- 9 -

107K 3.7K 228
                                        

Kia berjalan sambil menjambak rambut satu orang adik kelas tanpa ampun.

"Akh, sakit Kak," ringisnya saat Kia menarik rambut itu dengan kuat.

Kia melempar tubuhnya hingga jatuh menimpa Anne yang masih terbaring lemas di lantai kantin.

"Lo kan, yang ikut ngerencanain semuanya? Lo juga yang ajak gue ke gudang," ucap Kia sinis dengan menekan setiap kata.

"Ta-pi aku dipaksa Kak Anne. Kalo aku gak ikutin apa yang dia bilang, aku bakal dia bully habis-habisan, Kak. Dan juga orang tua aku terancam," balasnya sambil menangis sesenggukan

Kia mencengkeram keras dagu Anne. "Apa yang dia omongin, bener?"

Karena merasa tersudut, akhirnya Anne mengangguk, tak bisa mengelak lagi. Kia terdiam sejenak dan menekan sebuah tombol di jam yang dipakainya.

"Waktu main-mainnya udah habis. Gue udah muak sama kalian bertiga," ucap Kia dengan kalimat sarat arti.

***

Ramai-ramai di kantin tadi berhasil mengundang beberapa guru berlarian ke kantin. Mungkin beberapa anak ada yang melapor ke ruang guru.

"Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" tanya seorang guru BK yang baru datang.

Lalu, salah satu siswa yang sedari tadi menjadi saksi drama antara Kia dan Anne pun menceritakan permasalahannya dengan detail.

"Siapa Azkia? Kenapa saya tidak tahu? Mengapa anak itu membuat kericuhan di sini?" tanya salah satu staf TU baru.

"Laporkan kepada pihak yang berwajib. Ini adalah tindakan yang tidak bisa dibiarkan. Bagaimana bisa seorang pelajar menyiksa temannya habis-habisan di depan umum seperti ini?" lanjutnya.

"Kia adalah anak dari Richard Bredanzo, dan saya adalah kakaknya," ucap William tiba-tiba. Dan pada akhirnya, satu sekolah pun tau hubungan William dan Kia adalah saudara kandung

"Dia anak pemilik sekolah ini. Apakah Anda ingin melaporkannya pada pihak yang berwajib?" William pun marah karena adiknya akan dilaporkan ke polisi.

"Tentu tidak. Maafkan saya, Tuan Muda."

***

Setelah melakukan berbagai permainan kecil, Kia sangat puas dengan apa yang ia ukir di kedua tangan Anne, Ashley dan Rea. Bahkan Kia memotong rambut mereka bertiga sepanjang satu jengkal. Mereka bertiga pun sudah pingsan tak berdaya akan apa yang dilakukan Kia.

Kia jahat? Tentu tidak. Masih ingat prinsipnya? Gue gak suka diusik. Sekalinya lo usik gue, lo bakal mati saat itu juga. Tapi untungnya Kia tidak memiliki mood untuk menikam mereka bertiga dengan pisau kesayangannya.

"Berikan mereka hukuman cambuk satu hari satu malam. Bagaimanapun mereka harus bungkam tentang kejadian dan identitas asli saya," titah Kia pada Vallo dan dua anggota Black Raccons lainnya.

"Baik, Miss. Tapi ada satu masalah lagi di markas bagian barat."

"Masalah lagi?" tukas Kia dingin.

"Iya, Miss, ada penyusup yang masuk markas bagian barat. Mereka berhasil mengecoh anggota yang berjaga di depannya. Penyusupnya berjumlah dua orang, sepasang suami istri. Sudah kami tangkap, tapi belum diberi pelajaran. Apakah langsung kami bunuh, atau Miss yang akan melakukan tindakan?"

"Penyusup suruhan siapa?"

"Red Tiger, Miss, mereka disuruh untuk memata-matai kita."

"Itu bagian saya. Siapkan mereka di ruang penyiksaan," ucap Kia lagi dan pergi menggunakan mobil lainnya untuk ke markas tempat penyiksaan penyusup laknat itu.

Sesampainya di markas, Kia menggunakan ID Card khusus Leader Black Raccons.

Selamat datang, Leader Black Raccons dan selamat siang, Miss, semoga harimu menyenangkan~

Semua anggota Black Raccons berbaris rapi menyambut kedatangan Leader-nya itu.

"Di mana dia?" tanya Kia langsung dengan dingin.

"Sudah di ruang penyiksaan, Miss."

Kia pun mengangguk sebagai jawabannya.

"Ada yang mencoba memata-matai Black Raccons rupanya. Kuakui nyali kalian sangat besar untuk mengusik ketenanganku dan anggotaku," ucap Kia sinis dan dingin.

"Kami hanya melaksanakan perintah, Miss, ampuni kami. Kami terpaksa melakukan ini semua. Kami sudah tidak tahu harus mencari uang bagaimana sampai ketua Red Tiger menawarkan kami uang yang banyak untuk melakukan misi ini," ucapnya sambil bersujud simpuh dikaki Kia sambil menangis.

"Apakah itu benar? Jika kalian berbohong, saya akan membakar kalian berdua hidup-hidup!" ucap Kia penuh ketegasan.

"Vallo, hubungi Herry! Cari tau informasi tentang mereka." Kia dengan dingin dan berjalan kembali ke ruangannya.

"Baik, Miss," jawab Vallo.

Setelah lima belas menit menunggu, akhirnya informasi telah berada di tangan Vallo.

"Jadi mereka adalah Tuan Brezdy dan Nyonya Tresya. Dulu mereka memiliki perusahaan Resya Corp yang menduduki perangkat ke 15 di dunia. Namun, perusahaan itu bangkrut karena karyawannya banyak korupsi. Mereka kesusahan dan tinggal di tempat kumuh. Karena Red Tigger tahu bahwa tuan Brezdy dulu adalah mafia Jerman yang pandai memata-matai, Red Tigger memberikan mereka peluang besar dengan nominal yang fantastis tapi dengan syarat memata-matai kita, Miss."

"Baiklah, terima kasih."

"Maaf kan aku Tuan Brezdy dan Nyonya Tresya. Aku pikir kalian adalah orang yang jahat. Bagaimana kalau aku menginvestasikan beberapa hartaku untuk perusahaan kalian? Dengan posisiku sekarang, aku yakin investor lain pun tidak akan ragu untuk ikut berinvestasi ke perusahaanmu dan kalian bisa memulainya dari awal lagi. Dengan syarat, kalian tidak perlu berhubungan dengan Red Tiger lagi," ucap Kia dengan ramah. Tuan Brezdy dan Nyonya Tresya pun mengangguk pasti.

"Lepaskan mereka," suruh Kia ke anggota Black Raccons lainnya.

Lalu, salah satu anggota Black Raccons melepaskan tali yang diikat ke tuan Brezdy dan nyonya Tresya.

"Terima kasih, Miss, kau sangat baik kepada kami," ucap Nyonya Tresya dengan senyumnya, bahkan ia menitikkan air mata akan kebaikan Kia.

"Sekali lagi terima kasih, kami tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih pada Anda, Miss," tambah Tuan Brazdy.

"Sama-sama, Tuan dan Nyonya. Vallo tolong antarkan mereka ke apartemen milik saya di Jl. Sukma Jaya. Kalian bisa menempati apartemen itu. Anggap saja sebagai hadiah memulai perusahaan kalian. Jangan lupa lengkapi isi apartemen itu dan makanan yang diperlukan ke depannya, Vallo."

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang