- 31 -

66.1K 3.3K 369
                                        

"Nama gue Stevan Leonardo Warren, panggil aja Stevan," ucap orang itu memperkenalkan diri dengan senyum tipis.

"Gue Azkia Sferinly Bredanzo, panggil aja Kia," balas Kia sambil tersenyum pula, meski kelewat tipis.

"Pindahan dari mana?" tanya Kia memecah suasana hening.

"Dari Aussie, bokap gue ada kerjaan di sini, jadi pindah kesini sementara," jawabnya dengan jelas.

Berarti ini si anak baru super ganteng yang dikatakan Lauren kemarin.

"Btw, kok lo anak baru bisa langsung ikutan camping?" tanya Kia lagi.

"Karena hobi. Camping, hiking, apa pun yang berbau alam gitu gue gak bisa skip," cerita Stevan diikuti sengiran lebar.

Kia hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Dan kembali hening tanpa ada yang berbicara maupun memulai pembicaraan.

***

Setelah menempuh jalan yang lumayan panjang, akhirnya mereka sudah sampai di puncak. Tapi, Kia dan Stevan masih tertidur dengan posisi saling menyandar. Mereka mendapat tatapan bingung dari sahabat-sahabat Kia yang tidak mengenali Stevan.

Oliv dan Feli gencar mengabadikan momen itu sambil tertawa.

"Jarang-jarang ni Ratu Es so sweet sama cowok," ucap Oliv tidak melewatkan kesempatan.

Edgar membangunkan Kia dan Stevan dengan tepukan kecil di pipi mereka. Dan akhirnya mereka berdua bangun yang langsung disambut dengan tatapan penuh arti dari sahabat Kia.

"Berasa dunia milik berdua nih, kitanya nyewa," cibir Edgar.

"Kita di mana?" tanya Kia yang masih belum sadar sepenuhnya.

"Di alam barzah. Udah sampe ini, dari tadi dibangunin juga," jawab Edgar konyol.

Tangan Kia yang tak sengaja saling menggenggam dengan Stevan langsung dia lepaskan.

"Hayoo, siapa tuh di sebelah lo. Nempel banget keknya," ejek Lauren sambil menaik-turunkan alis.

"Mmm ... dia anak baru," gugup Kia. Ya gimana tidak gugup? Ketahuan pegang-pegangan tangan dengan cowok asing.

"Ya iyalah anak baru! Kalo bukan anak baru kita gak bakal nanya!"

Sedangkan Stevan masih diam dan mengatup-ngatupkan matanya agar sepenuhnya tersadar. Dengan kondisi rambut yang acak-acakan menambah kesan manis pada dirinya.

"Nama lo siapa?" tanya Keith yang ikut berbicara sekaligus kepo.

"Stevan Leonardo Warren. Panggil aja Stevan," jawab Stevan seadanya.

Yang lainnya jadi ikut berkenalan, tidak peka kalau Stevan masih berusaha mengumpulkan nyawa.

Setelah acara kenalan singkat tadi, mereka segera turun dari bus sebelum ditinggal yang lain.

"Oh iya, ini hoodie-nya. Makasih, ya Stevan," ucap Kia pada Stevan yang masih bisa di dengar teman-teman Kia yang lain.

"Tas kita udah diturunin?" tanya Kia pada yang lain.

"Udah, tuh di sana," tunjuk Edgar pada sebuah tenda yang banyak tas tas ransel.

***

"Baiklah anak-anak, jam istirahatnya sudah dulu. Jam sudah menunjukkan pukul 16.15, jadi kita harus segera ke atas sebelum semakin larut," Pak Delim lewat toa.

"Dipandu oleh kakak-kakak senior, ya," sambung Pak Delim.

Kondisi jalanan yang menanjak dan licin menjadi hambatan. Tapi untungnya jalanan tidak begitu terjal sehingga tidak langsung menguras tenaga sampai habis.

Brukk! Baru juga mereka berjalan beberapa menit, si drama queen baru sudah sibuk bermain sinetron.

"Aww, sakit," ucap Cindy yang terpeleset karena tersandung ranting kayu.

Cindy berjarak tiga orang di depan Kia dan yang lain.

"Kamu kenapa?" tanya salah satu senior yang bernama Ratih.

Ya jatuhlah, apa lagi! Masa iya mencari cacing - dumel Cindy dalam hati.

"Kepleset, Kak," jawab Cindy sambil meringis kesakitan karena lututnya sedikit lecet dan mengeluarkan darah.

"Hoho, mampus, kan Nyai Ronggeng," sindir Oliv agak keras.

Kia hanya melewatinya tanpa minat. Terlalu drama untuk ditanggapi.

"Kalo kamu gak kuat jalan, bisa pake tandu," ucap Kak Ratih lagi sambil membantu Cindy berdiri.

"Ga usah, Kak, masih bisa jalan, kok," balas Cindy.

Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan.

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang