- 57 -

56.2K 2.7K 870
                                        

Hari ini Dion kembali ke sekolah, setelah 2 hari izin. Dia juga sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Ada urusan hati yang harus dibereskan hari ini.

Kalau saja William tidak memberi tahu semalam, Dion mungkin tidak tahu kalau Kia sudah emosi setengah mati padanya. Kenapa juga dia begitu tidak peka dengan perasaan Kia?

"Kia dikelasnya kan?" tanya Dion pada William yang baru saja memasuki kelasnya.

"Yoi!"

Dion pun bersemangat menemui Kia. Samar-samar dia mendengar William berteriak "good luck" padanya, membuat semangat Dion semakin membara.

Sesampainya di kelas Kia, ia langsung mengambil sebuah kursi dan diletakkan tepat di samping Kia yang menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Dion menoel-noel pelan lengan Kia. Namun, tak ada reaksi sama sekali. Kedua kalinya berhasil membuat Kia terusik. Ketiga kalinya Kia mengomel.

"Ih Lauren! Gue mau tidur! Bisa gak sih jangan gang ...."

Seketika raut wajah kesal Kia bertambah menjadi kesal saat melihat ekspresi senyum merekah dari Dion di hadapannya.

Kia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Dion begitu saja,

"Mulai deh itu laki bini musuhan," cibir Oliv sambil mengunyah keripik kentang kesukaannya.

"Bentar lagi juga baikan," balas Edgar melirik sekilas ke arah Kia yang dikejar Dion.

Arah jalan Kia sekarang adalah perpustakaan. Ia butuh yang adem-adem untuk mendinginkan kepalanya yang panas akibat emosi. Ya walaupun kelasnya juga ada AC, tapi itu menurutnya kurang. Apalagi sumber emosinya tiba-tiba muncul seperti setan.

Sedari tadi pula Dion memanggil-manggil nama Kia, namun tak dihiraukan.

Kia mengambil tempat di pojokkan dan menyimpan telinganya dengan headset dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja..

Dion yang melihat itu pun langsung mengembuskan napasnya pelan, pasti Kia benar-benar marah padanya.

"Kia ...," panggil Dion sambil memainkan rambut Kia dan sesekali menciuminya. Ia sangat suka wangi rambut Kia, karena Kia menggunakan sampo stroberi yang membuatnya sangat nyaman. Malah, sudah menjadi candu untuk Dion.

Kia menepis tangan Dion dari rambutnya. Kia terusik, tentu saja.

"Mau lo apa sih!" ucap Kia dengan nada agak tinggi.

"Astagfirullah, coba kalo ngomong pelan-pelan," tegur Dion.

"Gue. Mau. Sendirian. Lo mending pergi deh sama cewek baru lo. Gue muak liat lo di sini," sentak Kia membuat Dion terkejut kedua kalinya.

Kali ini setelah Kia menggunakan nada yang lebih tinggi membuat rahang Dion mengeras. Ia tahu bahwa ia salah, namun tak bisakah diperbaiki? Paling tidak biarkan Dion menjelaskan.

Dion menarik tangan Kia dan membawanya ke rooftop. Kia yang menerima perlakuan itu sontak mencoba melepas cengkeraman tangan Dion, namun nihil tenaganya tak sekuat Dion.

Namun saat akan menaiki tangga, mereka berpapasan dengan Flora.

"Kak Dion? Kia? Mau ke mana?" tanya Flora melirik tangan Kia yang dicengkeram Dion.

Ha, Kia ingin tertawa sekarang. Tidak cukup satu setan dimunculkan di depannya, sekarang malah iblisnya ikut unjuk diri. Ya Tuhan, rasanya Kia ingin melempar keduanya sekarang.

"Sori gue sibuk Flo, gue duluan!"

Baru saja Dion hendak menjawab pertanyaan itu, Kia sudah lebih dulu melepas cengkeraman tangan Dion dan pergi, Dion menatap punggung Kia yang mulai menjauh

Mungkin dia butuh waktu sendiri - Batin Dion

"Kak, gue ke kelas dulu ya ada tugas," ucap Flora. "Sori jadi ganggu kalian tadi."

"Ooh yaudah, hati-hati," balasnya singkat dan padat.

"Okee, Kak."

A Z K I A 🗡️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang