gue masih ngga nyangka ternyata gue punya kembaran yang mukanya sama persis! gumam Alya

Berniat menghampiri mereka, namun langkahnya terasa kaku untuk digerakkan saat matanya melirik benda putih di tangannya

Apa gue tega buat tawa mereka hilang karena pernyataan ini? Apa gue bisa liat mereka semua sedih karena penyakit ini?

Tanpa sadar air mata Alya jatuh,
Alya menggelengkan kepalanya. 'Ngga!. Gue ngga akan bisa lihat senyum mereka hilang. Gue harus bisa rawat penyakit ini sendiri. Lo ngga boleh egois Al, jangan karena gue, semua orang tersiksa!'

"Alya?"

Alya mendongak, mengusap matanya dan tersenyum ke arah papanya

"Kok diem disitu?? Sini dong" ucap Iren terkejut mendapati anak pertamanya

"Iya mahh" Alya menarik napasnya. Mencoba tidak ada yang terjadi padanya

Alya menghampiri keluarganya dan duduk di samping Ayla

"Betah yah tinggal di rumah pacar" sindir Arya memandang jahil anak pertamanya

Alya sempat dibuat kaget dengan ucapan papanya. Meskipun Nathan bilang dia sudah meminta izin pada Iren, tapi tak menutup kemungkinan papanya itu akan tetap memarahinya, tapi melihat raut wajah Arya sepertinya tidak ada tanda emosi ataupun larangan yang ada hanyalah godaan

ALYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang