Bel istirahat pun berbunyi.
"Untuk hari ini sampai di sini, sampai bertemu di minggu depan," ucap Bu Ririn dan keluar dari kelas itu.
"Iya Bu."
"Yok ke kantin! Perut gue dari tadi rewel mulu nih minta diisi," ucap Lauren tak sabaran sambil menarik tangan Kia yang sedang menulis catatan dari papan tulis.
"Ih sabar dikit lagi," jawab Kia dengan kesal.
"Ayoo buruan entar malah bel, keburu habis makanan kantin woi," dumel Lauren heboh.
"Dasar bawel! Yaudah ayo," Kia dan Lauren pun menuju kantin.
Beruntungnya, mereka mendapatkan meja kosong di bagian pinggir.
"Lo pesen apa?" tanya Lauren.
"Nasi goreng sama es teh aja."
"Oke."
Tak lama kemudian, Lauren membawa sebuah nampan yang berisi makanannya dan Kia.
"Nih."
Baru saja Lauren akan mengucapkan sesuatu pada Kia, empat siswa lain menghampiri meja mereka..
"Kita boleh gak duduk di sini? Semua meja udah penuh. Cuma di sini yang kosong," ucap salah satu cewek.
"Ohh boleh kok, silakan," jawab Lauren dan ia menggeser diri mepet ke Kia
Lalu mereka berempat pun duduk dengan posisi kedua cewek itu di samping Lauren dan Kia, lalu dua orang cowok lagi duduk di depan Kia dan Lauren.
"Kalian kenapa pindah ke sini? Mana sama-sama dari London," cerocos Lauren membuka percakapan saat semua pesanan mereka telah siap sedia di meja.
"Orang tua kita akrab, mereka ada bisnis di sini. Jadi kami juga harus ikut, deh," jawab cewek yang paling ramah sambil mengunyah makanannya.
Lauren hanya beroh ria tanpa mengeluarkan suara.
"Eh btw kita belom kenalan loh," ujar cowok yang duduk di depan Lauren tiba-tiba dengan semangat.
"Oh iya lupa, gue Lauren. Dan ini Kia," jawab Lauren sambil menyikut Kia.
Kia membalas dengan senyuman.
"Dia emang gitu, agak dingin cuek. Tapi aslinya kalo deket gue kek cacing kepanasan," jelas Lauren membuat Kia sedikit malu.
Mereka mengangguk paham.
"Ngomong seenak jidat nenek lo aja!" bisik Kia pelan sambil mencubit pinggang Lauren dengan kesal.
"Keceplosan elah, maap," kekeh Lauren.
"Gue Edgar, ini Marchel, yang ujung Feli dan yang paling datar dari tadi namanya Oliv," jelas Edgar dibalas anggukan oleh Lauren.
Lalu mereka pun tenggelam ke dalam percakapan yang mengasyikkan seakan mereka sudah kenal sejak lama.
"Nanti sore mau ikutan main gak? Kita berdua mau beli perlengkapan tinggal di sini. Itung-itung kita bisa dekat sama kalian berdua, nanti kita traktir deh," ajak Oliv dengan ramah.
Aah. Lauren dan Kia hampir saja menilai bahwa Oliv tadi adalah orang yang menyebalkan karena ia lebih kalem dari semuanya, ternyata ia sangat ramah.
"Kuy lah! Gue ikut!" Lauren heboh. Cewek mana yang diajak shopping gamau yakan.
"Minta Id Line dong biar bisa kontakan," ujar Oliv menyodorkan Hp berlogo apel digigit itu.
"Okee." Lalu Lauren pun bertukar Id line begitu pun dengan Kia.
"Nih cemilan, tadi gue beli sebelum berangkat," ujar seseorang tiba-tiba sambil memberikan sebuah paperbag berlogo donat..
"Makasih," balas Kia tersenyum lebar.
Lalu orang itu mengecup kening Kia dan mengacak rambut Kia pelan.
