"Chenle!! Ini Deddy kamu udah jemput sayang, masak nggak mau ketemu"Jeno mengetuk pintu kamar Chenle.
"Ini kamar luas banget Jen, perasaan kamar gue nggak seluas ini"ucap Mark yang berkeliling di dalam kamar anaknya, lebih tepatnya ruang bermain. Karena kamar Chenle tertutup rapat dengan Jeno yang mengetuk pintunya dari tadi.
"Ini anak lo nggak mau keluar Hyung, bukannya panik malah room tour"gerutu Jeno, kesal melihat Mark yang malah sibuk berkeliling.
Mark menghela napas, dia berjalan lagi untuk menghampiri adiknya yang terus mengetuk pintun Chenle. "Chenle buka pintu dong, jangan ngambek. Maafin Daddy ya"Sekarang giliran Mark yang mengetuk pintu kamar Chenle.
"Gue kalau jadi Chenle juga pasti ngambek sih, ya gimana nggak ngambek kalau ditinggal orang tua dan dititipin ke oom nya hampir seminggu"celetuk Lucas yang tengah duduk di depan sofa pintu kamar Chenle.
Mark menatap Lucas, dia ingin marah karena perkataan temannya itu. Tapi dia juga membenarkan ucapan Lucas, dia dan Haechan memang kelewatan sibuk sampai lupa dengan Chenle yang mereka titipkan pada Jeno.
Tiba-tiba pintu kamar Chenle terbuka, menampakkna Chenle dengan boneka beruang dipelukannya. "gak mau Daddy"Chenle melewati Mark, dan malah meminta gendong pada Jeno yang berdiri tak jauh dari Daddynya.
"Oom, Lele lapal. Mau makan ayam"Chenle mendusel pada Jeno.
"Chenle nggak mau ke Daddy dulu"ucap Mark yang kini berada di samping Jeno.
"Nggak mau"Chenle makin menyembunyikan mukanya di ceruk leher Jeno.
Jeno meringis saat melihat wajah Hyungnya yang ditekuk. "Gue kebawah dulu ya Hyung, mau ngasih Chenle makan dulu"pamit Jeno.
Setelah Jeno keluar, Mark menghembuskan napasnya kasar yang entah keberapa kalinya. "Sabar Mark, namanya juga anak-anak"Lucas mencoba menyemangati Mark yang duduk disampingnya.
Setelah Lucas menepuk bahunya, Mark membawa dirinya untuk berbaring diatas karpet berbulu dan memejamkan matanya. Sedangkan Lucas berbaring disofa yang ia duduki untuk beristarahat seperti Mark, karena mereka berdua sama-sama lelah dengan pekerjaan yang tiada habisnya.
Mark lelah, sangat lelah. Papanya sudah sedikit mengurangi pekerjaannya, tapi entah kenapa dia sekarang berada dalam keadaan yang sangat lelah meskipun sudah beristirahat dengan cukup. Mungkin efek tidak bertemu Haechan, karena Mark terakhir bertemu dengan Haechan saat dia bekerja di perusahaan Haechan. Setelah hari itu keduanya tidak bertemu lagi, Haechan tidak sekolah dan semua urusan Ekskulnya diserahkan pada Renjun.
"HUWAAAAA!!!!!"teriak Mark, yang membuat Lucas terjatuh dari sofa saking kagetnya.
"Bangsat, punya masalah idup apa sih lo?!!"Lucas memegangi pantatnya yang terasa nyeri.
"Masalah idup gue banyak anjing, Haechan juga makin sibuk. Malah lebih sibuk dari calon suaminya yang ganteng ini"Mark berguling-guling diatas karpet sambil menggerutu.
"Calon suami darimananya Mark, kayak Haechan mau aja jadi Istri lo"cibir Lucas yang masih sibuk memijat pelan pantatnya yang masih nyeri.
"Ya mau lah begok, dia aja udah ngode gue biar diajak makan malam romantis dengan lilin dan bungan"Mark tersenyum layaknya orang gila sambi memeluk boneka besar milik Chenle yang tergeletak diatas karpet.
"Oh, mau makan malam dimana?"tanya Lucas.
"NGGAK AKAN GUE NGASIH TAHU YA SETAN, NANTI LO GANGGU LAGI"teriak Mark lagi.
"GUE MAU BANTUIN YA ANJING, BERPRASANGKA BURUK TERUS LO SAMA GUE YANG BAIK HATI INI"lucas juga ikut berteriak karena kesal dengan teriakan Mark tadi.
"Kalian ngapain saling teriak kek gitu, ada masalah rumah tangga"kata Jeno yang entah sejak kapan berada diambang pintu dan menutup pintu setelah masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy And Mommy [Markhyuck]
Random"kata orang anak itu anugerah" "Anugerah kalau lo atau gue udah nikah kalau sekarang ini namanya musibah, Mark Jung sialan" "Jangan mengumpat di depan anak kecil Seo Haechan" . . .bxb🔞 [MarkHyuck]