Jennie's P. O. V.
Aku bangun sekitar jam 4 pagi hari ini, maksud ku setiap hari. Entah kenapa rasanya aku memiliki body block saat waktu sudah mencapai pukul 4, mataku secara otomatis akan terbuka. Mungkin karena aku bekerja di pertanian selama beberapa tahun terakhir.
Aku memutuskan untuk memasak sarapan, syukurlah aku menghemat uang dari pekerjaan sebelumnya. Sudah ada anggaran untuk popok, susu, dan makanan untuk Reign. Sulit untuk membuat anggaran jika hanya menghemat sedikit uang. Aku sangat ingin bekerja di Firma Hukum secepat mungkin.
Aku berjalan ke kamar dan melihat putra ku yang sedang tertidur lelap.
Aku benar-benar ragu untuk mengunjungi Dr. Lee, tetapi setiap kali berpikir bahwa dialah alasan utama kenapa putra ku masih hidup dan bernapas, aku harus berterima kasih padanya. Aku tidak pernah sempat mengucapkan terima kasih sejak meninggalkan rumah sakit hari itu.
Aku berhutang budi padanya jadi aku harus melakukan ini. Meski tahu bahwa dia bekerja dengan Lisa, dengan tim dan di kantor yang sama, aku tidak peduli. Reign bukan anaknya. Dia tahu bahwa anak kami sudah meninggal.
Pikiranku hanya pada kesehatan, kehidupan, dan segalanya untuk Reign. Aku tidak memikirkan apapun, bahkan keluarga ku? Aku tidak pernah memikirkan mereka. Hanya Ella, aku sangat merindukan adikku.
Reign bergerak sedikit dan ingin menangis saat aku menepuk kakinya untuk memberi tahu bahwa aku ada di sampingnya. Aku tidak tahu pekerjaan apa yang akan ku ambil alih di kantor, entah aku akan memiliki klien atau hanya akan duduk di sana dan menunggu surat-suratnya datang.
Saat memastikan bahwa Reign sudah tidur nyenyak lagi, aku kembali ke dapur dan melanjutkan memasak sarapan. Angin bertiup melalui jendela, menandakan bahwa musim dingin akan datang. Kami harus menggunakan jaket dan sepatu bot tebal begitu berjalan-jalan di Kota hari ini.
Aku perlu membeli beberapa kebutuhan untuk Reign sebelum aku mulai bekerja. Cukup sulit untuk melakukannya saat aku memiliki beban kerja nanti, jadi lebih baik bersiap-siap dari sekarang.
Aku meletakkan piring sederhana di atas meja dan menutupinya. Aku harus menunggu Reign bangun agar kita bisa makan.
Setelah itu aku mengambil kotak yang penuh dengan sampah karena kemarin saat kami berkemas. Memakai sweter sebelum pergi keluar, meninggalkan putra ku untuk sementara waktu. Aku membuka pintu dan angin menghantam tubuhku terlalu keras hingga kotak itu tertiup angin.
"Ya Tuhan! Aku harus membersihkannya lagi." Aku menghela nafas dan mengambil beberapa kertas di lantai.
Aku tidak memperhatikan bahwa matahari mengintip di atas awan. Setiap orang bangun untuk bekerja. Ketika selesai mengambil kertas-kertas itu, aku buru-buru berjalan menuju gerbang dan meletakkan kotak itu di luar agar petugas sampah dapat melihatnya.
Jujur saja, aku agak merindukan kota ini tetapi aku lebih merindukan desa. Tidak ada suara bising kendaraan saat bangun disana, tapi inilah kenyataannya, aku harus bekerja untuk Reign.
Suara tangisan terdengar dari di dalam rumah saat aku kembali, jadi aku segera berlari untuk memeriksanya. Aku melihat Reign sedang memeluk boneka beruang kecil yang diberikan Bobby sambil menangis dengan suara keras. Aku menutup pintu dan menghampirinya.
"Apa kau takut?" Tanyaku, dia menganggukkan kepalanya "Maaf .. Ini susumu sebelum kita mulai makan."
Aku memberikan botolnya dan Reign menghisapnya. Dengan hanya menatap wajahnya membuat energi ku meningkat.
"Siapa yang memberikan ini padamu?" Aku bertanya, dia melihatnya dan memeluknya lebih erat "Paman Bobby?"
Dia menganggukkan kepalanya dan membenamkan wajahnya di lekuk leherku. Itu mainan favoritnya, dia tidak pernah punya mainan mahal dari mall atau toko terkenal. Aku hanya memberinya mainan murah yang ku beli dari supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...