Chapter 22

5.5K 532 23
                                    

Pagi yang hujan untuk semua orang di Seoul. Hanya sedikit orang yang berjalan di luar sambil memegang payung untuk melindungi diri agar tidak basah kuyup. Mobil-mobil juga melambat karena jalan yang licin.

“Oke, lompat.” ucap Somi sambil menggandeng tangan putranya untuk melompat menghindari jalanan yang basah.

"Ini kotor mommy." keluh anak kecil itu. Dia mengenakan sepatu bot.

"Aku akan membersihkannya untukmu begitu kita masuk ke dalam kantor, oke?" Somi meyakinkannya tapi si anak kecil tidak menggerak kakinya, ia berjingkat-jingkat karena tidak terbiasa dengan ini "Oke biarkan aku menggendongmu."

Somi langsung menggendongnya dan berjalan melewati koridor untuk masuk ke dalam kantor. Mereka membawa anak mereka bekerja selama hampir satu minggu berturut-turut karena tidak dapat menemukan pengasuh bayi. Mereka punya satu sebelumnya, tetapi dia mengundurkan diri karena begitu banyak masalah.

"Di mana Dada? (daddy)" Anak laki-laki itu bertanya.

"Mungkin dia ada di dalam kantor Kakekmu bersama timnya," jawab Somi kembali dan berjuang untuk membuka pintu.

Dia meletakkan anak itu lalu membuka pintu, memperlihatkan Dokter lain yang sedang ada didalam.

"Oh, Hei Liam!" Dr Park menyapanya, Liam berlari ke arahnya dan memberikan pelukan "Bagaimana pagimu?"

"Buruk karena hujan" Liam cemberut.

"Kau sangat manis Liam, kau tahu?" Ten mengangkat tangannya untuk meminta tos tetapi anak kecil itu menyilangkan lengannya untuk menolak "Kau anak nakal seperti Ibumu" Bisik Ten lalu kembali ke mejanya.

"Di mana Lisa?" Somi bertanya sambil mengenakan jas dokternya.

"Dia bersama timnya. Mungkin mereka akan ada di sini setelah beberapa menit." ucap Ten, mengetuk penanya di atas meja sambil membaca koran yang dibelinya tadi.

Somi hanya menganggukan kepalanya lalu mengambil tempat duduk. "Liam kemarilah, aku akan menyeka sepatumu."

Liam berjalan menghampiri ibunya dan duduk di pangkuannya. Somi mengambil alih mengurus anaknya karena Lisa tidak ada di sini.

"Mommy, bisakah aku pergi ke kantor Kakek?" Liam bertanya.

"Tapi mereka sedang rapat jadi mungkin nanti?"

"Tidak. Aku mau sekarang .. kumohon?"

“Oke, aku akan mengeringkan sepatumu dulu sebelum kita ke sana.” ucap Somi mengalah.

Memang benar bocah kecil itu tumbuh dimanja oleh orang tuanya terutama Somi. Mereka sangat mencintai anak itu sampai-sampai mereka akan memberikan semua yang dia minta bahkan jika itu tidak perlu.

Tuan Manoban sangat terpukul saat pertama kali mendengar tentang bayi Jennie, dia sangat marah kepada Lisa sampai-sampai menyakitinya secara fisik karena putrinya mengatakan kepadanya bahwa Somi hamil, yang membuatnya menyadari bahwa mungkin itulah alasan kenapa Jennie mengalami keguguran. Tetapi kemudian, dia menerima bayi Lisa dan Somi karena itu masih cucunya.

"Hei, Tuan Song, bisakah aku minta permen?" Liam bertanya sambil mengintip ke atas meja, menunjuk ke botol cokelat.

“Tentu tapi pastikan untuk menyikat gigi setelahnya atau Lisa akan membunuhku.” Dr. Song terkekeh dan meletakkan koran yang dipegangnya untuk memberikan apa yang Liam minta. Dia membukanya sebelum memberikannya pada Liam.

"Terima kasih untuk ini." Liam berkata sebelum berlari kembali menghampiri ibunya.

Mereka keluar dari kantor dan menuju lift untuk mencapai kantor Direktur tempat Lisa berada. Liam terus menari saat melihat bayangannya melalui lift.

LOST (ID) -JENLISA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang