[PART 27]

1K 110 21
                                        

"Ngapain lo disini?!" pekik Putri hampir menyamai dengan derasnya hujan. Ridho hanya menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Lo tu kayak anak kecil dikit-dikit baperan, terus dengan teriak-teriak ditengah hujan kayak gini bisa mengubah semuanya haaa??? Gak!!!" balas Ridho dingin sambil menatap Putri tajam.

"Gue tanya sekali lagi buat apa lo kesini haaa?!" tanya Putri sambil berdiri dan kini jarak mereka sangat dekat, tapi tatapan mereka sama-sama melempar tatapan tajam.

"Kalau bukan karna Fildan gue gak mau ya kesini, sekarang kita balik, lo tu cewek lemah, palingan habis ini lo pingsan lagi" ucap Ridho tajam.

"Gue gak butuh ya dikasihanin sama lo, mending sana lo pergi!" ucap Putri mendorong tubuh Ridho.

"Kalau pun gue pingsan itu bukan urusan lo kan? Toh lo senang kalau gue mati hidup lo bakal tenang" ucap Putri lagi. Untung saja hujan masih deras, jadi air mata Putri mengalir dengan bersamaan air hujan yang turun.

Ridho tak menjawab ucapan Putri, Ridho malah menutupi tubuh Putri dengan jaketnya dan langsung menarik kasar Putri pergi dari belakang sekolah. Ia tak peduli Putri meronta melepaskan tangannya dan memakinya sepanjang jalan menuju mobilnya. Ia langsung menarik Putri masuk kedalam mobilnya dan Ridho pun melajukan mobilnya untuk mengantar Putri pulang.

Hening

Tak ada yang membuka suara diantara mereka. Ridho dan Putri sibuk dengan pikirannya masing-masing, Putri menatap keluar jendela mobil Ridho sambil menatap jalanan yang masih diguyur hujan.

Ridho melirik Putri lalu matanya tak sengaja melihat jidat Putri yang merah, pasti itu akibat dirinya yang tak sengaja melempar bola lalu terkena jidat Putri. Ridho mengerem mendadak namun Putro tetap diam, ia tak mau melihat Ridho dan bertanya kenapa berhenti mendadak. Ridho menarik dagu Putri untuk menoleh kearahnya, mata keduanya bertemu cukup lama.

1 detik

5 detik

10 detik

"Kening lo merah, pasti gara-gara bola gue tadi" ucap Ridho merasa bersalah. Putri kembali memalingkan wajahnya kearah jendela mobil.

"Kenapa lo khawatir? Lagian buat apa lo sok peduli" balas Putri datar.

"Seharusnya yang lo peduliin itu Rara, cewek kesayangan lo yang udah gue tampar tadi"

Hati Ridho kembali kesal saat mengingat Putri menampar Rara membuat Rara menangis saat pipinya memar.

"Iya lo emang gak punya perasaan, karena lo itu bukan manusia tapi lo...."

"SETAN" ucap Putri menekan kata setan, karena ia tau Ridho akan mengucapkan itu.

"Gue emang gak berarti dihidup lo, karena gue cuma sampah dan akan selalu jadi setan buat menghantui lo" ucap Putri lagi.

"Gue benci sama perasaan sialan ini, kenapa gue harus cinta sama lo" lanjut Putri tanpa melihat Ridho sedikitpun. Ridho tak menjawab ia kembali menjalankan mobilnya tanpa membuka suara sepatah kata pun.

Putri menggigit bibir bawahnya karna menahan sesak didadanya, nafasnya kembali sesak namun ia tahan agar Ridho tak tau kalau penyakit ini kembali kambuh, Putri tak mau Ridho menyebutnya lemah. Putri adalah wanita kuat ia harus kuat didepan Ridho dan tidak boleh lemah termasuk ia harus menutupi rasa sesak didadanya ini.

Mobil Ridho sudah berada didepan rumah Putri, Ridho melihat Putri memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Kenapa dia? Ridho pun acuh.

"Turun kita udah sampai" ucap Ridho datar. Putri membuka matanya dan melihat sekitar kenapa ia bisa tak sadar kalau sudah sampai. Ini gara-gara penyakit sialan.

"Lo kenapa?" tanya Ridho melihat Putri seperti menahan sakit.

Putri hanya menggelengkan kepalanya, bahkan untuk mengeluarkan suara saja Putri tidak sanggup karena sesak didadanya. Tanpa mengucapkan sesuatu Putri langsung turun dari mobil Ridho dan berlari kedalam rumahnya.

Putri mengambil air minum didapurnya dan meneguk air minum itu sampai habis, tapi kenapa sesaknya masih terasa. Putri menyandarkan punggungnya disofa sambil memejamkan matanya sejenak untuk menetralkan nafasnya.

"Sayang kamu udah pulang, kamu pulang hujan-hujanan ya" ucap mama Lisa duduk disamping Putri.

"Ganti baju yuk Put, mama antar nanti kamu bisa masuk angin terus sakit" ucap mama Lisa, Putri masih memejamkan matanya tanpa membalas ucapan mama tirinya itu.

"Put kamu gapapa kan mama ambilin baju tebal buat kamu ya pasti kamu kedinginan mama gak mau kamu sakit"

"Biarin biar aku mati sekalian" ucap Putri masih setia dengan menutup matanya nafasnya kembali tertatur.

"Kamu kok ngomong gitu sih sayang" ucap mama Lisa kaget.

"Emang kenapa tante? Tante pasti senangkan kalau aku mati, hidup tante juga tenang, gak ada lagi yang suka marah marahin tante lagi di rumah ini" ucap Putri membuka matanya menatap mama Lisa tajam.

"Sayang jangan ngomong gitu, mama gak suka dengarnya mama sayang sama kamu, sama Fildan juga, jadi kamu jangan pernah berfikir yang aneh-aneh"

Mama Lisa memeluk Putri dari samping. Putri hanya diam, hangat itulah yang ia rasakan pelukan mama Lisa hampir sama rasanya seperti pelukan mami Putri.

"Mama ambilin kamu baju dulu ya kamu pasti udah kedinginan" mama Lisa melepaskan pelukannya dan beranjak pergi menuju kamar Putri untuk mengambilkan baju. Putri hanya bisa diam dan menatap kepergian mamanya nanar.

Putri sudah mengganti bajunya dan bersandar disofa dengan selimut tebalnya sembari menonton tv, diluar masih terdengar hujan. Hp Putri pun berbunyi, dengan malas ia mengambil hpnya dimeja.

Kak Fildan : Put, kamu udah pulang?

Putri : ya

Kak Fildan : Bagus deh, kamu istirahat ya.. bentar lagi kakak pulang.

Putri : hmmm

Kak Fildan : Nafas kamu sesak lagi gak? Banyak banyak minum air putih kakak gak mau kenapa-kenapa..

Putri hanya membaca pesan kakaknya itu, ia sedang malas untuk meladeni orang-orang, pikirannya masih tertuju pada Ridho.

"Sayang, ni minum dulu teh hangatnya kamu masih kedinginan ya padahal AC nya udah mama matikan loh" ucap mama Lisa duduk disamping Putri sembari meletakan teh hangat dimeja. Putri hanya melirik singkat kemudian kembali menonton tv.

"Tadi Fildan telpon mama, dia nanyain keadaan kamu mama bilang kamu gapapa terus Fildan nanyain nafas kamu sesak lagi gak?" Putri hanya diam, ia sedang malas membuka suaranya dan menanggapi orang-orang sekitarnya.

Mama Lisa hanya mengehela nafasnya panjang, ia tau pasti Putri sedang malas berbicara, mama Lisa pun memilih diam dan tak lagi bertanya-tanya pada Putri. Ia menatap anak tirinya ini iba, mama Lisa melihat mata Putri sedikit bengkak apa dia habis menangis? Karena apa? Apa ini ada hubungannya sama Ridho? Mama Lisa berdoa dalam hatinya supaya anak tirinya ini selalu diberikan kebahagiaan.

•••••

👇Klik bintangnya

Ridho, I Love You! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang