- 49 -

62.4K 3K 156
                                        

Akhirnya Kia, Oliv, Lauren, dan Feli berhasil masuk UKS setelah sibuk berdesak-desakkan di luar. Kaki Kia yang masih memakai kruk untuk berjalan bahkan sampai terinjak-injak saking rusuhnya.

"Demi apa, ramenya berasa lagi nonton konser, anjir," ucap Lauren mengatur napasnya.

Dion tengah tertidur diranjang UKS dengan lengan tangan yang menutup matanya menahan sakit saat kakinya dibersihkan menggunakan alkohol.

Kia mendekat, dan menarik tangan Dion membuat laki-laki membuka matanya dan melihat Kia yang sudah berada di depannya sekarang.

"Lo gapapa?" tanya Kia, khawatir melihat Dion yang pucat tak berdaya.

Dion tahu bahwa wajah Kia mengekspresikan bahwa ia sangat panik, khawatir, dan peduli padanya saat ini.

Dion tersenyum lembut. "Gue gapapa."

"Yakin? Kaki lo sampe berdarah-darah kek gini," tunjuk Kia pada kaki Dion yang diperban.

"Lo khawatir banget sih kayanya," balas Dion menggodanya. Mendengarnya, Kia jadi dongkol sendiri. Sempat-sempatnya di saat sakit begini.

"Dihh, ogah," ucap Kia ketus dan hendak pergi dari UKS.

Namun, secepatnya Dion mencekal tangan Kia agar tetap bersamanya saat ini.

"Gue mau ngomong bentar," ucap Dion yang masih memegang lengan tangan Kia.

Karena sahabat Kia tahu diri dengan situasi sekarang, mereka keluar dan meninggalkan Kia bersama Dion untuk berbicara.

"Ehhh kadal-kadal rawa! Ngapain lo semua ngumpul di depan sini, hah?" tanya Lauren, teriak pada semua cewek yang rela menunggu di depan UKS.

Samar-samar Kia bisa mendengar teriakan Lauren di luar. Namun, dia tidak mendengarkan lebih jauh karena sudah kembali fokus pada Dion.

"Mau ngomong apa?"

"Bantuin gue duduk, dong," rengek Dion sambil mengulurkan tangan.

Akhirnya karena kasihan, Kia pun membantunya. Ia meletakkan kruknya dulu, lalu memegang lengan Dion yang kekar dengan tenaganya.

Jarak Kia dan Dion sangat dekat, membuat Kia mencium aroma maskulin milik Dion. Begitu pun Dion yang dapat menikmati aroma stroberi dari rambut Kia. Dion sempat tersenyum manis, namun Kia tak menyadarinya.

"Duduk dulu, lo ga capek berdiri terus?" tanya Dion yang masih terbaring.

Karena kakinya yang pegal, akhirnya Kia duduk di kursi sebelah ranjang.

"Sori gue gabisa pulang bareng lo nanti," ucap Dion dengan rasa bersalah.

Kia baru ingat, bahwa Dion tadi memaksanya untuk pulang bersama tadi. "Santai aja, gue bisa kok pulang sama Lauren. Lagian kondisi lo juga lagi gini."

"Tapi lo kudu wajib ikut gue ke rumah temuin Bunda," titah Dion tiba-tiba.

"Maksa banget si," kesal Kia cemberut.

"Bunda yang maksa, Sayang" ucap Dion lembut membuat hati Kia berdesir. Sudah dipastikan wajahnya seperti tomat saat ini.

"Cieee blushing, lucu banget si kek bokongnya ayam warna-warni punya adek gue," tawa Dion melihat reaksi Kia.

Kia langsung saja menoyor kepala Dion keras membuat empunya kesakitan.

"KDRT! Main toyor-toyor aja, dicium kek," ucap Dion memelas sambil memonyongkan bibirnya.

"Dih ngarep!" balas Kia mengetuk pelan kaki Dion yang terluka.

"Kita sama, ya? Kaki kanan lo yang sakit, gue kaki kiri. Jodoh banget," gombal Dion sambil menaik turunkan alisnya.

Kia yakin saat jatuh tadi kepala Dion terbentur super keras, makanya jadi geser seperti sekarang. Masalahnya, kenapa harus menggoda Kia terus-terusan?

"Mimpi lo ketinggian," balas Kia tertawa renyah.

"Gapapa dong, Neng, entar Abang yang naek pake baling-baling bambu Doraemon," jawab Dion receh.

"Stres gue lama-lama di sini."

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang