Aku menatapnya selagi bibir kami memagut satu sama lain, bisa kulihat bagaimana wajahnya berkilau melalui cahaya bulan. Rasanya seolah ini kali pertama kami melakukan ini, jantungku seolah berhenti berdetak pada setiap gerakan bibir kami. Perasaan ini sangat baru untukku, semuanya sangat lemah lembut, aku tidak tahu akan kemana arahnya tapi satu hal yang kutahu adalah aku merasa di rumah meskipun ini salah.
Ciuman kami semakin dalam hingga Jennie menarik bajuku untuk bernafas. Kami melepaskan bibir satu sama lain dan menempelkan kening kami, aku membelai wajahnya dan tersenyum sambil menutup mata. Jennie terengah-engah dan aku bisa mendengar detak jantungnya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi." Ujar Jennie lirih, aku membuka mataku dan melihat pipinya basah karena air mata, aku tak tahu kenapa dia menangis.
Aku menyeka air matanya kemudian mengangkat wajahnya agar dia menatapku. "Maafkan aku karena menciummu." Kataku.
Jennie menggeleng kemudian melemparkan dirinya padaku, memelukku dengan erat. Aku mengusap punggungnya dengan kasih sayang dan mencium telapak tangannya.
"Bibirmu masih favoritku," Bisikku.
Dan Jennie tiba-tiba saja duduk di pangkuanku.
Entahlah, tapi semuanya seolah melambat saat dia menatapku. Aku terhipnotis dengan tatapannya dan aku tidak mempermasalahkan itu, dia hanya menatapku namun sudah membuatku menggila.
Tanpa sada aku mendekatkan wajahku lagi, aku menyeka airmatanya. Tidak menyadari bahwa bibirku mencium dan menelusuri rahangnya dengan lembut. Aku merasakan bagaimana Jennie mencengkeram bahuku entah apa alasannya. Tanganku bergerak turun pada pinggangnya dan membelainya.
Dia memberiku akses saat bibirku berpindah ke lehernya. Aku menjelajahi lehernya, mencium tulang selangkanya hingga membuat Jennie terkesiap, aku tidak menyangka bahwa ini masih bekerja. Aku meninggalkan tanda disetiap bagian yang kukecup. Tidak seperti bagaimana kami bercinta dulu, kali ini semuanya lemah lembut seperti pertama kali melakukannya.
Tanganku bergerak sampai aku meraih bra Jennie dan melepasnya dengan perlahan beriringan dengan mata kami yang saling menatap. Dia tidak menghentikan apa yang kulakukan, Jennie bahkan melepaskan kaos-nya sendiri. Dia terlihat sangat menggairahkan saat mengangkat baju-nya dan membuangnya ke lantai.
"Kau terlihat sangat sexy." Bisikku. Mataku terpaku pada tubuhnya yang terbuka, dan tuhan menciptakan setiap inci Jennie dengan sangat sempurna dan menawan.
Jennie mencium bibirku lagi, tapi kali ini aku bisa merasakan bahwa dia meminta sesuatu. Aku bilang begitu karena dia selalu seperti ini jika menginginkan sesuatu. Tanganku melingkar dipinggangnya untuk menariknya lebih dekat, sementara tangan Jennie berada dileherku. Suara berat kecupan kami adalah satu-satunya hal yang bisa kudengar, Jennie berhenti menciumku dan mendesah diantara bibirku.
Aku membalik posisi kami kemudian membaringkan Jennie di atas sofa. Bra-nya masih menggantung dibahunya, jari-jariku menelusuri lehernya hingga ke belahan dadanya.
"Apa kau yakin dengan ini?" Tanyaku lirih tanpa memutuskan tatapanku, bola mata cokelat Jennie adalah satu-satunya yang kulihat. Dia tidak menjawab, kemudian menarik tanganku dan menuntun tanganku untuk masuk ke dalam bra-nya.
Aku mencium keningnya dan mulai meremas kedua payudara Jennie. Mulutnya menganga, matanya terpejam untuk beberapa saat. Aku melepaskan bra Jennie dan akhirnya bisa melihat payudara itu. Pucuknya sangat tegang, seolah memohon agar aku melahapnya. Aku menghisapnya dan membuat Jennie mendesah karena nikmat.
Kuharap Reign tidak terbangun.
Bibirku kembali menciumnya, menelusuri mulutnya dengan lidahku. Jennie menghisap lidahku seakan sudah menginginkannya sejak lama, hasratku semakin liar dan aku bisa merasakan diriku semakin terangsang. Sementara kami merasakan satu sama lain, aku melepaskan bajuku kemudian berlutut di depannya, dia menatapku. Apakah aku meleleh? Tatapannya menembus jiwaku. Aku meletakkan pakaianku di atas meja kemudian kembali menghisap setiap inci kulitnya, dibawah dadanya, perut, pusar hingga mecapai bagian paling bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...