Sesuai perjanjian setelah pulang sekolah, Kia akhirnya datang ke rumah Dion untuk menemui Bundanya. Tapi sebelumnya, Kia sempat mengganti bajunya di dalam mobil. Menggunakan hoodie berwarna maroon dan levis putih yang panjang beserta sepatu sneakers, rambutnya dikucir kuda asal. Karena Lauren berbaik hati, akhirnya ia mau mengantar Kia untuk ke rumah Dion. Untungnya tadi Dion sempat memberitahukan lokasi ia tinggal, jadi Kia tak perlu pusing-pusing lagi mencari rumahnya
"Permisi pak, Dion-nya ada?" tanya Kia dengan ramah pada satpam yang berjaga dipos rumah Dion
Satpam yang bernama Budi itu tersenyum pada Kia. "Ada, Non. Pacarnya Den Dion, ya? Tadi Den Dion sudah bilang," jelas sang satpam panjang.
Kia hanya tersenyum malu saat ia diakui sebagai pacar, bukan teman.
"Langsung masuk saja, Non, Aden di dalam."
"Oke Pak, terima kasih," balas Kia dan pergi.
Setelah sampai di depan pintu, Kia mengetuk dan menunggu seseorang mempersilakan masuk. Kia dapat melihat seorang anak kecil laki-laki membuka pintu itu sambil mengintipnya.
Karena tahu tamunya adalah seorang wanita cantik, akhirnya pintu dibuka dengan lebar. "Hai, Kakak cantik. Cali syapa ya?" tanya bocah itu bingung.
"Dion-nya ada?" balas Kia dengan jongkok agar mempermudah berbicara dengan anak kecil yang sangat imut di depannya ini.
"Ada, Ka, Abang di kamal, lagi tidul," ucapnya yang cadel.
"Rafka? Kamu ngomong sama siapa, Sayang?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru muncul.
"Sama Kaka cantik, Bunda."
"Astaga, Kia! Kamu dari kapan datang? Kok ga masuk sih?" tanya Bunda Sarah, bundanya Dion dengan ramah.
Kia gugup, pastinya. "Em-em baru aja datang kok, Tan."
"Ayo masuk dulu," balas Bunda sambil membantu Kia masuk dengan merangkul bahu Kia.
"Tunggu sebentar ya sayang, Bunda ambilin minuman sama makanan dulu." Akhirnya Bunda Sarah menghilang di balik pintu dapur.
Kia hanya tersenyum manis padanya. Sejenak Kia memandangi sekitaran rumah Dion yang besar, 11-12 dengan rumahnya. Nuansa abu-abu dan hitam lebih menghiasi seluruh ruangan dibandingkan putih.
"Diminum dulu, Sayang. Oh iya, tadi Bunda sengaja bikinin kamu brownies. Bunda jago loh buat brownies, kapan-kapan kita bikin sama-sama," ucap Bunda dengan antusias.
"Iya, Tan, pasti Kia bakal bikin kue sama Tante," jawab Kia yang masih gugup.
"Jangan panggil tante ah, Bunda aja," koreksinya ramah.
"Iya, Bunda," balas Kia tak kalah ramah.
"Kabar Mommy kamu gimana? Ada di rumah ga? Bunda udah lama ga ke rumah."
"Baik kok, Bun, Mommy lagi di luar kota sama Daddy sampe minggu depan."
"Ooh gitu, jadi di rumah sama William, aja?" tanya Bunda dengan mata berbinar.
"Iya, Bun."
"Tidur di sini aja, nemenin Bunda. Ayahnya Dion lagi di luar kota juga. Lusa baru pulang," balas Mommy dengan penuh harap.
"E-em gimana ya, Bun," Kia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kamu dulu juga sering tidur sama Bunda kalo Mommy kamu pergi sama, Daddy," ucap Bunda mengingat-ingat masa lalunya. Kia yang tidak mengingat cerita itu jadi mengernyit kecil.
***
Kia kecil yang berumur 5 tahun sedang menangis meraung-raung karena orang tuanya akan bekerja beberapa hari di Singapura. Yang membuat Kia menangis adalah William ikut dengan mereka, sedangkan ia sendiri tidak.
"Huaaa gamau ditinggal Mommy," rengek Kia memegangi betis mommy-nya dengan erat.
Karena Mommy bingung harus apa, akhirnya ia jongkok dan berbicara kepada putri kecilnya itu. "Sayang, Mommy ga lama kok perginya. Nanti kan bisa main sama Dion. Beli aja mainan apa pun, nanti Mommy titip uang sama Bunda Sarah," ucap Mommy lembut dan menciumi seluruh wajah Kia dengan sayang.
Namun, Kia masih tetap menangis tanpa bersuara.
Dad menggendongnya dengan erat. "Hey, come on, Princess. Nanti kalo Mom dan Dad pulang, kita makan es krim bareng di tempat biasanya." Kali ini Daddy yang membujuk.
Mendengar kata es krim, Kia langsung senang
"Are you promise with me?" tanya Kia sambil menyodorkan jari kelingkingnya.
"Sure, Honey," balas Daddy menautkan kelingkingnya pula pada kelingking putri kecilnya.
"Nanti kalo Kakak pulang, Kakak janji ga bakal matahin leher Barbie-nya Kia lagi deh," ucap William sambil berjalan menuju ke mobil. "Cepet sembuh, yaa."
Kia membalasnya dengan senyuman. Akhirnya Kia bisa dibujuk dan tangisnya mereda. Dengan digendong Bunda Sarah membuatnya tak kehilangan sosok Ibu sebentar.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 21.00, Bunda Sarah membawanya ke kamar untuk tidur.
"Bunda? Dion tidur di mana? Dion gamau kasur Dion ditiduri Kia gendut!" ejek Dion pada Kia yang digendong Bunda dengan mata yang memerah.
"Dion, gaboleh gitu, Kia kan sahabat kamu sayang."
"Itu apaan lagi Bunda gendong-gendong Kia! Dion juga mau digendong Bundaaa!" kesal Dion sambil merengek-rengek.
Akhirnya dengan berbagai macam bujukan, Dion pun mau berbagi tempat tidur dengan Kia. Posisinya sekarang jadi Bunda berada di tengah, antara Kia dan Dion. Sebelumnya, di sebelah Kia ia letakkan sebuah guling agar Kia tidak terjatuh.
Sebelum tidur, Dion sempat menoel kening Kia dan membuat Kia hampir menangis. Untungnya Bunda cepat menenangkannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[ PART MASIH LENGKAP ] Azkia Sferinly Bredanzo. Seorang Leader Black Raccons, sebuah geng mafia terkenal di dunia. Jika ada seseorang yang mengusik kehidupannya, Kia tidak akan segan menyiksa dan membunuh mereka tanpa ampun. Siapa yang menyangka, le...
![A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/185242806-64-k761943.jpg)