1

258K 10K 133
                                    

Im backkk!!!!!!

Jujur, mutusin untuk balik ke wattpad itu adalah pertimbangan yang sulit banget. Tapi beberapa hari ini tuh respon kalian ke cerita aku yang sebelum ini tuh banyak banget. Padahal itu cerita udah dari tahun jebot aku publish.

Pada minta aku bikin cerita lagi. Dan paling banyak di rikues tuh cerita lanjutan rahma or ceritanya revi and fajar.

Tapi jujur, udah berkali-kali aku bikin. Feelnya mereka tuh udah gak ada. Aku sedih banget jujur😢 soalnya aku pas bikin cerita rahma itu udah lama banget!! Pas SMA. Sedangan sekarang i udah gede. Wkwkwk

Terus gak sedikit juga yang minta aku terus berkarya. Alhasil, aku mutusin untuk buat cerita baru yang sedikit lebih mature dari Trocaire.

Yah selebihnya monggo di baca dulu deh.

Tapi tetep sebelum itu pencet tombol bintang dulu di bawah yaa 👇 hehehe abis itu komenin deh sesuka hati apa yanh kurang apa yang salahnya. Hehehe

Selamat bacaa!!!! Love y'alll

***

Keluargaku sangat kacau.

Yang ku maksud bukan sekedar keluarga kecilku, bukan ayah, ibu dan juga kedua adikku, tetapi keluarga besarku. Nenekku, paman dan bibiku, serta sepupu-sepupuku ikut terlibat dalam kekacauan ini.

Aku tertawa sinis ketika melihat berita di beberapa stasiun tv, yang menampilkan wajah-wajah keluargaku. Di saat orang-orang mendambakan kehidupan sosialita bak orang-orang di Tv, aku malah merutukinya.

Seandainya, aku terlahir di keluarga biasa saja, pasti tidak akan ada berita-berita simpang siur mengenai keluargaku itu di Tv. Tidak akan ada orang-orang yang akan mencacimu dengan berbagai macam kata tak terpuji.

Semua ini bermula ketika kakekku meninggal dunia tiga bulan yang lalu. Bayanganku, kami, seluruh keluarga besar, akan merasa sangat terpukul ketika mengetahui jika nyawa kakekku sudah tiada. Menangis, saling merangkul meratapi kepergian seorang Baltahzar Nitidisastra sang kakek maupun ayah tercinta. Awalnya memang itu terjadi, Tetapi bayanganku seketika saja hancur setelah dua hari kepergiannya.

Satu kata. Warisan.

Hanya karena satu kata itu, keluarga ku hancur lebur. Tidak ada lagi senda gurau ketika jadwal kumpul keluarga di lakukan, tidak ada lagi makan malam hangat. Yang ada hanyalah saling diam seperti perang dingin.

Ketika kuasa hukum kakekku datang ke rumah utama hari itu. dan membacakan surat wasiat kakekku, paman dan bibiku serempak menggeram marah.

Kenapa?

Karena harta kakekku tidak jatuh ke tangan kami, melainkan ke seseorang laki-laki bernama Geralt .

Sephiris Geralt Widjaya.

Laki-laki yang entah bagaimama bisa di kenal oleh kakekku, serta satu-satunya orang yang namanya tertulis di surat wasiat kakekku.

Lalu apa kabar dengan kami? Anak cucunya?

Kuasa hukum kakekku dengan santai mengatakan

"Mudah, salah satu dari anak perempuan kalian harus menikah dengan tuan Widjaya. Lalu kemudian warisan akan cair lima puluh persen untuk sang istri. Sedangkan lima puluh persennya lagi, akan di bagi rata kepada keluarga lainnya,"

"Bagaimana jika dia menolak untuk menikah dengan salah satu dari anak perempuan kami?"

"Syaratnya hanya dua. Pikat hati tuan widjaya, yang kedua menikah dengannya. Kalau satu di antara kedua syarat itu tidak di lakukan. Maka warisan tuam Baltazhar tidak akan cair,"

Dan selepas pernyataan itu keluargaku menjadi kacau balau.

Paman dan bibiku berlomba-lomba untuk mendandani anak perempuannya, hendak menjualnya, kepada laki-laki bernama Geralt itu. Menyikut satu sama lain. Semata-mata hanya ingin mendapatkan hak waris dari Baltazhar Nitidisastra. Sementata laki-laki bernama Geralt itu, tak pernah sedetikpun memunculkan batang hidungnya.

Bagaimana denganku? Apa aku ikut berlomba-lomba bersolek untuk menjual diriku kepada laki-laki itu?

Ayah menatapku waktu itu. Tangan besarnya mengusap bahuku pelan. Wajahnya yang tadinya keras sekarang berangsur-angsur melunak.

"Jovie?" Kata Ayahku.

Aku hanya bisa tersenyum kepadanya.

Jadi kembali ke pertanyaan tadi. Apa aku ikut berlomba-lomba bersolek untuk menjual diriku kepada laki-laki itu?

Jawabannya tidak. Bukannya aku tidak mau membela hak waris ayahku, tetapi alasannya adalah, karena aku sama sekali tidak bisa membandingkan diriku dengan sepupu-sepupu perempuan yang lain.

Jika yang lain bisa memperjualkan rupa cantik mereka. Aku sama sekali tidak bisa. Aku jelek, sangat jelek. Memikirkan untuk berlomba dengan mereka saja aku sudah insecure. Apalagi jika benar-benar ku lakukan? Bisa habis sisa kepercayaan diriku.

Tapikan fisik tidak melulu menjadi segalanya.

Memang aku setuju. Tetapi permasalahannya disini adalah, bukan hanya tidak rupawan, tapi aku juga tidak pintar. Aku sedikit lemot dan agak bodoh.

Lucu.

Takdir seakan sengaja menaruhku -yang tidak ada apa-apanya sama sekali, di tengah-tengah orang-orang super sempurna, seperti keluargaku yang lainnya. Dan membuat serangkaian kejadian yang membuatku semakin merasa tidak di butuhkan.

Aku tidak menyukai hidupku.

MalfeliĉaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang