Cindy dan Bryeta mencoba kabur dan menghilang dengan pergi ke luar negeri karena sudah dipastikan mereka akan menjadi buronan, yang mereka celakai bukan sembarang orang. Melainkan Azkia Sferinly Bredanzo, anak pengusaha terkaya se-dunia dan paling berpengaruh
Tapi sebelum orang suruhan keluarga Kia untuk menyelidiki dengan teliti, Anggota Black Raccons sudah lebih dulu menggenggam dua nama incaran utama karena sudah membuat Leader mereka celaka. Dipastikan kedua orang itu akan tidak tenang bahkan untuk bernafas sekali pun.
***
Sudah 4 jam keluarga Kia menunggu di ruang operasi, tapi belum ada kabar apa pun dari dalam. Mommy bahkan kembali menangis, meski Daddy sudah berusaha menghibur sedari tadi.
Mau bagaimana lagi? Anak perempuan mereka sedang tidak baik-baik saja, ditambah belum ada kabar apa pun sedari tadi.
Begitu pintu terbuka, Daddy segera menuntun Mommy mendekat, bersiap mendengar kabar apa pun dari sang dokter.
"Syukurlah Miss Kia sudah melewati masa kritisnya. Hanya saja, perlu perawatan intensif untuk memastikan kondisi Miss Kia benar baik-baik saja sekarang." Raut wajah sang dokter tidak begitu baik.
"Saya menyarankan Miss Kia dirujuk ke rumah sakit di London agar mendapat pemeriksaan maksimal dan proses pemulihan lebih cepat."
"Kenapa harus di London?" tanya Lauren langsung.
"Di sana fasilitas kesehatannya lebih memadai. Ditambah lebih banyak petugas medis yang kompeten, jadi kondisi Miss Kia bisa dicek lebih akurat."
"Baiklah, apa pun untuk kesembuhan Kia, saya akan menuruti," ucap Daddy tegas.
***
Suara elektrokardiogram memenuhi ruangan Kia dirawat. Meski tidak mengatakannya, mereka takut jika tiba-tiba suara itu berganti dengan suara melengking.
"Mom, makan dulu, ya?" pinta William yang khawatir dengan kondisi Mommy yang sampai malam tidak memakan apa pun.
Mommy menggeleng lemah. "Kalian aja. Seingat Mommy ada restoran di dekat sini," balas Mommy menatap William.
"Enggak. Mommy juga harus ikut," sanggah William keras kepala.
"Nanti Kia siapa yang jagain?"
"Aku aja, Mom. Aku udah makan tadi," ucap Dion cepat.
"Kamu serius?" tanya Mommy.
"Iya Mom," balas Dion lembut.
Mommy terdiam beberapa detik sebelum menjawab, "Yaudah, Mommy titip Kia, ya? Kalo ada apa-apa, kabari kami."
"Siap, Mommy."
Setelah itu, ruangan mendadak sepi karena sebagian besar penghuninya ditarik makan oleh William.
Dion menarik kursinya dan mendekat pinggir ranjang Kia, lalu menatapnya lekat. Hidung mancung, bulu mata lentik, dan rambut hitam yang sangat cantik. Dion sangat suka menatap bibir Kia. Tipis dan meski sedikit pucat, kesan manisnya tetap tidak hilang.
Dion dengan lembut mengelus puncak kepala Kia yang diperban, takut menyentuh keras lukanya.
Kapan Kia akan bangun? Apakah Kia tidak bosan kebanyakan tidur? Dua jam tidur saja menurut Dion itu sangat melelahkan dan membuat badan lemas, apalagi Kia yang setia tertidur beberapa hari.
Karena sudah malam, Dion pun ikut terlelap dengan kepala yang tertumpu pada tangannya sendiri di tepian ranjang Kia. Tangannya menggenggam lembut tangan Kia, berharap bisa bertemu dengan Kia di mimpi.
***
Dion terusik dengan bergetarnya tumpuan tidurnya saat ini, dan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya. Dia segera membelalakkan mata saat badan Kia bergerak-gerak di atas ranjang.
Dion yang panik segera berlari dan memanggil perawat yang berjaga.
Beberapa detik setelahnya, ruangan yang tadinya sunyi mendadak dipenuhi entak kaki seorang suster dan dokter yang panik. Dokter segera memeriksa detak jantung Kia, saat suster meninggikan posisi ranjang agar kepala Kia lebih tinggi.
Kerusuhan tiba-tiba itu membuat penghuni kamar yang lain terbangun. Mereka bertanya-tanya saat dokter sibuk memeriksa Kia.
Dokter itu mengeluarkan ampul dari kantung snelli-nya. Memberi sebuah suntikan pada infus dan lambat-laun kejang pada tubuh Kia sedikit berkurang.
"Kia kenapa, Dok?" tanya Daddy cemas saat dokter selesai menangani Kia.
"Ada penyumbatan aliran darah menuju otak yang menyebabkan Miss Kia kejang. Untuk sekarang, masalah masih bisa kami tangani. Hanya saja, jika dalam waktu dekat Miss Kia belum siuman, mungkin diperlukan beberapa pemeriksaan lebih jauh untuk mencari tahu penyebabnya," jelas dokter itu dan membuat mereka semua paham.
"Saya harap selalu ada yang menunggu Miss Kia karena sewaktu-waktu kejadian serupa bisa terulang. Jika tidak cepat ditangani, bisa berbahaya untuk kondisi pasien."
Setelah itu, dokter dan perawat tersebut pamit keluar. Di saat bersamaan, Dion berdiri dan meraih jaketnya yang tersampir di sofa. "Mom, Dion keluar dulu, ya?" izinnya.
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Mommy lembut.
"Cari makan dekat sini, Mom, tiba-tiba laper."
"Kayaknya cuma ada minimarket jam segini," sahut Daddy.
"Nggak apa-apa, Dad. Dion cuma mau ganjal perut sampai pagi saja," balas Dion memanggil Daddy dengan sebutan Dad, sesuai permintaan Mommy.
"Ya sudah, jangan terlalu jauh. Cepat pulang," kata Mommy dan dibalas senyuman beserta anggukan dari Dion.
Dion pun mulai menelusuri jalanan dekat rumah sakit, mencari letak minimarket terdekat. Setelah 3 menit berjalan kaki, akhirnya apa yang Dion cari ditemukan. Dion segera mengambil satu bungkus hamburger, serta sebotol air mineral.
Setelah memanaskan makannya tadi, Dion memilih duduk di luar sambil makan. Sembari makan, Dion menatap jalanan yang lumayan lengang.
Dion menyipitkan mata, berusaha fokus pada apa yang dia lihat di seberang jalan. Dia yakin tidak sedang berhalusinasi sekarang. Di sana itu benar mereka berdua.
Sebelah alis Dion terangkat saat melihat kedua perempuan itu memasuki mobil dengan dua laki-laki yang sepertinya penghuni lokal. Yah, terserahlah. Apa urusan Dion pada kesibukan Bryeta dan Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[ PART MASIH LENGKAP ] Azkia Sferinly Bredanzo. Seorang Leader Black Raccons, sebuah geng mafia terkenal di dunia. Jika ada seseorang yang mengusik kehidupannya, Kia tidak akan segan menyiksa dan membunuh mereka tanpa ampun. Siapa yang menyangka, le...
![A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/185242806-64-k761943.jpg)