- 64 -

54K 2.5K 76
                                        

Setelah selesai rapat mengenai basket, Dion, William, Edgar, dan Keith pergi ke kantin bersama karena belum makan siang sama sekali. Walaupun bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

"Si kunyuk tumben ikutan," bisik Edgar pada Keith yang masih bisa didengar William.

Si kunyuk yang dimaksud adalah William.

"Gatau gue. Kesambet kali," balas Keith.

Dion pun sempat heran, biasanya sesudah rapat basket, William akan tetap di ruang ekskul untuk mendinginkan diri walaupun ia sedang lapar.

"Bwahahaha anjir si Oliv cemong."

"Kek badut ancol, hahahaha."

"Woii, muka guee Ya Tuhannn!"

Suara tertawa itu menggema di kantin karena kantin sangat sepi kecuali meja yang berisi Kia dan teman-temannya.

William, Dion, Edgar, dan Keith mendelik tajam ke arah meja mereka. Sekarang kan sedang jam pelajaran, kenapa mereka malah asyik nongkrong di kantin?

Kia dan yang lain masih belum sadar jika William, Dion, Keith, dan Edgar sedang menatap mereka dengan tatapan singa yang siap menerkam mangsanya.

"A-aa aduhh sakitt!" ringis Kia karena kedua telinganya dijewer.

"Rasain!" ujar William.

"Makanya jangan bolos," ucap Dion pula.

William dan Dion menjewer telinga Kia dengan sedikit keras. Begitu pun dengan Edgar dan Keith ikut menjewer Oliv, Lauren, dan Feli.

"Apa sih, dateng-dateng langsung pake kekerasan!" pekik Lauren memegangi telinganya.

"Anjerrr! Lepas, huaa, copott entarr!" Oliv tak kalah histeris.

"Gilaa ampunn woi, Monyet!" ucap Feli.

"Hebat banget ya, orang belajar, kalian malah bolos," ucap William dengan geram.

Penjaga kantin melihat mereka dengan tersenyum, bahkan ada yang tertawa ngakak dan memfoto momen itu.

"Salah siapa bolos!" ucap mereka berempat.

"Ya sori," balas para cewek serentak pula.

"Awas aja kalian bolos lagi," tegur William.

"Gue gantungin di batang toge, awas aja!"

"Entar gue promosiin ke tukang bakso depan yang gatelnya naujubillah."

"Iya tuh, biar dijadiin bakso juga."

Setelah mengatakan ancaman-ancaman, barulah William dan yang lain melepaskan jeweran di telinga mereka.

Keempat most wanted langsung duduk di hadapan Kia, Lauren, Feli, dan Oliv dengan tatapan lucu. Melihat gadis-gadis di depan mereka yang wajahnya seperti jeruk purut, masam.

Baru saja Dion akan berdiri untuk memesan makanan, Hp-nya bergetar tanda seseorang meneleponnya.

Bunda~

"Hallo, Bunda?"

"Kamu bisa temenin Oma check up hari ini? Soalnya gak mau pergi kalo bukan kamu yang nemenin."

"Iya, Bunda, bentar lagi Dion otw,"

"Bukannya kamu belum pulang sekolah?"

"Lagi free class kok, Bun, tenang aja." Dan sambungan diputus

"Sekarang gue harus pergi. Satu jam lagi juga pulang kan. Gue duluan ya," ucap Dion.

"Okee, hati-hati, Bro," ucap Edgar dan lainnya.

"Gue pergi dulu, nanti pulang sama William aja," ucap Dion sambil mengecup puncak kepala Kia dengan cepat. Yang dikecup langsung blushing seketika.

"Jagain cewek gue," ujar Dion lagi dengan lantangnya dari jauh.

"Hadehh, susah nih bucin baru jadian," cibir Oliv.

"Iya tuh, lagi kasmaran dianya," sambung Lauren.

"Bacot kalian," balas Kia dengan lidah yang mengejek.

