Chapter 66

5.2K 499 21
                                    

Lisa mengendarai mobilnya tidak jauh dari apartemen Jennie. Dia bersama Bobby dan mereka membeli beberapa kaleng bir untuk minum. Mereka menghabiskan seluruh perjalanan tanpa berbicara karena tidak ada yang berani memulai percakapan. Ketika mereka berhenti di tempat di mana tidak ada orang yang lewat dan sunyi, Lisa adalah orang pertama yang keluar dari mobil dan mengambil minuman dari bagasi mobil, dia menutup dan meletakkan bir di atasnya.

Lisa melempar bir kaleng ke Bobby yang baru saja turun. "Ayo mulai". Lisa melompat untuk duduk di bagasi.

Bobby membuka kalengnya dan bersandar di bagasi, meletakkan tangan kanannya di atasnya sambil memegang bir dengan tangan yang bebas.

"Jadi, apa rencanamu? Apalagi sekarang kau tahu kalau Reign adalah putramu?" Bobby dengan blak-blakan berkata, dia tidak menatap Lisa melainkan melihat bir-nya.

Jangkrik mulai mengeluarkan suara, pepohonan menari menembus angin yang bertiup sangat kencang, membuat rambut mereka berantakan. Lisa membuka kaleng bir dan meminumnya, merasakan tekstur bir yang nyaman, dia tidak akan mabuk karena dia harus pulang.

"Kau tidak hanya menghancurkan satu keluarga, kau juga menghancurkan keluargamu," kata Bobby.

"Bagaimana kau mengenalnya?" Lisa menghindari pertanyaan itu.

Bobby tersenyum masam. "Aku tidak sengaja bertemu dengannya karena dia sedang mencari apartemen murah saat tinggal di desa kami, dia mengatakan bahwa dia hamil. Aku melihat betapa lelah dan hancurnya dia saat itu jadi kurasa, dia benar-benar butuh bantuan, jadi siapa aku untuk tidak pengertian? Aku membantunya dan menawarkan rumah kosong kami." Katanya, dia tersenyum setiap mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Apakah dia .. Apakah dia hidup dengan baik?"

Bobby meneguk minuman "Iya. kami membantunya, jangan khawatir. Kami mengurus dia dan anakmu. Dia memaksakan diri untuk bekerja keras walaupun itu tidak baik karena dia masih mengandung Reign. Kami tidak bisa menghentikannya karena dia selalu memberi tahu kami bahwa dia baik-baik saja dan dia perlu bekerja keras karena tinggal sendirian dan membesarkan bayinya sendiri." Ujar Bobby sambil mengguncang kaleng bir.

Lisa menganggukkan kepalanya dan menghela nafas, dia bisa merasakan sakitnya sambil memikirkan Jennie. Meskipun dia tidak menyaksikan semuanya, Lisa bisa dengan jelas membayangkan bagaimana Jennie mengalami situasi sulit saat jauh dari semua orang.

"Tahukah kau bahwa aku ingin memukulmu setiap kali aku melihatmu?" Bobby bertanya dan menatap Lisa, gadis itu terkekeh dan berdehem.

"Aku bisa merasakannya," Lisa bergumam, "Semua orang ingin melakukannya."

Bobby mengatupkan rahang dan menaruh semua amarah ke tangannya yang memegang kaleng bir.

"Aku tidak percaya ada orang seperti itu, mengharapkan kematian seseorang. Bagian terburuknya adalah, dia anakmu sendiri. Darahmu mengalir melalui nadinya. Apa kau yakin kau manusia?"

Lisa tidak dapat mengatakan apapun dan hanya membiarkan Bobby berbicara.

"8 tahun kan?"

"Ya..."

"Pernahkah kau merasa menyesal? 8 tahun bukanlah lelucon. Aku tahu tahun-tahun itu terasa seperti selamanya kan?"

Lisa merapatkan bibirnya sebelum meminum bir dalam jumlah besar. Ia menutup matanya saat memaksa untuk mengosongkan kalengnya. Dia meratakan kaleng itu sebelum melepaskannya.

"Aku tidak pernah menyesali bertahun-tahun yang kami lewati," kata Lisa, tenggorokannya terbakar. "Aku hanya merasa menyesal pada orang yang paling aku cintai. Memang benar, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, pandangan dalam hidup, pesona, kecerdasan. Artinya, setiap orang unik. Aku menemukan seseorang yang melengkapiku ku, aku menemukannya tetapi juga kehilangan dia."

LOST (ID) -JENLISA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang