Mereka berpelukan selama beberapa menit untuk merasakan satu sama lain. Angin berhembus seolah dengan sengaja memberikan kenyamanan pada keduanya. Para wisatawan memperhatikan saat melewati mereka, Jennie mengangkat alisnya dan melepaskan pelukan.
"Ini perselingkuhan, kau berselingkuh lagi." Ujar jennie sembari menatap Lisa. "Aku tahu ini tak ada artinya, tapi apapun itu, tetap saj—"
"Somi tahu tentang ini." Lisa menyela. Ia berbalik untuk memandangi lautan, memasukkan tangannya kedalam saku. "Sebelum merencanakan ini, aku memastikan semuanya terlebih dahulu karena aku tidak mau menyebabkan masalah apapun. Kau benci itu, bukan?"
"Tapi kalian masih bersama. Lisa, kita hanya melakukan ini untuk seminggu dan setelah itu—''
"Aku tahu. Kau tidak perlu memperjelasnya, aku hanya ingin menebusnya untukmu bahkan jika hanya seminggu, Aku tahu ini tidak cukup untuk menebus tiga tahun aku mengabaikanmu. Aku meminta jarak dari Somi, aku harus membereskan segalanya lebih dulu dan bahkan memberitahunya tentang pendekatan di antara kiti ini." Jelas Lisa. "Jangan memikirkannya, aku ingin menghabiskan satu minggu ini tanpa memikirkan segalanya. Tidak apa-apa kan?"
Jennie menghela nafas, seberapapun ia ingin menyangkal, ia tidak punya pilihan lain karena sudah berada disini.
"Tapi kau tak bisa menghentikanku untuk menuntut Somi. Apa kau sudah menerima suratnya? Itu tentang kasusnya. Dia harus hadir, tidak ada seorangpun yang bisa menyakiti putraku, aku tak akan pernah membiarkannya." Tegas Jennie, Lisa mengangguk dan memaksakan senyumnya.
"Aku tidak akan menghentikanmu, jika itu memang yang terbaik." Gumamnya, "Dan maafkan aku, aku tidak—"
Kali ini Jennie yang menyelanya, "Itu sudah berlalu. Mari tidak usah membicarakannya." Ucapnya.
Lisa mengedarkan pandangannya dan meregangkan kepalanya. "Aku tidak mau ini berakhir disini. Mari tidak usah canggung." Ia tertawa dan meraih tangan Jennie untuk menggenggamnya.
Lisa menarik Jennie dari tempat itu dan mulai berjalan lagi. "Kita belum pernah ke tempat itu, bukan? Kudengar disana ada tempat sempurna untuk mengambil foto." Ujarnya sembari menatap Jennie untuk melihat apakah dia setuju.
"Benarkah? Tapi aku tidak mau pergi. Kakiku mati rasa." Ujarnya. Lisa mencoba berjalan dengan perlahan demi Jennie. "Jika kau mau ke sana, aku akan menunggu disini." Lanjutnya.
"Aku akan menggendongmu kalau begitu." Lisa merendahkan tubuhnya untuk menyuruh Jennie naik ke punggungnya. "Naik lah ke punggungku."
"Tidak mungkin!" Jennie tertawa. "Tunggu saja sampai kapal nya datang agar kita bisa kembali ke pantai. Aku ingin beristirahat dulu."
Lisa tidak memaksa lagi, mereka kemudian dudui di atas pasir, membicarakan beberapa hal tentang tempat ini hingga orang-orang di sekitar mereka sampai pemandu wisata memanggil penumpang untuk naik ke kapal agar mereka bisa makan siang.
"Mungkin kita bisa melakukan scuba diving besok?" Lisa bertanya pada Jennie yang terlihat lelah.
"Yeah.. aku ingin tidur dulu setelah makan siang."
"Baiklah.." Balas Lisa, ia kemudian fokus memandangi lautan. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk melihat paus dan lumba-lumba karena sudah siang. Biasanya, paus besar dan lumba-lumba muncul pada pagi hari jadi mereka akan menunggu besok untuk melihatnya.
Saat sampai di pantai, mereka berdua langsung bergerak menuju restaurant untuk makan siang. Jennie tidak dalam suasana hati yang baik untuk berjalan-jalan karena kakiknya terasa lelah, ia berjanji pada Lisa untuk berjalan-jalan sebelum matahari terbenam agar mereka bisa menyaksikannya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...