Chapter 53

5.2K 444 12
                                    

Seulgi's P. O. V.

Persetan dengan hidup ini. Aku sangat tenggelam dengan alkohol tadi malam. Lisa tidak ingin pulang sampai dia tidak sadarkan diri di atas meja. Ini pertama kalinya dia mabuk. Di grup kami, dia memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol tetapi dia terlihat kalah semalam.

Aku membawanya kerumahku, aku tidak bisa mengantarnya karena tidak bisa mengemudi selama itu karena mabuk. Saat aku bangun, dia sudah tidak ada lagi. Aku tidak repot-repot mencarinya karena tahu dia sudah pulang.

"Kau ingin kopi?"

Aku hampir tersandung saat keluar dari mobil ketika seseorang berbicara di belakang ku. Aku memegang dadaku dan melihat kebelakang.

"Ya Tuhan Bae!" Ujarku dengan kesal, "Apakah kau mengikuti ku?"

Dia mencibir bibirnya. "Tidak. Aku baru saja mau minum yang enak pagi ini, lalu aku melihat kendaraan yang kukenal yang mungkin milikmu dan aku tidak salah." Dia tersenyum penuh kemenangan.

Aku menutup pintu mobilku dan menyipitkan mata. "Jadi apa? Kau bisa masuk ke dalam sendiri." desisku.

Dia memukul lenganku, "Aku mencoba bersikap baik padamu kenapa kau selalu membuatku kesulitan untuk mendekatimu?" Keningnya mengerut.

"Kau menyebalkan." Aku memutar mata dan memutuskan untuk berjalan.

Dan aku tidak salah, dia mengikutiku. Aku hendak berbicara lagi namun dia mendorong ku ke samping yang menyebabkan ku menatapnya dengan tidak percaya.

"Kau menyebalkan!" aku mengumpat tetapi dia bahkan tidak menoleh untuk melihatku, sebaliknya dia melanjutkan ke dalam.

Aku mengangkat bahu dan masuk. Kepalaku sakit dan aku bisa merasakan alkohol masih segar di mulutku. Bayangkan, kita mabuk sampai jam 5 pagi? Dari malam itu sampai pagi. Aku meminta Wendy untuk pergi bersama kami tetapi dia menolak karena pekerjaan. Aku bertanya kepada Jimin dan dia tidak menjawab teleponnya dan baru saja mengirim pesan kepada ku sebelumnya bahwa dia tertidur sangat awal karena terlalu banyak pekerjaan.

"Ahh aku mau es kopi Americano." erangku sambil memijat kepalaku.

Irene ada di depanku dan bahkan tidak menoleh untuk melihatku. Aku mengamati punggungnya, dia terlihat sangat manis dengan gaunnya hari ini, selain itu, rambutnya yang berantakan.

"Apa kau tidak ada pekerjaan? Kau terlambat," kataku padanya tetapi Irene tidak menjawab "Wow. Bagaimana kau bisa mengabaikanku?"

Masih belum ada tanggapan. Sekarang giliran Irene untuk memesan dan aku berdiri tepat di belakangnya, mendengarkan suaranya.

"Cokelat panas untukku dan croissant." ucapnya kemudian mengambil tasnya, namun aku segera meletakkan kartuku di meja kasir yang membuatnya kaget.

"Tambahkan saja, es kopi americano. Ini pembayaran untuk pesanan ku dan pesanannya." aku menyela, kasir dengan cepat mengambilnya dan mengulangi pesanan kami.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Irene bertanya.

Aku tidak menjawab dan menunggu kartu ku sebelum membuatnya berbalik dan mendorongnya untuk duduk di kursi. Irene terus melawan tapi aku tidak peduli.

"Ini bayaranku. Aku tidak ingin berhutang padamu." Dia memberiku uang tunai.

"Tidak apa-apa." jawab ku sambil nemperhatikan sekitar, beberapa pelanggan melihat kami karena mungkin mereka mengira kami pasangan.

Keheningan memekakkan telinga. Sangat canggung setiap kali dia ada. Kami selalu menggoda satu sama lain tetapi dengan cara yang kasar. Aku menatapnya dan dia mengerutkan kening sambil melihat ponselnya.

LOST (ID) -JENLISA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang