Di ruang baca dengan nuansa serba hitam, Mark dan Johnny duduk bersebelahan di dua sofa single yang juga berwarna hitam.
"Kau lihat sendirikan, dia akan memejamkan matanya dan menangis terisak saat mendengar atau melihat semua hal yang mirip dengan masalalu buruknya. Dia akan tenang dan melupakannya saat mendengar bisikin menengkan yang hanya bisa dilakukan oleh aku, Ten dan satu orang kepercayaanku. Tapi yang terjadi di depan matamu tadi itu masih gejala ringan Mark"ucap Johnny dengan mata fokus pada layar Tv di depannya yang sebenarnya tak menampilkan apapun.
"Aku baru sadar, kata2 ku tadi sepertinya pernah aku ucapkan dulu"kata Mark yang terlihat sangat menyesal.
"Jika bukan karena papamu yang memohon dan berlutut di hadapanku, aku tak pernah sudi mempertemukan kalian kembali"Johnny menatap nyalang pada sebuah foto yang memperlihatkan senyum bahagia Mark di kanada.
"Di foto itu aku sangat bahagia, mendegar bahwa yang terlahir adalah seorang laki-laki dan terlahir selamat dengan Mommynya yang juga baik-baik saja"ucap Mark saat melihat Johnny yang melihat ke arah fotonya yang di pajang.
"Aku ingin kau lebih berhati-hati saat mengatakan atau melakukan suatu tindakan pada Haechan, jangan sampai mengulangi kenangan buruknya. Aku bersyukur dia seperti itu saat ada aku"kata Johnny yang kini melihat ke arah anak sahabatnya.
"Aku sungguh akan berusaha Dad"ucap Mark sungguh-sungguh.
"Kau tahukan, tindakanmu yang seperti apa yang bisa menjadi pemicu terjadinya kejadian yang membuat Haechan lebih bahkan sangat parah dari pada yang terjadi tadi"Johnny memegang pundak Mark, dia ingin sepenuhnya yakin dengan pemuda dihadapannya ini.
"Aku tahu Dad, aku mohon percayalah bahwa aku tak akan mengulanginya lagi"ucap Mark.
"Anak brengsek ini, aku tak tahu apa yang akan kulakukan nanti saat kau mengulangi lagi kesalahanmu___"Johnny mengusap rambut hitam Mark.
"__ Berjuanglah Mark, berjuang seperti Haechan saat ingin mendapatkan hatimu dulu"lanjutnya, lalu berdiri dan berjalan keluar. Meninggalkan Mark yang sudah menangis karena sangat bahagia, bahagia karena Johnny yang sudah mulai percaya kembali padanya meskipun terlihat tidak sepenuhnya. Tapi itu sudah cukup bagi Mark.
.
.
.Haechan mengerutkan dahinya saat melihat Mark tersenyum ceria sambil terus menatap Haechan dengan mata berbinar, persis seperti Chenle yang menatap berbinar pada permen yupi. Sebenarnya Haechan sudah bingung dari tadi pagi dengan tingkah Mark, saat mereka masih diapartemen.
Bingung melihat Mark yang bangun sangat pagi dan terus menampilkan senyum padanya, Haechan juga dibuat jantungan saat Mark berkata akan memasakkan sesuatu untuk Haechan dan Chenle, yang langsung tidak di perbolehkan oleh Haechan.
Sekarang mereka berada di ruang OSIS di waktu jam istirahat, rapat pencarian anggota osis baru sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Jadi yang berada di Ruang OSIS hanya para sahabat Haechan dan juga Lucas.
"Lo ngasih berapa ronde kemarin, Mark Hyung keliatan ceria banget"ucap Renjun yang agak ngeri melihat Mark tersenyum sambil menatap Haechan dari tadi.
"Sialan, Ronde apa maksud lo"maki Haechan pada Renjun yang duduk di sebelah kanannya.
"Jangan pura-pura begok, lo aja kemarin menikmati banget"kata Renjun yang membuat Haechan bersiap baku hantam dengannya, tapi tak jadi karena di hentikan oleh Jaemin.
"Tapi Chan, Mark hyung nakutin kalau senyum kayak gitu"ucap Jaemin, yang memegangi badan gembul Haechan.
Jeno yang sedari tadi bermain dengan Chenle, mendengar sangat jelas pembicaraan dua sahabat dan tunangannya itu. Dia langsung melihat kearah Mark yang duduk dikursi dibalik meja Ketua OSIS, yang memang tersenyum sambil menatap Haechan dan tak mendengarkan Lucas yang berbicara panjang lebar di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy And Mommy [Markhyuck]
Random"kata orang anak itu anugerah" "Anugerah kalau lo atau gue udah nikah kalau sekarang ini namanya musibah, Mark Jung sialan" "Jangan mengumpat di depan anak kecil Seo Haechan" . . .bxb🔞 [MarkHyuck]