Ting! Sebuah pesan masuk ke Hp Kia.

Unknown Number: Ke rooftop sekarang

Kia mengerutkan dahinya sebentar, dan baru mengingat bahwa Flora tadi menyuruhnya ke rooftop. Entah apa yang akan dilakukan Flora, Kia tidak tahu.

"Gue duluan," ujar Kia dan langsung pergi dengan cepat tanpa mendengar panggilan temannya untuk menanyakan kenapa dan ke mana.

Sesampainya di rooftop, Kia sama sekali tak melihat siapa pun Atau itu hanya akal-akalan Flora, pikirnya.

"Dasar sinting. Berani main-main sama gue," umpat Kia karena merasa ditipu.

Namun, baru saja akan berbalik badan, tiba-tiba seorang mencekik lehernya dengan kuat membuat Kia susah bernapas.

"Le-pas!" ucap Kia tersengal-sengal.

Tanpa menebak, Kia sudah tahu bahwa orang itu sudah pasti Flora.

Bak psikopat, Flora mengunci leher Kia dengan lengannya dan memutar tangan Kia ke belakang hingga Kia kesusahan bergerak. Dan lebih gilanya lagi, Flora membawa Kia ke tepi rooftop yang pinggiran temboknya hanya sebatas perut.

Merasa nyawanya di ujung tanduk, Kia semakin ketakutan tentunya. Kia sudah terbiasa dengan berbagai sabetan juga tembakan menghunjam ke arahnya. Namun, jatuh dari lantai 8 sudah pasti berada di level yang berbeda. Kia tidak berani membayangkan.

"Lo gila!" umpat Kia tersengal, mencoba melepaskan lengan Flora yang membuatnya tercekik

Flora mendorong kepala Kia menuju tepi tembok, alhasil separuh badan Kia sudah berada di sandaran angin tanpa tembok. Satu dorongan kecil saja, sudah dipastikan Kia akan menghantam lantai di bawah.

"Stop! Lo udah bener-bener ga waras? Hah!" teriak Kia histeris.

"Iya gue gila! Dan gue gila karna lo yang hancurin hidup gue, Kia!" Kia tersekat sebentar. Maksudnya?

"Sahabat lo itu udah bunuh Mama dan Papa gue, Kia! Freno Angkasa!" pekiknya kencang. "Kalo Freno gaada waktu itu kebut-kebutan, orang tua gue ga bakal masuk jurang!" serunya dengan wajah emosi.

Entah kenapa cengkeraman itu semakin kuat dan membuat Kia tersengal-sengal menarik napas.

"Ka-lo lo lupa, Freno juga me-ninggal!" ucap Kia sambil meneteskan air matanya karena kejadian itu.

Flora tersenyum bak psikopat. "Dan lo cuma kehilangan satu orang di hidup lo. Dan itu cuma sahabat lo Kia, bukan orang tua lo!"

"Lo juga rebut Dion dari gue! Udah cukup semua orang yang gue sayangi menghilang dari sisi gue. Kali ini, ga akan gue lepas gitu aja!" pekiknya histeris.

***

Sudah banyak siswa yang berkumpul di lapangan karena suara pekikan dari rooftop. Lebih mengejutkan lagi adalah Kia yang nyaris jatuh dan dicekik oleh Flora.

"Woii bantuin kek!"

"Mau jatuh ituuu!"

"Astagfirullah Kia!"

"Telpon polisi woii!"

Pekikan dengan histeris itu memenuhi lapangan. Membuat guru-guru pun langsung ikut melihat bukan malah membantu.

Edgar, Keith, William, Lauren, Feli dan Oliv yang baru saja keluar kelas untuk mengambil tas masing-masing pun terkejut karena lapangan penuh dengan orang yang matanya tertuju ke atas rooftop.

Tanpa basa-basi, mereka segera berlari ke rooftop, menolong Kia yang berdebat dengan Flora.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang