Jennie's P. O. V.
Setelah sampai di rumah tadi, aku tertidur karena rasa sakit yang ku alami sangat menyiksa. Aku perlu menemui dokter untuk masalah pergelangan kaki ini,dan meminta sertifikat medis agar bisa menunjukkannya kepada kepala departemen ku yang bodoh itu. Bagaimana bisa? Dia meragukan aku yang keseleo di pergelangan kaki, Apa aku terlihat seperti berbohong padanya? Dia sangat idiot.
Aku menyisir rambut ku yang acak-acakan dengan jari-jari ku sembari duduk di tempat tidur. Jari kaki ku dibalut dengan perban elastis yang telah dipasang oleh perawat di klinik. Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku belum makan apapun sejak tadi dan aku merasa sangat mual karenanya.
"Ibu.." Aku berteriak sekencang mungkin agar ibuku mendengarku. Kurasa aku tak bisa ke lantai bawah sendirian.
Detik berlalu, dan masih belum ada bayangan dari balik pintu. Aku melempar selimut kesamping dan memutuskan untuk berjalan sendiri, mungkin orang tuaku sudah tidur.
Sebelum aku berdiri dari kasur, aku memeriksa ponselku dahulu dan melihat pesan terakhir Lisa pukul 3 sore tadi, dia sibuk. Aku meletakkan kembali ponselku ke atas meja dan beranjak, dia akan menelponku malam ini, jadi aku harus bergegas. Aku setengah jalan ke arah pintu saat tiba-tiba pintu itu terbuka, memperlihatkan ibuku.
"Oh, kau bangun?" Ia tersenyum dan menghampiriku, "Sakit sekali,ya?"
"Iya, itu sebabnya aku minta bantuan." Ujarku, ia lalu tertawa.
Ibu melingkarkan lengannya di pinggangku dan memegang tanganku untuk membantuku berjalan. Aku tidak pernah membayangkan diri ku seperti ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang merobek tulang dan urat ku.
Kami mencapai jalan tersulit, itu adalah tangga. Aku sangat takut karena ibuku tidak sekuat itu untuk menahan tubuhku agar tidak jatuh, dan jika itu terjadi, kami berdua akan berbaring di atas tandu.
"satu- dua! satu -dua!" Ucap ibuku saat menuruni anak tangga.
"Bu! Aku bukan anak kecil lagi." teriakku.
"Ya Tuhan! Apa yang terjadi ?!" Ella keluar dari kamarnya dan terkejut melihatku, dia memegang semangkuk keripik sambil mengunyah sesuatu di dalam mulutnya, aku tahu pasti dia akan maraton film lagi malam ini, anak ini benar-benar ..
Dia kemudian membantu ibu untuk memapahku, untungnya dia bersikap lembut seperti biasanya. Kami menuju ke dapur dan mereka menempatkan ku di tempat duduk , semua makanan sudah tersaji, seolah mereka hanya menunggu ku untuk memakannya.
"Ella. Bisakah kau mengambilkan ponselku ? Lisa mungkin akan meneleponku malam ini." perintahku.
"Baiklah. Aku akan mengambilnya."
Meskipun anak ini adalah tipe orang yang keras kepala, dia tetap mengikuti apa yang ku suruh.
Aku makan sebanyak yang ku mau, Ibuku terus berbicara denganku saat aku makan. Dia bertanya bagaimana aku sampai di rumah, Siapa yang membantuku dan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
"Bu, aku tidak mengenalnya, dia hanya menyebutkan namanya dan hanya itu. Dia memakai masker jadi aku tidak tahu apakah aku bisa mengingatnya." desisku, ibuku telah memaksaku untuk memberikan hadiah kepada Pria yang membantuku, tetapi aku tidak mengenalnya.
"Bagaimana kau bisa membiarkan dia pergi bahkan tanpa menanyakan namanya ?!" Dia mengejek.
"Namanya Mino .. Astaga untuk yang ke sembilan kalinya! Kau menggangguku saat aku makan. Aku bahkan tidak bisa menikmati makananku." kataku, dia memutar matanya ke arahku.
“Karena kau juga menyebutkan bahwa dia guru karena KTP-nya, kau bisa meminta bantuan seseorang. Ini hadiah terima kasih karena dia menemanimu ke klinik.” jelasnya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...