Saat Jennie berbalik menghadap Lisa, matanya jatuh dari ujung kepala hingga ujung kaki Lisa. Ia mengangkat alisnya dan memasang wajah datarnya. Jennie menoleh kebalakang untuk memeriksa apakah Lisa sedang berbicara dengan seseorang, tetapi hanya mereka berdua yang ada di halte bus itu.
"Maaf? Tapi apakah kau berbicara denganku?" Jennie bertingkah seolah-olah dia bukan Jennie lagi.
Lisa berdehem dan mengambil beberapa langkah untuk mendekat. "Aku pergi ke kantormu untuk .. mencari .. mu." Katanya, dia tidak bisa berbicara lugas karena kecemasan yang dia rasakan saat bertemu Jennie.
Jennie mencoba menenangkan diri, dia berdiri dengan tegas, membiarkan Lisa melihat betapa profesionalnya dia hari ini.
“Maaf tapi .. Sudah lewat jam 5 dan pekerjaan sudah selesai. Lebih baik kembali besok jika ingin membicarakan terkait kasus atau bisa tanya sekretarisku untuk informasi lebih lanjut tentang konsultasi. Terima kasih.” ucap Jennie tanpa jeda, kemudian mengambil beberapa langkah untuk menjauh dari Lisa.
Lisa berlari kecil, memegang lengan Jennie yang membuat Jennie menatapnya.
"Jennie .. Tunggu-"
"Lepaskan lenganku .. Sekarang," Jennie mengatupkan rahangnya "Aku mengenalmu jadi lepaskan."
"Jennie .."
"Berhenti memanggilku seperti itu. Aku bukan Jennie." Ujarnya kemudian menarik lengannya dari Lisa.
Lisa melakukan apa yang Jennie perintahkan dan menghela nafas "Aku tahu kau hanya .. berpura-pura tidak mengenalku. Beri aku 5 menit untuk berbicara .. kumohon." ucapnya di antara napasnya yang masih terngah-engah.
"Kenapa aku harus? Beri aku alasan kenapa aku harus membiarkanmu bicara? Tutup saja mulutmu karena aku tidak punya waktu untuk omong kosongmu" kata Jennie, mengatupkan rahangnya. Dia mengambil tiga langkah tetapi Lisa menghalangi jalannya lagi.
"Tolong Jennie .. 5 menit dan aku akan pergi."
Jennie menyilangkan lengannya, "Bicaralah." Ujarnya dengan terpaksa.
Dia tidak memiliki dendam terhadap Lisa karena meninggalkannya, tetapi setiap kali dia memikirkan putranya, dia tidak bisa menahan untuk tidak marah. Jika itu hanya untuk dirinya sendiri, tidak apa-apa baginya, tetapi hanya dengan memikirkan Lisa yang meminta aborsi kepada anaknya sendiri, adalah masalah besar bagi Jennie.
Jennie mengambil dua langkah dari Lisa, ia tidak ingin mendekatinya.
Lisa membasahi bibirnya dan menunduk "Apa kabar?" Dia bertanya dengan keberanian.
"Kau hanya membuang-buang waktuku" kata Jennie tegas, melihat arlojinya. "4 menit lagi"
Lisa berdehem dan menggelengkan kepalanya, ia menjadi pucat karena kecemasan. Jantungnya berdegup kencang kali ini, dia tidak bisa mengatakan apapun.
"Kau terlihat sangat hebat .. A-aku ingin memberi selamat k-"
"Aku tidak membutuhkannya. Itukah hal yang ingin kau katakan? Cepatlah karena kau menggangguku." Jennie mengerutkan dahinya dan siap untuk pergi namun Lisa berbicara lagi.
"Apakah anak kita masih hidup?" Tanyanya tanpa berpikir, yang membuat Jennie berhenti dan menatapnya.
"Maaf? Aku tidak mendengarnya dengan jelas. Katakan dengan lantang."
"Aku tahu semuanya .. Dari Jisoo .. Mino dan .. Dr. Lee .." Lisa berhenti berbicara dan menggerakkan jari-jarinya dengan gelisah "Reign adalah anakku, kan?"
Saat itulah Jennie tertawa sinis. Dia melihat sekeliling kemudian ke Lisa, memberinya pandangan tajam.
"Sejak kapan?" Jennie mengangkat alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...