Ketika Jennie meninggalkan rumah, Lisa dengan susah payah masuk ke dalam dengan begitu banyak kekecewaan. Ia tampak sangat hancur sehingga merasa ingin menghancurkan semua yang dilihatnya. Lisa menatap ayahnya yang juga menatapnya.
"Di mana Somi?" Marco bertanya.
Lisa tidak menjawab dan berjalan ke atas. Ia melanjutkan ke dalam kamar lamanya kemudian menutup pintu.
Lisa merasa patah hati lagi. Sangat menyakitkan sampai ia tidak bisa mendengar apa pun selain suara Jennie. Dia menatap nanar pada dinding dan merenungkan pertanyaan yang sama di dalam kepalanya. Meskipun ia terluka, Lisa menerima semua kesedihan karena itu adalah kesalahannya sejak awal.
Kenangan melayang dan menghantuinya. Lisa terduduk di tempat tidur, meletakkan kedua tangan di atas kepalanya, menunduk menatap lantai. Air mata mulai membasahi pipinya, bagian lain yang harus dicatat kenapa Jennie tidak mau memaafkannya. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi karena kesalahan lain baru saja ditambahkan dalam daftarnya.
Lisa mengeluarkan kalung dari dalam sakunya dan meletakkannya di telapak tangan. Ia mulai terisak-isak saat inisial nama Jennie muncul, tangannya gemetar menarik cincin itu dari rantai kalung dan meletakkannya di jarinya.
Pintu terbuka lebar saat Somi masuk dan melihat Lisa yang sedang menangis berantakan. Dia menekan bibirnya dan merasa sakit saat mendengar desahan napas dari Lisa.
Lisa tidak menatap Somi dan terus menangis, menutupi matanya dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri dari terisak.
"Maafkan aku." ucap Somi setelah menutup pintu.
Lisa menyeka air matanya dan menarik nafas dalam. "Aku tidak ingin melanjutkan ini Somi." Ucapnya, membuat Somi berjalan perlahan ke arahnya.
"Apa yang kau bicarakan?"
Lisa memandangnya. "Aku lelah. Aku lelah dengan ini." isaknya.
Somi berlutut di depan Lisa untuk mencapai levelnya dan menangkup pipinya. Dia menggelengkan kepalanya sambil menatap mata Lisa.
"Kita akan bicarakan apa yang terjadi Lisa. Aku .. Aku terkejut dengan apa yang terjadi dan tidak bisa mengendalikan emosiku .. Lisa .."
Lisa melepaskan tangan Somi dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa menghentikan Jennie jika dia mengajukan kasus terhadapmu. Seberapapun aku ingin menghentikannya demi Liam, tapi mungkin ini cara yang lebih baik bagimu untuk belajar. Jika kau bisa merasakan betapa marahnya aku Somi, kau akan menyesali apa yang kau lakukan." jawabnya.
Air mata Somi mulai menumpuk di sudut matanya. "Jangan katakan itu Lisa. Itu semua salah paham, jangan marah padaku."
Lisa berdiri dan mendengus "Jangan marah padamu? Somi, Dia anakku! Kata apa yang tidak bisa kau mengerti ?! Asmanya menyerangnya dan aku tidak tahu apa yang terlintas di benakmu hingga menyakiti dia! Jennie benar, ini tidak bisa dimaafkan." Lisa menggelengkan kepalanya sebagai tanda setuju.
"Jika kau ingin aku pergi ke rumahnya untuk meminta maaf, aku akan melakukannya. Tapi jangan bilang kau tidak menginginkan ini lagi. Apa yang kau maksud dengan itu?" Suara Somi pecah, dia menahan diri untuk menangis.
Lisa bersandar di meja belajar dan menatap Somi terlebih dahulu sebelum menatap jarinya.
"Aku tidak yakin lagi tentang hubungan ini Somi." ucapnya pelan, ia menghela nafas dan memejamkan mata.
Somi menggelengkan kepalanya, memberanikan diri untuk berbicara namun dia tidak bisa mengatakan apapun karena menahan air matanya.
"A-Aku tidak bisa mengerti L-Lisa." Ucapnya, air mata akhirnya membasahi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...