"Bagaimana kondisi Kia, Dok?" tanya William tak sabaran saat Dokter keluar dari IGD
"Baik-baik saja. Hanya kepalanya yang terbentur benda keras membuatnya pingsan sementara. Dan pasien sudah siuman dan sudah boleh dijenguk setelah dipindahkan ke ruangan perawatan," jelas Dokter itu panjang lebar.
"Terima kasih, Dok"
Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, mereka langsung melihat kondisi Kia.
"Are you okay?" lirih Dion mengelus puncak kepala Kia dengan lembut.
Kia mengangguk pelan dan tersenyum.
"Kalian, bisa kita berbicara sebentar?" ucap Vallo pada Dion, Keith, William dan Edgar.
Mereka berempat pun mengangguk dan mengikuti Vallo ke tempat yang agak jauh dari ruang perawatan Kia.
"Mereka berempat udah tau semuanya," ucap Lauren dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
Kia menghela napasnya pelan. "Udah gue duga, semakin lama mereka bakal tau pada akhirnya."
"Kalian berempat udah tau semuanya kan?" tanya Vallo dengan serius.
Pembicaraan kelima cowok ini menjadikan atmosfer di sana dingin dan mencekam.
Mereka berempat pun mengangguk.
"Kalian jangan salahin Kia. Kenapa Kia jadi Leader Mafia dunia yang sering membunuh banyak orang. Itu karena masa lalunya sendiri yang bikin dia kek gini. Jadi gue harap kalian memaklumi. Toh semua orang juga pernah berbuat dosa? Kia juga sekarang udah jarang bunuh orang, dan dia juga udah mulai berubah. Itu juga karena lo, Dion. Lo salah satu alasan setelah keluarganya. Sampai suatu malam dia curhat tentang dia mau berubah karena takut akan kematiannya karena dosanya belum ditebus sama sekali. Dan pada akhirnya malam ini semua rahasianya kebongkar.
"Gue harap, rahasia ini jangan sampe kebeber ke orang tua kalian William. Karena jika rahasia ini kebongkar, gue gak jamin Kia bakalan bernapas dengan tenang karena musuh mafia kami bukan anak kecil. Gue pergi dulu, keputusan kalian menjauh atau memaklumi hal ini ada di tangan kalian sendiri. Intinya harus diselesain dengan kepala dingin. Gue pergi dulu. Lauren, Feli, Oliv, tolong jaga Kia," ujar Vallo dan langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun lagi.
Keadaan hening setelah kepergian Vallo. Pikiran mereka seolah berkecamuk menjadi satu. Apakah mereka harus menjauh atau memaklumi? Tetapi, tak ada salahnya untuk memaklumi. Karena sebuah alasan kuat yang menjadikan Kia Leader mafia, mereka mengerti akan apa tujuan Kia untuk itu. Namun perasaan kecewa tentu saja ada pada mereka karena Kia menutup umulut tentang hal besar seperti ini.
***
Setelah bermalam di rumah sakit, akhirnya pagi ini kondisi Kia mulai membaik karena lukanya tidak terlalu parah. Suasana hening menyelimuti ruangan, atmosfer yang dingin, tidak ada yang ingin berbicara atau pun mengatakan sesuatu.
Lauren dan Oliv sibuk membantu Kia memakai jaket dan berdiri. Feli sendiri membantu membopong Kia untuk berjalan, karena kondisinya yang masih lemas.
Sedangkan William, Dion, Edgar, dan Keith sudah lebih dulu keluar mengambil mobil.
"Bukannya Kak William hari ini mau tes?" tanya Oliv.
Kia tersentak, ia baru ingat bahwa hari ini adalah hari yang dinanti-nanti oleh William. "Iya," balas Kia lirih.
Kia nyaris menangis saat ia keluar dari lift dan menahannya ketika melihat William, Dion, Keith, dan Edgar yang menunggu mereka di luar.
"Kakak jam berapa tesnya?" tanya Kia pelan sambil menarik tangan William karena ia terlihat menghindari Kia.
"Sore," jawabnya singkat dan dingin sambil melepaskan tangan Kia. Hati Kia sedikit sakit karena balasan itu.
"Ren, bawa mobil. Kita duluan, ada urusan," ucap Edgar dan melemparkan sebuah kunci mobil sport miliknya.
Lauren membalasnya dengan anggukan, tak berniat membalas apa pun.
William, Edgar, Keith, dan Dion menggunakan satu mobil lainnya untuk pergi.
Setelah kepergian mereka, akhirnya Kia tidak dapat membendung air matanya dan menangis sesenggukan di pundak Lauren. Lauren hanya bisa menenangkan, begitu pun dengan Oliv dan Feli.
"Kita tahu kok rasanya, bahkan kita juga ngerasain, jangan sedih dong. Nanti kalo kita sedih dan lo sedih juga, siapa yang mau nyemangatin? Leader Black Raccons kalo ketawan nangis bisa bikin gempar dunia loh," ujar Lauren membuat tangis Kia semakin menjadi-jadi.
"Ih Lauren masih sempet aja bercanda," kesal Feli memukul jidat Lauren seenaknya.
"Heh, Badak! Main pukul aja ! Lu pikir pala gue gendang? Kalo ga ada Kia aja nih udah gue geplak pala lu pake sendal!" balas Lauren setengah mengomel.
"Elahh, Swallow juga," sahut Oliv yang sedari tadi diam karena sedang memakan hamburger.
Lauren melirik ke bawah ia baru ingat yang dipakainya saat ini adalah sendal jepit, bukan sendal gunung yang biasa ia pakai.
"Lo. Gue. Tinggal." ujar Lauren tanpa perdebatan.
Feli panik tentunya karena kunci mobil ada di tangan Lauren. "Lauren yang cantik dan bijaksana, jangan tinggalin Feli yang unyu kek Selena Gomez ini dong."
"Dih Selena Gondes iya," cibir Oliv saat idolanya disama-samakan dengan diri Feli.
"Bacot eh," balas Feli.
Kia sedikit tertawa melihat pertengkaran kecil sahabatnya itu.
"Nah gitu dong ketawa, nambah cantik," puji Lauren membuat Kia terkekeh.
***
Setelah sarapan Kia dan yang lain kembali ke rumah dan melihat mobil Edgar yang masih terparkir rapi di halaman rumahnya.
Mereka melihat William dan Dion yang memegang buku, Edgar dan Keith sedang bermain PS. Satu deheman Kia berhasil membuat semuanya menoleh, namun hanya sebentar sebelum kembali fokus ke kegiatan masing-masing.
Kia mengembuskan napasnya kasar. Sampai kapan akan terus begini?
Lauren, Oliv, dan Feli pun mengantarkan Kia hingga ke kamarnya.
"Kita pulang dulu, kalo ada apa-apa telepon aja," ujar Lauren dan diangguk patuh oleh Kia.
"Makasih ya," balas Kia dengan senyum paksanya.
Lauren, Oliv, dan Feli terkekeh. "Santai aja kali, kek sama siapa aja," ujar Oliv.
"Nanti sore kita pergi bareng nganter kak William tes," ujar Feli dan diangguki semuanya.
Kia benar-benar tak sabar menunggu sore, karena kakaknya itu akan tes dan ia harus menyemangatinya agar William dapat lulus.
"Jangan lupa makan. Istirahat yang cukup. Masalah dress nanti sore udah gue siapin, tuh," ucap Lauren menunjuk ke arah sebuah dress yang tergantung rapi di lemari. Kia lalu keluar dari kamar Kia diikuti Oliv dan Feli.
Dress navy selutut tanpa lengan dengan motif yang elegan sangat membuat Kia semakin bersemangat. Apa lagi itu adalah dress tahun lalu yang diberikan William untuknya sebagai kado ulang tahun. Dipastikan ia akan tampil cantik nanti.
Setelah kepergian Lauren, Oliv, dan Feli pintunya kembali terbuka.
Kia yang sebelumnya terpejam, akhirnya membuka matanya kembali dan melihat William di depannya dengan tatapan dingin.
"Nanti sore gausah anterin gue tes, lo di rumah aja. Ga penting," ucapnya datar.
Hati Kia teriris, bahkan terluka. Padahal ia orang yang paling semangat di antara semuanya untuk mengantar William bahkan menemaninya di saat tes. Namun lontaran kalimat itu membuat Kia patah semangat dan hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman paksa yang ia berikan dengan selebar mungkin.
Setelah mengatakan itu, William keluar dari kamar Kia. Memang, level tertinggi dari sebuah kemarahan adalah pengabaian. Kia lebih memilih William yang rusuh, mengomel panjang lebar daripada William yang tadi. Dingin dan seperti malas berurusan dengan Kia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[ PART MASIH LENGKAP ] Azkia Sferinly Bredanzo. Seorang Leader Black Raccons, sebuah geng mafia terkenal di dunia. Jika ada seseorang yang mengusik kehidupannya, Kia tidak akan segan menyiksa dan membunuh mereka tanpa ampun. Siapa yang menyangka, le...
![A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/185242806-64-k761943.jpg)