Ada hubungan apa mereka berdua? Pikir keempat orang baru di hadapan Kia ini
"Keknya mereka bingung deh kenapa William kasih lo donat, terus cium kening lo haha," bisik Lauren pelan.
Kia pun hanya menyunggingkan senyum tipis.
***
Pulang sekolah. Oliv, Feli, Kia, dan Lauren berjalan beriringan menuju gerbang.
"Eh gue sama Oliv duluan ya, sopir kita udah nungguin di depan. Gapapa kan? Atau mau bareng?" ajak Feli.
"Engga usah Fel, kita juga nanti dijemput kok. Kalian duluan aja, hati-hati ya," balas Lauren.
Feli dan Oliv pun mengacungkan jempolnya.
"Eh gue duluan juga ya, Mama udah nunggu di depan," ucap Lauren menepuk bahu Kia.
"Oh iya gapapa, hati-hati," balas Kia.
"Oke deh gue duluan ya! Jangan lupa nanti sore jam 5."
"Iya bawel lo." Kia mendorong Lauren karena terlalu cerewet.
Tinggallah Kia sendirian di depan gerbang menunggu taksi. Ya memang hari ini ia tidak membawa mobil karena mobil sportnya itu sedang dimodifikasi.
"Ih, serem banget dah ni sekolah kalo sepi," gumam Kia melihat sekitar sekolahnya.
Setelah satu jam menunggu dan jam menunjukkan pukul 15.00, taksi tidak lewat satu pun.
"Duh gimana nih, masa gue pulang jalan kaki. Tumbenan banget taksi gak ada yang lewat," gerutu Kia masih celingukan.
"Lagi nungguin taksi ya, Neng? Taksi off sampe jam 4 Neng, karena lagi ada demo katanya," ucap seorang satpam yang menghampiri Kia.
"Gitu .... makasih ya Pak infonya," balas Kia dengan lesu.
"Mana Hp mati, apes banget gue hari ini," dumel Kia menendang kerikil yang ada di depannya.
Namun, tak lama kemudian sebuah deruman motor mendekat ke arahnya. Kia pun melihat siapa yang menepi di dekatnya.
"Ayo gue antar pulang, keknya dari tadi lo diem mulu di sini," ajak orang itu.
"Eh gak usah Chel, gue nunggu aja," tolak Kia karena Marchel masih orang asing baginya.
"Lo yakin? Udah sore loh ini, bisa-bisa digodain preman. Tuh liat," tunjuk Marchel dengan dagunya ke beberapa preman yang duduk tak jauh dari gerbang sekolah yang sedari tadi melihat Kia tanpa henti.
"Aduh gimana, ya," ucap Kia sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jangan kelamaan mikir. Lo cuma perlu naik dan duduk diam terus gue anterin pulang. Itu doang, atau mau gue tinggal aja?" sambil menepuk jok motor sportnya.
"Oke yaudah." Kia pun menerima ajakan Marchel untuk pulang bersamanya.
Marchel melihat Kia dari pinggang sampai bawah, dan mendapati rok Kia yang sangat pendek. Ia pun melepaskan jaket kulit hitamnya lalu menyuruh Kia agar memakainya.
"Nih pake. Rok lo pendek banget," ujar Marchel memberikan jaketnya.
"Eh gak usah, gapapa. Lo pake aja jaketnya," tolak Kia halus.
"Nanti ada orang yang macem-macemin lo, gue gak tanggung jawab."
"E-em yaudah deh. Thanks," ucap Kia sambil menerima jaket itu lalu menutup kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[ PART MASIH LENGKAP ] Azkia Sferinly Bredanzo. Seorang Leader Black Raccons, sebuah geng mafia terkenal di dunia. Jika ada seseorang yang mengusik kehidupannya, Kia tidak akan segan menyiksa dan membunuh mereka tanpa ampun. Siapa yang menyangka, le...
![A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/185242806-64-k761943.jpg)