- 63 -

50.6K 2.4K 85
                                        

Dion bersender di kaca balkon Kia sambil menatap langit yang mendung tanpa bintang seperti keadaan hatinya saat ini. Karena Kia sedari tadi tidak ingin menemuinya, Dion pun kehabisan cara dan pada akhirnya dia memanjat balkon dan menunggu Kia mau berbicara dengannya.

"Iya gue tau kalo gue gak pantes buat lo, Kia. Gue nyakitin lo tiap hari dan bikin nangis. Emang ada ya cowok seberengsek gue bisa dapatin hati lo? Kalo pun ada, pasti gak pantes," ujar Dion sambil tertawa hambar.

"Lo mau putus kan? Oke gue terima keputusan lo. Gue gak bakal bikin lo sakit dan nangis lagi setelah ini. Seenggaknya, lo maafin gue walaupun semua udah berubah. Gue sayang lo, Kia," ujarnya lagi dengan wajah yang murung.

Namun, monolog Dion hanya sekadar angin lewat. Kia tak mendengarnya sama sekali karena memakai headset.

Dion masih setia duduk di balkon. Tanpa ingin pergi sebelum Kia keluar. Terdengar lebay, tapi harus seperti itu perjuangannya mendapatkan maaf dari Kia, menurutnya.

Angin berembus kencang dengan hawa dingin. Sepertinya, malam ini akan turun hujan deras. Dion meringkuk di antara lututnya dan meletakkan tangan didalam kantong hoodie agar sedikit hangat. Namun, celananya tidak bisa menutupi kaki sepenuhnya karena pendek.

***

Hari semakin larut dan air menetes satu per satu dari dan semakin deras. Hawa semakin dingin disertai petir. Kia yang mendengar dentuman petir terbangun tiba-tiba dan melirik jam yang menunjukkan pukul 01.20 malam.

Kia melepas headset yang sedari tadi menggantung di telinganya untung saja musik yang ia hidupkan otomatis mati dalam dua jam.

"Deras banget hujannya," gumam Kia mendengar suara hujan begitu keras ditelinganya.

Lalu, Kia menarik selimut dari bawah kakinya. Namun, sesuatu mengganjal di penglihatannya. Di balik kaca balkonnya, ada sesuatu yang menghalangi kaca membuatnya seperti ada orang dibaliknya.

Karena penasaran, Kia pun mencoba memastikan apa yang ada di sana.

Kia menyingkap gordennya dan benar saja seseorang sedang meringkuk kedinginan dengan hoodie yang menutupi wajahnya.

Kia sepintas memikirkan itu adalah orang jahat. Namun, ia segera menepisnya karena orang itu kedinginan pastinya, dengan hujan yang menerpanya hingga membuat orang itu basah kuyup. Dan mengapa orang itu tahan di luar balkonnya dan hujan-hujanan?

Oke. Kia terdiam sejenak dan memikirkan sebuah nama. Yaitu Dion. Apakah itu Dion? Ah rasanya tidak mungkin, karena tidak mungkin juga seorang Dion rela menunggunya di bawah hujan demi dirinya.

Karena hujan semakin deras, akhirnya Kia keluar ke balkonnya dan membangunkan orang itu agar pergi dari sana.

Saat membuka pintu balkon, angin dingin menusuk kulit Kia. Kia menggoyang-goyangkan lengan orang itu hingga membuatnya terusik. Lalu ia membuka tutup kepala hoodie dan menatap Kia dengan tatapan sendu

Kia terkejut, benar-benar terkejut. "Dion!" Panggilnya dengan nada tinggi

Dion yang dipanggil pun hanya bisa tersenyum dan tatapan sendunya.

"Lo ngapain di sini? Lo mau mati? Hah!"

Tangan Kia bergetar melihat wajah pucat Dion yang benar-benar putih seperti mayat. Tangan Dion pun sangat dingin saat menyentuh tangannya

"Maaf," lirihnya pelan sambil mengecup jemari Kia.

"Bodoh!" balas Kia.

Tanpa pikir panjang, akhirnya Kia merangkul tangan Dion dan membawanya ke dalam kamar dan melupakan segala kesalahan Dion sejenak.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang