[PART 47]

1.1K 80 0
                                        

"Cantik kok Dho, Rara emang pantes buat kamu dan nanti om bilangin sama Putri supaya dia gak gangguin hubungan kalian lagi yaa" ucap om Beniqno tersenyum.

Ridho terdiam. Ia bingung apa papi Putri itu tidak tahu yang sebenarnya kalau Putri sudah berhenti mengejar- ngejar Ridho, dan apa papinya itu tidak tau kejadian kemarin malam? Apa Fildan atau Putri tidak cerita? Ridhp tau betul sifat Putri, anak itu selalu saja mengadu tentang apa saja pada papinya, namun papinya tidak pernah marah papinya selalu sabar dan memaklumi, untung saja om Beniqno orang yang baik dan mengerti keadaan.

Tapi ada yang ganjal dihati Ridho, saat om Beniqno bilang barusan kenapa Ridho tak setuju dengan ucapan papi Putri yang akan menyuruh anaknya tidak menganggu hubungan Ridho dan Rara. Memangnya hubungan apa? Ridho kan menembak Rara, mereka masih teman dekat saja. Tapi tiba-tiba saja hati Ridho untuk Rara hanya perasaan biasa, tidak ada yang lebih. Arghhh entahlah Ridho bingung dengan perasaannya sendiri.

"Rara, apa Putri sering memukul kamu atau gimana gitu? Kalau ada om minta maaf ya Ra, kamu tau kan Putri anaknya gimana, dia gak suka cewek mana pun yang dekat dengan Ridho, pasti dia akan semena-mena" ucap om Beniqnp menatap Rara iba.

"Gak om gak kok, Putri gak pernah mukul aku, dia cuma marah-marah aja" ucap Rara tersenyum kikuk.

"Jangan belain dia Rara, om tau dia pernah nampar kamu kan, om sangat minta maaf sekali atas nama Putri"

"Gapapa om gak usah dibahas lagi, aku udah maafin kok" om Beniqno tersenyum, Rara memang anak yang baik dan pantas dengan Ridho.

"Kamu memang cocok sama Ridho, kamu sangat baik Rara" ucap om Beniqno.

Dada Ridho sesak mendengarnya, kenapa ia jadi tak mau kalau dibilang cocok pada Rara, padahal dulu Ridho selalu mengejar cinta Rara, namun sekarang sepertinya benar kata Putri, Ridho hanya sekedar suka dan kagum saja pada Rara.

"Oh iya om pamit dulu ada urusan sebentar sama guru disini" pamit om Beniqno. Ridho dan Rara mengangguk, kemudian mereka juga melanjutkan jalannya ketaman.

Sekarang Ridho dan Rara sudah duduk ditaman, Rara mengobati luka lebam disudut bibir Ridho, namun Ridho hanya diam dan menatap lurus kedepan, ntahlah apa yang dipikirkannya.

"Kak, papi Putri baik ya" ucap Rara namun Ridho hanya diam.

Rara mengerutkan dahinya, sedari tadi Ridho hanya diam sebenarnya Ridho kenapa? Bahkan ucapan Rara saja tidak direspon.

"Hmm kak" ucap Rara mengibas- ngibas tangannya didepan muka Ridho membuat Ridho kaget dan tersadar.

"Iya kenapa Put" ucap Ridho tersadar. Rara mengerutkan dahinya, Put? Apa Ridho sedang memikirkan Putri? Rara menundukan kepalanya dadanya sedikit sesak.

Ridho tersadar dengan ucapannya barusan, ia menjadi merasa bersalah pada Rara.

"Hmm maksud kakak g...."

"Gapapa kok kak... kakak mikirin Putri yaaa" potong Rara ia berusaha biasa biasa saja didepan Ridho.

"G...gak kok" balas Ridho gelagapan.

"Kakak udah mulai suka sama Putri ya" goda Rara, ia tak mau sedih didepan Ridho.

Ridho menggaruk tengkuknya yang tak gatal ia bingung harus menjawab apa.

"Berarti Putri berhasil dong kak buat kakak jatuh cinta sama dia cieee" Ridho menatap Rara dengan tatapan susah diartikan, kenapa Rara jadi menggodanya seperti ini.

"Kakak cocok kok sama Putri, dia itu cantik, sebenarnya juga baik, pinter lagi" lirih Rara.

"Gak kok kakak gak suka sama dia" ucap Ridho kikuk.

"Aku bisa liat mata kakak saat mandang Putri, sebenarnya kakak itu udah mulai cinta sama dia tapi kakak gak pernah sadar" Ridho hanya bisa diam.

"Aku juga liat saat papi Putri bilang kalau kita cocok, kakak sedikit kaku dengarnya buktinya sekarang kakak lagi berusaha deketin Putri kan? Aku tau kakak gak rela Putri jauhin kakak" lirih Rara.

Semua yang dikatakan Rara memang benar, Ridho tak rela bahkan sangat tak rela, ntahlah kenapa dengan dirinya apa benar Ridho sudah mulai....

Cinta pada Putri?

"Maafin kakak" hanya itu yang keluar dari mulut Ridho. Ridho menunduk dan mengacak-acak rambutnya.

Putri? Nama itu akhir-akhir ini menghantui Ridho.. yaa Ridho selalu memikirkan Putri setiap malamnya, bayang-bayang Putri selalu muncul disetiap Ridho memejamkan matanya..

Apa itu sudah bisa disebut dengan cinta?

"Aku gapapa kok kak, bagus dong kalau kakak udah mulai cinta sama dia" Rara tersenyum samar dan berusaha menahan air matanya.

"Kakak gak ngerti sama perasaan kakak Ra, kakak bingung" ucap Ridho frustasi.

"Artinya kakak udah cinta sama Putri, kakak harus sadar dia cocok kok buat kakak, dia juga sebenarnya baik, jadi kakak jangan sia-siain dia lagi, kakak harus kejar cinta dia seperti dia ngejar cinta kakak dulu"

Air mata Rara akhirnya lolos juga, Ridho menatap Rara iba lalu ia memeluk Rara, Ridho merasa pelukan ini hanya pelukan sebagai adik kakak, rasanya berbeda saat Ridho memeluk Putri, memeluk gadis kecil itu terasa menghangat dan ada kenyamanan sendiri bagi Ridho, cuma pelukan bersama Putri. Iya, Ridho bisa merasa senyaman itu.

Tiba-tiba saja Putri lewat didepan mereka dengan wajah datar tanpa ekspresi, Putri berusaha menahan sesaknya melihat pemandangan sialan itu.. Putri memang sudah dari jauh melihat mereka berpelukan, awalnya Putri ingin balik lagi namun ia harus kekelas Fildan karna papinya yang menyuruh, karna tidak ada jalan lain terpaksa Putri harus lewat didepan mereka. Sebenarnya bisa saja Putri menelpon Fildan tapi hp Fildan tidak aktif dan terpaksa Putri menemuinya dikelas.

Ridho tak sengaja melihat Putri yang lewat, namun ada rasa sakit dihatinya, kenapa ia hanya menatap mereka datar tanpa ekspresi. Itu bukan Putri, Ridho tau Putri selalu marah ketika mereka berpelukan dan Putri lah orang pertama yang menarik tangan Ridho untuk menjauh dari Rara, tapi sekarang Putri terlihat cuek dan acuh melihatnya. Apa benar Putri sudah tak cinta lagi pada Ridho?

"Put itu gak seperti yang lo liat kok" ucap Ridho menarik lengan Putri.

"Apaan sih, lo bukan urusan gue juga mau lo pelukan kek, ciuman kek, gue bodo amat.. lo siapa gue haa?" ucap Putri menepis tangan Ridho.

Ridho terdiam, iya memang Putri bukan siapa-siapanya lantas kenapa Ridho jadi merasa bersalah dan mengapa Ridho ingin sekali menjelaskan semuanya pada Putri bahwa pelukan itu cuma sebatas pelukan adik kakak tidak lebih.

"Oh iya satu lagi, gue kan udah bilang gue gak akan ganggu dan ngehalang hubungan lo sama Rara, so buat apa lo pengen jelasin lagi sama gue? Seharusnya lo berdua senang sekarang gak ada setan yang gangguin kalian lagi, dan gak ada ancaman lagi bagi kalian kenapa seolah olah lo takut" Putri tersenyum hambar.

"Gak perlu takut lagi kali, cemen lo berdua katanya cinta tapi gak ada usaha" ucap Putri lagi dengan senyum meremehkan,

Putri menatap mereka satu persatu dengan tatapan susah diartikan, lalu Putri pun melanjutkan langkahnya menuju kelas Fildan. Sepanjang jalan air mata Putri, tumpah ia menyeka air matanya kasar ia tak mau Fildan bertanya-tanya lagi kenapa dengan dirinya.

"Kak dipanggil papi dikantor" ucap Putri diambang pintu. Fildan pun menghampiri Putri, lalu ia tak sengaja ada sisa air mata dipipi Putri.

"Kamu habis nangis?" tanya Fildan panik.

"Gak, siapa yang nangis, sana cepetan deh aku mau ketoilet dulu kebelet" ucap Putri berlari. Fildan mengerutkan dahinya toiletkan belok kiri kenapa Putri lurus?


♥ ♥ ♥

#Boompart

Ridho, I Love You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang