Semakin memburuk|72

3.8K 176 53
                                    

Pintu ruangan terbuka dan terlihatlah seorang dokter diikuti dua suster di belakangnya, mereka berjalan terburu-buru melewati Nathan dan yang lainnya namun Nathan lebih dulu mencegah dokter itu untuk pergi.

"Gimana kondisi pacar saya?" tanya Nathan tak memperdulikan Rafa disampingnya

"Tolong jangan buat keributan disini, ini rumah sakit. Jika kalian ingin terus beribut maka keluarlah!" tegas dokter tersebut pemandangan Rafa dan Nathan bergantian

"Saya tidak tanya pendapat anda." balas Nathan tak kalah tegas. Dia hanya membutuhkan jawaban atas kondisi kekasihnya, tidak ingin mendengarkan yang lainnya

"Jadi kamu yang yang namanya Nathan?" Dokter itu lagi lagi bertanya membuat Nathan lebih emosi

"Dok? Gimana kondisi anak saya?" tanya Iren, tak sanggup lagi jika telinganya mendengarkan perdebatan yang baru

Dokter muda yang terlihat seumuran dengan Nathan itu mengalihkan pandangannya menatap Iren "Maaf ibu, kondisi anak anda masih kritis. Penyakit jantung yang di deritanya semakin parah," dokter tersebut menjeda kalimatnya. memandang Nathan yang terlihat sangat syok dengan ucapannya. 

"Apa? Jantung...?" gumam Nathan. Laki laki itu terlihat syok dengan ucapan dokter didepanya karena dia belum mengetahui atas penyakit Alya.

"Maaf saya harus mengatakan ini, tapi sepertinya kalian jangan terlalu  berharap lebih" ucapan dokter tersebut mampu mengejutkan semua orang. Air mata langsung turun membasahi mata Iren, dia tau apa maksud dokter tersebut.

Arya mencoba menenangkan Iren, dia tau semua itu. Sebelumnya, Dokter memang sudah mengatakannya di ruangannya saat menjelaskan kondisi Alya

Sementara Nathan masih terdiam dengan pemikirannya sendiri. Hingga detik berikutnya dia menatap pintu tertutup ruangan Alya.

"Nath!"

"Nathan!"

Semua orang berteriak memanggil Nathan ketika laki-laki itu menerobos masuk ke ruangan Alya. Dia berjalan dengan langkah cepat hingga dokter dan dua suster kalah cepat dengan langkahnya.

"Biarin dia masuk hanya sebentar" ucap Malik, papa Nathan yang tiba-tiba datang bersama istrinya.  Ucapan tersebut mampu menyita perhatian semua orang, termasuk dokter dan 2 suster yang hendak mencegah Nathan

****


Nathan langsung mengunci pintunya agar tidak ada satu pun orang yang bisa masuk atau mencegahnya. Dia berbalik, terdiam menatap Alya yang tengah terbaring lemah di atas brangkar. 

Dengan kedua tangan yang mengepal kuat di samping tubuhnya, Nathan tak bisa lagi menahan bulir air mata yang hendak turun membasahi wajahnya. Air matanya langsung lolos begitu saja. Nathan mencoba memaksa tubuhnya untuk melangkah, meyakinkan hatinya bahwa Alya akan baik-baik saja

"Alya," lirih Nathan memandang wajah pucat Alya yang terpasang oksigen di hidungnya.

"Al..bangun!"

"Bangun Al..." ulangnya. Nathan mendongakkan wajahnya, menguatkan hatinya, mencoba tidak terjadi apapun

"Alya.."

"ALYA!!"

Tubuh Nathan langsung terjatuh di samping brankar Alya, laki laki itu terduduk di lantai "Kenapa selama ini kamu sembunyiin masalah kamu sendiri, ha? Kenapa kamu ngga pernah cerita kalau kamu punya--- Nathan tak bisa melanjutkan ucapannya. Sangat tercekat mengingat ucapan dokter diluar sana.

Nathan mengambil tangan Alya, mencium lama punggung tangan yang terdapat selang infus itu.

"Kamu sangat tau aku ngga suka pembohong Al... Tapi kenapa kamu bohongin aku ha? Kenapa kamu biarin penipu itu pura pura buat jadi kamu. Kenapa kamu biarin dia?" lirih Nathan. Masih dalam posisi kaki yang terlipat, menyamakan wajahnya dengan Alya.

ALYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang