"Jennie.." Gumam Lisa, sembari mencoba untuk meraih lengan Jennie, namun gadis itu menjauh.
Kali ini, air mata Jennie terjatuh di pipinya. Ia menyekanya dan menundukkan kepalanya, Jennie tidak tahu kenapa dia menangis, dia tak bisa menatap Lisa karena rasa sakit yang bisa dirasakannya. Rasa sakit yang Jennie kira sudah menghilang beberapa tahun lalu.
"Semuanya cukup, Jennie," Ujar Lisa, ia mengatupkan tinjunya sebelum mengacak rambutnya sendiri dan memandangi lautan. Lisa menghela nafas Panjang karena tak bisa menjawab pertanyaan dari Jennie, ia tahu bahwa hari ini akan datang. "Semuanya cukup, hanya saja.. hanya saja aku terlalu bodoh karena aku gagal." Lanjutnya.
Gadis jangkung itu menatap Jennie. "Aku gagal mempertahankanmu.. aku gagal,Jennie. Maafkan aku jika mengecewakanmu." Suara Lisa serak.
Jennie menatap Lisa, membangun keberaniannya untuk menatap Lisa. "Kau gagal karena aku juga gagal memberimu segalanya?" Tanya Jennie.
"Tidak Jennie.. Kau cukup, hanya saja—''
"Aku tidak cukup. Kau tahu itu Lisa, aku tidak cukup!" Pekik Jennie. Tangisnya pecah, ia tak menyekanya lagi dan membiarkan air mata mengalir di pipinya. "Jika aku cukup, kalau begitu katakan padaku kenapa kau mencari orang lain? Kenapa kau menuduhku berselingkuh?"
"Aku marah dan cemburu saat itu. Aku tidak tahu apa yang harus kupikirkan saat melihatmu di rumah Mino. Aku tahu, aku tidak mendengarkanmu karena buta oleh amarah. Ini bukan penjelasan yang bagus tapi aku mengatakan yang sebenarnya, Jennie. Pikiranku dipenuhi amarah saat itu sehingga membuatku meniduri seseorang, itu sebuah kesalahan." Jelas Lisa, ia menundukkan wajahnya dan mulai terisak.
"Kenapa kau harus memintaku melakukan aborsi, Lisa? Kau merasa senang saat Somi hamil dan kau bahkan bangga mengatakannya padaku karena dia mengandung anak-mu.. Lalu bagaimana dengan Reign? Katakan padaku, apakah itu kesalahan yang kau bicarakan? Sepertinya Reign adalah kesalahan," Jennie mencoba untuk mengatur kata-katanya sembari memukuli dada Lisa. "Kita bersama Lisa, selama delapan tahun. Kenapa kau meninggalkanku? Aku meninggalkan segalanya untukmu, Lisa.."
Jennie meninju dada Lisa perlahan, ia tenggelam dalam tangisan, matanya kabur karena genangan air mata.
"Aku tidak tahu kenapa itu terjadi, Jennie. Aku tidak tahu kenapa." Lisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan.
"Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang Lisa? Kami menunggumu, lalu kenapa sekarang?" Jennie menanyakannya berulang kali.
Lisa tak menjawab, ia membiarkan air mata membasahi pipinya.
"Aku memohon padamu, hampir merangkak di kakimu agar kau tetap bersamaku. Aku menelan harga diriku dan membiarkanmu menginjak-injakku, berharap bahwa kau akan kembali padaku tapi aku salah. Kau mencari orang lain." Jennie terisak. "Aku menerimanya, Lisa. Aku menerima fakta bahwa seseorang mengandung anakmu juga. Aku membuat diriku terlihat bodoh hingga pada titik tidak apa-apa bagiku, tapi kenapa? Aku ingin tahu kenapa, Lisa!!"
Jennie menangis sejadi-jadinya, memukul Lisa berulang kali, namun kali ini menggunakan kedua tangannya.
"Aku pergi karena kukira kau akan mencariku! Bahwa kau akan sadar, aku menunggumu Lisa! Aku sudah bersiap untuk menepis segala amarahku dan bersamamu lagi tapi kau tidak muncul. Aku menunggumu setiap menit, setiap hari, setiap malam, berharap kau akan mengirimi pesan dan memintaku kembali. Aku nyaris mengakhiri hidupku karena menunggumu, sebegitu bodohnya aku. Kau adalah hidupku Lisa.. Apa aku bagimu? Lisa, kumohon katakan padaku apa yang terjadi! Apa yang terjadi, Lisa?"
Jennie berlutut dan mulai menangis dengan semakin keras. Meneriakkan segala rasa sakit yang ia kubur selama ini. Lisa berdiri disana dan memicingkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Fanfiction"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...