- 24 -

70.9K 3.5K 238
                                        

Saat ini Kia berjalan santai di koridor sekolah menuju perpustakaan sambil memakan permen yang berbentuk kaki. Karena Pak Delim yang sering Kia panggil dengan sebutan Pak Delima menyuruhnya untuk mengambil beberapa buku Kimia jadi ia terpaksa ke perpustakaan.

"Kalo jalan selo dong, main tabrak-tabrak aja. Kaki iya jalan, mata gak dipake," ketus Kia saat Vanessa menyenggol bahunya.

"Aduh, sengaja. Makanya jalan tuh pake mata, Bego," balas Vanessa tak kalah kuat.

"Yeee, di mana-mana jalan tuh pake kaki, dasar sinting!" umpat Kia.

Vanessa hanya tersenyum miring dan pergi dari situ.

Kia terdiam sebentar dan tiba-tiba kabel otak liciknya tersambung dengan sempurna. Ia mengendap-ngendap di belakang Vanessa yang tidak menyadari bahwa Kia mengikuti.

Kia menendang kaki Vanessa dengan kuat dari belakang hingga perempuan itu tersungkur. Sontak sekitarnya pun menertawainya tanpa ampun.

"Aduh, sengaja. Makanya jalan tuh pake mata, Bego" ucap Kia mengikuti ucapan Vanessa saat menabraknya.

Wajah Vanessa merah padam karena malu dan langsung pergi meninggalkan Kia yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Awas Lo," batin Vanessa geram.

Kia baru ingat bahwa ia harus mengambil buku suruhan Pak Delima, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

***

"Encok pinggang gue," keluh Kia dari ambang pintu ruang guru.

Kia melihat seorang cewek asing yang duduk di depan Pak Delima, sambil sesekali bercakap-cakap dengannya. Sesampainya di meja, Kia meletakkan buku dengan mengempasnya di meja Pak Delima cukup keras.

"Ini Pak, sudah, kan? Saya ke kelas dulu ya fans nyariin," ucap Kia terang-terangan.

"Halah, tukang bikin onar emang ada yang nge-fans?" ejek Pak Delima.

"Ye, Bapak iri kan karna gak punya fans? Makanya, Pak, sering-sering promosi makanan di story IG, pasti nanti terkenal dan banyak fans. Percaya deh," ucap Kia sedangkan Pak Delima menatap dengan malas.

"Orang sabar kuburannya luas." Pak Delima benar-benar sabar menghadapi siswinya yang agak gesrek itu. Kadang jahil, kadang juga dingin seperti es.

Murid baru itu tertawa kecil melihat Kia yang blak-blakan di depan guru.

Sebelum Kia melangkahkan kakinya keluar dari ruang guru, Pak Delima memanggilnya lagi. "Daripada bolos, mending antarkan murid baru ini ke kelasmu," suruh Pak Delima.

Kia menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya tanpa berbicara.

"Dih, Bapak, suudzon itu gak baik. Orang saya mau ke kelas, tapi sebelum itu ya main ke kantin dulu lah," ucap Kia dengan jujur.

"Antarin dia dulu, baru ke kantin," balas Pak Delima. "Saya kasih dua puluh ribu, nih," sambung Pak Delima sambil memegang selembar uang dua puluh ribu.

"Ah, ga mau, Pak." Kia pura-pura melengos. "Ga mau nolak. Asiqq, itung-itung hemat jajan. Makasih Pak Delima," ucap Kia senang.

Kia terdiam sebentar. "Ayo gue anter," ucap Kia malas pada si Anak baru.

Murid baru itu hanya membuntuti Kia dari belakang.

Saat Kia sampai di depan kelasnya, ia mengintip dari jendela dan melihat ada Bu Mery yang mengajar PKN di dalam. Kia mengetok pintu dua kali.

"Masuk," ucap Bu Mery dari dalam kelas.

"Lohh, Kia, kok baru masuk sekarang!" teriak Bu Mery yang memekakkan telinga.

"Maaf, Bu, tadi saya disuruh Pak Delima, eh, maksudnya Pak Delim ke perpus untuk ambil buku," jelas Kia sekenanya.

"Alah alasan." Bu Mery sudah berkacak pinggang melihat kelakuan Kia.

"Yeee, Ibu mah gak percaya banget si," kesal Kia.

"Tadi saya juga disuruh bawain anak baru ke kelas ini, disuruh muter-muter sekolah bentar," ucap Kia sedikit bumbu kebohongan.

Muncullah seseorang dari balik pintu. Seorang siswi cantik blasteran Amerika-Indo dengan hidung yang mancung, rambut pirang, mata yang cantik, masuk ke kelas itu dengan senyum lebarnya.

"Ohh, iya-iya, silakan masuk." Nada bicara Bu Mery langsung berubah menjadi lembut.

"Pencitraan," gumam Kia pelan.

Kia langsung masuk kelas dan duduk di sebelah Lauren.

"Silakan perkenalkan nama kamu," ucap Bu Mery.

"Hi! Nama gue Cindy Monica, panggil gue Cindy," ucap murid baru itu sambil tersenyum manis.

Bisik-bisik penuh pemujaan para buaya buntung pun langsung terdengar memenuhi seisi kelas.

Marchel yang mendengar nama itu langsung terbangun dari tidurnya, dan melihat seorang perempuan yang tak asing.

Dia di sini? batin Marchel.

Mata Cindy dan Marchel bertemu. Cindy tersenyum melihat Marchel yang juga ada di dalam kelas itu

Hai my ex, gue kembali untuk mengambil hak gue lagi, batin Cindy.

"Baiklah Cindy, silakan duduk di sebelah Vanessa," ucap Bu Mery

Vanessa yang merasa terpanggil langsung mengangkat tangannya.

Kia mengetahui kontak mata antara Marchel dan Cindy tadi. Mereka ada hubungan apa? Batin Kia menanyakan pada dirinya sendiri.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang