Haechan duduk sendirian di bangku taman sekolahnya, setelah makan siang tadi. Mark sibuk mengurus persiapan acara penutupan bagi penerimaan siswa baru besok. Lucas dan Jeno ikut membantu Mark.
Sedangkan para penanggung jawab kelompok kecuali Jeno, di bebaskan dari tugas untuk mempersiapkan acara besok. Chenle, sedang bermain dengan Jaemin dan Renjun. Mereka bermain ditaman tak jauh dari tempat duduk Haechan.
Haechan tersenyum melihat Chenle yang tertawa karena di kejar oleh Jaemin dan Renjun. Tapi detik itu juga Haechan terlihat melamun, memikirkan sesuatu yang terlihat familiar baginya.
Gendongan Mark tadi, entah kekuatan dari mana Mark bisa menggendongnya. Padahal jika dilihat Mark itu agak kurus, ya meskipun Haechan sempat melihat semua otot yang ada di lengan dan perut Mark.
Tapi tetap saja Haechan itu bukan Chenle yang jika di gendong enteng. Haechan itu sadar diri kalau dia berat, tapi jika boleh jujur bukan itu saja yang Haechan pikirkan. Bukankah sangat konyol jika dengan tampang seriusnya sekarang, dia hanya memikirkan itu. Dia merasa pernah digendong Mark sebelumnya.
Dan dia juga sedang bingung dengan apa yang terjadi sekarang, kehadiran Chenle yang tiba-tiba. Lalu orang tua Mark dan orang tuanya yang menerima Chenle dengan tangan terbuka.
"kenapa semuanya kayak familiar, kehadiran Chenle yang tiba-tiba seakan nggak mengganggu gue"gumam Haechan.
"lagi mikirin apa hm?"tanya Mark.
Haechan kaget saat Mark tiba-tiba duduk disampingnya. "Nggak mikirin apa-apa kok Hyung"jawab Haechan.
"Daddy John nelpon tadi, katanya dia sama Mae akan sampai di Apartemen sebelum kita pulang"jelas Mark, yang membuat Haechan mengangguk paham.
"Hyung, kenapa gue mikir ini semua kayak familiar banget di kehidupan gue"Haechan berucap sambil melihat Chenle yang masih bermain dengan Jaemin dan Renjun.
Mark terdiam mendengar ucapan Haechan, dia bukan tak paham apa yang di maksud Haechan. Hanya saja dia tak bisa merespon ucapan Haechan, melihat Mark yang terdiam seakan tak ingin merespon ucapannya. Haechan tersenyum dengan sinis.
"kadang perhatian, kadang cuek. Aneh banget ini orang"Haechan mendumel dalam hati sambil melirik Mark yang masih terdiam.
"Gue mau main sama Chenle dulu hyung"Haechan beranjak dari duduknya dan menghampiri Chenle, tanpa menunggu respon dari Mark.
Mark tersenyum getir melihat kepergian Haechan. "Sampai kapan hyung?"Mark memejamkan matanya sebentar saat mendengar pertanyaan dari adiknya.
"Sampai gue mengalahkan rasa takut gue Jeno, rasa takut akan kehilangan dua beruang menggemaskan"jawab Mark lirih dan tersenyum kearah Haechan dan Chenle yang sedang tertawa bahagia, Jeno masih bisa mendengar ucapan Mark. Meskipun hyung nya itu berucap dengan lirih, karena jeno berdiri tepat di belakang Mark.
"Dan kita semua akan memerankan peran sebagai orang yang juga tak mengetahui apapun sampai saat rasa takut lo hilang Mark"ucap Lucas yang berdiri disamping Jeno.
"Dan gue berterimakasih atas peran yang kalian mainkan"Kata Mark sambil menahan agar air matanya tak keluar.
Jeno dan Lucas menepuk bahu Mark, menyemangati Mark agar bisa menghilangkan rasa takutnya, dan menjadi orang yang bisa membahagiakan dua orang terkasihnya satu kali lagi. Karna mungkin, ini adalah kesempatan terakhir bagi Mark.
.
.
.Mark dan Haechan saling terdiam di dalam mobil yang di kendarai Mark. Chenle tidur dengan pulasnya di kursi penumpang yang sudah di pasangi babby car seat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy And Mommy [Markhyuck]
Random"kata orang anak itu anugerah" "Anugerah kalau lo atau gue udah nikah kalau sekarang ini namanya musibah, Mark Jung sialan" "Jangan mengumpat di depan anak kecil Seo Haechan" . . .bxb🔞 [MarkHyuck]