- 26 -

64.5K 2.8K 458
                                        

Lauren menggebrak meja yang ditempati Marchel dan Cindy. Oliv dan Feli yang menatap mereka berdua dengan tajam.

"Maksud lo apa? Siapa lo yang ngatain Kia kek gitu?" bentak Lauren menunjuk-nunjuk wajah Marchel dengan telunjuknya.

Hanya butuh satu detik keributan yang disebabkan Lauren mengundang tatapan penasaran murid yang lain. Sekarang, mereka sudah menjadi pusat perhatian dari tatapan penuh tanya berpasang-pasang mata yang ada di kantin.

Marchel berdiri dari tempat duduknya.

"Emang kenyataan, kan? Dia suka ngerusuh di sekolah ini. Labrak sana-sini kalau ada yang bikin masalah," jawab Marchel tanpa merasa bersalah.

"Dasar anjing! Mulut lo dijaga, ya! Gak usah munafik lo, banci!" umpat Lauren habis-habisan.

"Mimpi dia ketinggian kalau berharap gue deketin pelacur macam dia," balas Marchel dengan santainya.

Tangan Lauren yang hendak menampar mulut Marchel berhenti saat sebuah tinjuan lebih dulu mendarat di pelipis Marchel.

"Jaga mulut lo! Adek gue jauh lebih baik dari apa yang lo kira. Lo pikir cewek di sebelah ini lebih baik dari Kia? Ngotak kalo ngomong! Bajingan lo," bentak William di depan wajah Marchel.

"Bang Wil?" gugup Marchel.

Mendengar namanya dipanggil oleh mulut kotor manusia di depannya ini membuat William semakin naik pitam. Tanpa ampun, dia mendaratkan beberapa pukulan di wajah dan perut Marchel.

Jika dia berani berbicara buruk tentang Kia, berarti dia harus siap dengan konsekuensinya juga. Edgar yang melihat William kesetanan berniat maju untuk melerai, tapi ditahan oleh Lauren.

"Diem atau lo juga habis di tangan William," cegah Lauren.

Mau tidak mau, Edgar hanya bisa menurut dan menyaksikan Marchel babak belur di tangan William. Ya, salahkan mulutnya sendiri yang sudah membangunkan macan tidur.

Bibir Marchel sudah robek, wajah yang sudah penuh lebam biru, dan penampilan acak-acakan akibat bogem mentah milik William. Tapi William tetap membabi buta karena tak terima adiknya dihina seperti itu.

Mengingat kembali bagaimana cara Marchel merendahkan Kia hanya semakin menyulut emosi William semakin di luar kendali.

"Udah cukup! Jangan sakiti Marchel" teriak Cindy sambil menangis melihat kondisi Marchel yang sudah tidak berdaya.

William masih memukuli Marchel tanpa henti. Seluruh isi kantin menjadikannya tontonan. Tidak ada yang berani maju melerai karena mereka tahu, jika William marah, siapa pun yang menghalangi juga akan terkena imbasnya.

Kia yang masih tenang di UKS tidak tahu keributan macam apa yang terjadi di kantin. Sampai pintu UKS dibuka dengan keras, diikuti teriakan kalut menarik perhatian Kia.

"Kak, Kak Wil-liam be-rantem sama Marchel," ucap salah satu siswi yang terengah-engah ke UKS untuk memberi tahu Kia.

"Di mana?" tanya Kia dingin.

"Kantin, Kak."

Kia langsung berlari menuju kantin, walaupun kepalanya sudah sangat pusing karena kejadian tadi.

Kia melihat Marchel yang terkapar tak berdaya dan William yang masih memukulnya tanpa ampun. Kia maju melewati kerumunan orang-orang dan menarik tangan William.

"Kak udah, gue gapapa!" teriak Kia menarik lengan William agar menjauh. Namun nihil, ia tak sekuat itu untuk menarik William yang tenaganya dikeluarkan habis-habisan saat ini.

Dan Kia mulai menangis sesenggukan takut karena kakaknya bisa saja membunuh Marchel saat ini.

Kepala Kia mulai pusing sejadi-jadinya seakan bumi berputar bagai roda lalu seketika semua menjadi gelap dan Kia kehilangan pijakan.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang