Setelah Nathan berhasil keluar dari pintu utama, laki laki itu langsung memasuki garasi dan mengemudikan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Malik.
Hanya butuh 20 Menit untuk Nathan menempuh perjalannya ke rumah Alya.
Ting Tong!!!
Nathan menekan bel rumah Alya berkali kali. Namun pintu tak juga terbuka atau mendapatkan balasan dari dalam.
Al----- ngga dikunci?? gumam Nathan saat dia tak sengaja menyentuh gagang pintu, dan ternyata dengan mudahnya pintu terbuka.
Nathan langsung masuk. Berhenti di ruang keluarga untuk memastikan penghuni rumah. Dari luar rumah, terlihat sangat sepi dan didalamnya pun juga sama.
Nathan memandangi pintu kamar Alya yang tertutup rapat dilantai dua. Ketika dia hendak menaiki tangga ada suara seseorang yang menghentikannya
"Den, Nathan?" kejut Bibi yang bekerja di rumah Alya. Saat dia kembali dari dapur dia sangat terkejut mendapati Nathan sudah berada di dalam rumah
"Dimana Alya?" tanya Nathan, yang langsung membuat raut wajah pekerja asisten rumah tangga itu berubah.
"Bi??"
"N-non Ayla maksudnya?" tanya bibi berhati hati.
"Non Ayla harus berobat. Jadi, nyonya sama tuan bawa dia ke... Jerman. Tapi---"
"Aku nggak peduli soal itu Bi. Aku hanya tanya dimana Alya...Alya didalam kamar??" potong Nathan
Tak ingin mendengarkan yang lainya"N-non ...Al-ya?" gagap bibi itu seketika. Melihat wajah Nathan takut takut
"M--maaf den. Bukanya, non Alya udah..... Pergi" cicit bibi di akhir kalimatnya
"Biar aku cari sendiri!" ucap Nathan lalu meninggalkan bibi dan Menaiki tangga kamar Alya.
Nathan membuka pintu kamar Alya dan langsung masuk ke dalam.
Kamar yang masih sama, tidak ada perubahan saat terakhir kali Nathan masuk. Iya...gadisnya itu tidak suka mengubah ngubah sesuatu yang sudah membuatnya nyaman.
"Alya???" panggil Nathan
"Al???"
"Sayang??"
"Kamu dimana??"
Nathan mengelilingi luasnya kamar Alya. Dia juga sudah membuka kamar mandi tapi tidak juga mendapati gadisnya.
Nathan mengambil sebuah foto Alya yang terpajang di atas meja belajar.
"Kamu dimana?? Aku udah pulang Al. Kamu ngga kangen sama aku??" ucap Nathan masih memandang foto Alya di tangannya.
Nathan bersandar di meja belajar Alya, mengeluarkan kertas putih dan foto Alya yang sengaja ia bawa dari saku jaketnya.
Surat maaf ku untukmu, Nathan...
Itulah tulisan pertama yang Nathan baca saat membukanya. Dengan ragu dia membuka lembar yang lainya.
Nathan.....
Maaf, aku harus pergi. Aku tidak bisa lagi hidup disini denganmu. Ini sudah waktunya aku bertemu dengan Tuhan, di atas sana.Maaf juga, aku pergi tanpa pamit.
Aku tidak tega melihatmu hancur hanya karena aku.Maaf ....selama ini aku tidak bisa menjadi kekasih seperti yang kamu inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [Selesai]
Teen FictionWarning!!⚠️ Don't copy my story!! Sesungguhnya kebahagiaan itu tak abadi. Dibalik gelak tawa, tak terhitung berapa kali pertengkaran dijalani, rasa cemburu yang membakar, possesif begitu meningkat, kecurigaan menjadi hari hari seperti penuh kerikil...