Jennie menatap Lisa dari ujung kepala sampai ujung kaki dan mendorongnya. Lisa mundur dan menatap mata Jennie. Dia ingin berbicara tetapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Dia hanya terkekeh dan meletakkan tangannya di dinding untuk melindungi dirinya dari jatuh.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Jennie bertanya, "Apakah kau akan menerobos masuk ke dalam rumahku?"
Lisa menggelengkan kepalanya dan mengambil tiga langkah darinya. "Aku tidak akan melakukan itu. Hanya ingin melihatmu." katanya. Lisa berusaha menjauh dari Jennie agar dia tidak takut padanya.
Jennie mendengus dan memutar matanya. "Pulanglah Lisa. Jangan menimbulkan masalah di sini, Putraku sedang tidur." ucapnya dan siap menutup pintu saat Lisa berbicara lagi.
"Aku datang ke sini untuk meminta maaf lagi atas apa yang telah ku lakukan." ujarnya sambil tersenyum lemah.
"Kau datang ke sini malam-"
"Aku minta maaf jika .. Jika aku selalu berbicara denganmu saat mabuk. Aku tidak bisa menenangkan diri jika aku tidak seperti ini. Aku tidak punya keberanian untuk meminta maaf .. Tapi aku akan mencoba.” ucapnya sambil mengatur nafas, karena di luar dingin dan Lisa hanya memakai jaket kulit, dia bisa merasakan dinginnya angin.
Lisa mencoba menundukkan kepalanya sampai mencapai ketinggian lututnya seperti yang selalu dia lakukan sebelumnya.
"Maafkan aku Nini," ucapnya, "Aku tidak bermaksud menakutimu atau Reign. Aku hanya .. Aku hanya lewat untuk .. minta maaf."
Jennie mengerutkan alisnya saat menatap Lisa, "Aku tidak membutuhkan maafmu Lisa jadi tolong pulanglah. Kau menggangguku." Katanya.
Lisa menganggukkan kepalanya dan tersenyum lemah untuk membuat dirinya merasa lebih baik setelah penolakan tersebut. Nafas dingin yang tebal keluar dari mulut Lisa, dia terhuyung-huyung dan mencoba menundukkan kepalanya lagi tetapi tidak bisa. Begitu dia menurunkan tubuhnya, Lisa pingsan dan membuat Jennie terkejut.
Jennie memandang Lisa. "Bangunlah Lisa." Ucapnya sambil menunggu beberapa menit tetapi sepertinya gadis itu sudah tidur.
Ia melihat ke luar dan memeriksa apakah ada seseorang bersamanya tetapi tidak terlihat siapapun, sepertinya Lisa hanya naik taksi.
"Lisa bangun sekarang!" Jennie berteriak padanya, dia juga merasa sangat dingin. Dia memejamkan mata dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Marco tapi dia berada di luar jangkauan.
Jennie tidak punya pilihan, ia membantu Lisa bangun dan berjalan sampai mereka mencapai ruang tamu. Jika dia membiarkan Lisa diluar, pasti dia akan mati besok.
Syukurlah Lisa agak terjaga tetapi tidak bisa membuka matanya. Jennie menuntunnya ke dalam ruang tamu dan meraba-raba jaketnya untuk memeriksa teleponnya.
"Bangun Lisa! Kau harus pulang!" Jennie berkata dengan gigi terkatup.
Lisa mengerutkan alisnya dan memaksa dirinya untuk bangun tetapi dia tidak bisa. Jennie mendengus tak percaya dan membuka ponsel Lisa, sayangnya terkunci.
"Apa kata sandimu? Aku akan menelepon Somi untuk menjemputmu." tanya Jennie.
Lisa tidak menjawab dan tidak bisa mengerti apapun. Dia mencoba menjangkau ponselnya tetapi lengannya terasa lemah. Jennie mengacak rambutnya dan menelusuri kontaknya untuk memeriksa apakah ada seseorang yang bisa dia hubungi tetapi hanya beberapa Pengacara, Bobby dan Marco yang ada di daftarnya.
Dia tidak bisa menelepon Bobby karena dia sedang bertugas dan pria itu tidak bertanggung jawab atas Lisa. Jennie sangat frustasi sampai tidak bisa berpikir dengan baik. Bukan karena dia tidak bisa menolaknya, itu karena dia tidak ingin ada masalah lagi dengan Somi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...