- 71 -

59.2K 2.9K 505
                                        

Pukul 01.00 dini hari

Kia sudah berada di dalam peti, dan siap dikuburkan malam ini juga. Seluruh keluarga Bredanzo telah berkumpul. Mereka mendapat kabar bahwa Kia telah tiada, meski masih tak percaya dan berharap bahwa itu adalah mimpi belaka.

Namun yang mereka anggap mimpi itulah kenyataan sesungguhnya.

Mereka diliputi luka yang mendalam, seorang cucu perempuan satu-satunya di keluarga Bredanzo telah tiada sudah meluas ke seluruh penjuru dunia. Bahkan seluruh isi berita televisi sudah berisi ucapan duka untuk keluarga Bredanzo.

Mommy yang berkali-kali jatuh pingsan dan kondisi tubuh yang menurun.

William sangat tak tega melihat itu, ia mencoba menyemangati Mommy dan Daddy yang dilanda penyesalan seperti dirinya.

Andai waktu bisa diputar kembali, akan William buat kenangan dengan waktu yang sangat panjang dan tidak akan ia sia-siakan setiap detiknya.

Namun, kita tidak tahu takdir Tuhan akan seperti apa. Mustahil untuk menerka-nerka.

Kia yang berada di dalam peti mulai didorong di atas sebuah ranjang roda dari ruangan itu. Mommy semakin histeris, tak tega putrinya dibawa pergi.

"Sudah, Sayang, jangan menangis. Kia pasti sangat sedih melihatmu seperti ini," ujar Paula sang Nenek memeluk Mommy untuk menenangkannya.

"Putriku, Ibu," ujar Mommy di tengah isakan.

Paula mengangguk. "Iya, dia putri kesayanganmu kan? Ikhlaskan sayang, aku yakin dia pasti bersedih melihatmu seperti ini."

Mommy tak menyahut lagi karena terlarut dalam sesenggukannya.

"Ayo semuanya, Kia harus dimakamkan sekarang juga," ujar salah satu dokter yang memimpin jalannya pemakaman ini. Mereka semua mengangguk dan mengikuti dari belakang

Sesampainya di pemakaman, seluruh pemakaman itu penuh oleh orang yang memakai jas berwarna hitam. Orang yang melihatnya pun terkejut dan heran. Ratusan orang di sana berbaris rapi. Pemakaman itu sangat luas, karena memang dikhususkan untuk keluarga Bredanzo..

Di sana sudah ada 6 makam yaitu Eyang Kia dan Ayah Ibu dari Daddy Kia.

Tak ada yang ingin menanyakan siapa orang yang sebanyak itu, karena melihat kondisi dan situasi.

Pemakaman Kia dilaksanakan dengan hikmat, tak henti-hentinya Mommy Kia menangis sejadi-jadinya begitu pun dengan yang lainnya. Daddy yang di samping Mommy mencoba menguatkan istrinya itu walaupun ia juga ikut terpukul.

Setelah pemakaman, terdengar suara tembakan bersahut-sahutan dari orang-orang tak dikenal tadi. Mereka menembakkan peluru ke udara sebagai penanda bahwa Seorang Leader sudah tiada.

Orang terdekat Kia tetap pada posisinya mengelilingi makam Kia dan merapalkan doa-doa agar Kia diletakkan di posisi yang baik di alam sana.

Tak henti-hentinya juga sahabat Kia menangisinya, seperti Lauren dan Keith. Mereka sudah bersahabat dengan Kia sedari kecil, mereka tahu rasanya kehilangan sahabat seperti apa. Walaupun dulu, Freno-lah yang lebih dulu meninggalkan mereka. Bahkan sampai sekarang, lukanya masih basah tertinggal.

Jangan lupakan orang tua sahabat-sahabat Kia yang juga langsung terbang dari London untuk memberikan duka cita dan rasa penghormatan.

Setelah bermenit-menit lamanya mereka menangisi kepergian Kia, akhirnya Lauren dan Mommy tumbang. Tak sanggup lagi dengan air mata yang sudah tak dapat dikeluarkan.

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang setelah berpamitan dan memberikan semangat pada Mommy, Daddy, dan William. Jika William tidak memaksa, mungkin mereka akan tidur di pemakaman ini.

Tinggallah disana Dion dan William mendapat giliran untuk menyampaikan pesan untuk Kia. Mereka tahu bahwa pesan yang disampaikan pasti akan didengar oleh Kia.

Sebelum Dion berbicara apa yang akan ia sampaikan, ia benar-benar kesusahan menahan sesenggukan.

"Bahagia di sana ya Kia, gue pasti bakal rindu serindu-rindunya sama cewek gue yang satu ini. Si cerewet, si tukang marah, si tukang ambekan, si tukang cemburu, si pemukul, dan orang yang paling gue sayang setelah Ayah dan Bunda."

"Maafin semua kesalahan gue selama ini yang selalu membuat lo sakit. Gue gatau lagi gimana caranya hitung semua dosa gue sama lo. Gue udah jadi cowok berengsek, kan? Maaf, ya."

"Gue pasti bakal sering ngunjungin lo.
Gue sayang lo, Kia."

Setelah mengatakan itu, Dion kembali menangis dan mundur dari makam Kia menjauh membiarkan William berbicara berdua dengan Kia.

"Hi, Adek kakak yang paling cantik, udah ga sakit lagi kan karna kakak gak bikin kamu sakit hati lagi, bikin nangis lagi dan bikin kecewa lagi."

William menunduk, air matanya kian menderas.

"Kakak gatau mau ngomong apa lagi, yang jelas kami semua kehilangan seseorang yang menjadi berlian dan cahaya di kehidupan kami. Sangat-sangat kehilangan semuanya. Kakak gatau kehidupan setelahnya bakal kek gimana, pasti bakal berbeda. Gaada lagi keributan di rumah hanya karena masalah kecil, dan gaada lagi suara rengekan manja dari kamu.

"Kakak pasti bakal rindu sama kamu Kia. Oh iya, Eyang, Kakek, Nenek, dan semuanya yang ada di sini. Jagain Kia ya, temenin Kia, Kia pasti bakal nangis kalo dia sendirian di sini. Dan sayangi Kia juga yaa. William titip Kia."

William mengusap nisan baru di depannya dengan lembut.

"Kia, kakak pergi dulu ya, I love you," ujarnya dan mencium papan nisan Kia dengan sayang.

Kia meninggalkan semua orang. Ia membuat orang bersedih. Semua orang menangis karenanya. Namun, takdir adalah garus Tuhan yang tak dapat dihentikan.

***

"Mommy tidur ya, istirahat," bujuk William pada Mommy yang sedari tadi menangis tanpa henti.

Mommy membalasnya dengan gelengan. "Kia," panggil Mommy melihat sebuah bingkai foto yang ada dirinya dan Kia sedang tersenyum lebar di saat berhasil mengerjai Daddy dan William dengan donat bumbu bedak.

Mommy mendekat ke arah foto-foto yang berisi Kia di sana. Ia memeluk salahs satunya dengan erat, di mana Kia sedang tersenyum manis di depan kamera saat ia berhasil memenangkan lomba fashion show di kelas 10 lalu. Dan itu juga ulah Mommy mendaftarkan paksa Kia ikut serta.

"Mommy kehilangan kamu sayang. Sangat," ujarnya.

William mengembuskan napasnya pelan, tak tega melihat mommynya seperti itu. Bahkan Daddy saat ini sedang termenung melihat sebuah bingkai foto yang istrinya peluk.

Seharusnya ia sedari dulu tak terlalu mementingkan pekerjaan, seharusnya ia selalu berada di samping putrinya dan memberikan kebahagiaan sebagai seorang anak dan Ayah yang sesungguhnya.

Ia benar-benar menyesal, sungguh.

Setelah berkali-kali William membujuk orang tuanya, akhirnya mereka terpaksa istirahat dengan keadaan seperti ini. Muka kuyu kurang istirahat dan tampak bertahun-tahun lebih tua.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang