Sesampainya di sekolah, Bintang langsung menuju kelas cowok itu.
Saat berada di koridor, ia dibuat terkejut atas kehadiran Reval yang tiba-tiba muncul dari koridor sebelah barat.
“Reval ngagetin aja. “ Bintang mengelus dada. “Baru juga gue mau ke kelas lo. Nih minuman...”
“Habis kemana kemarin?” tanya Reval tiba-tiba memotong ucapan Bintang.
Ia menatap cewek itu dengan sorot mata tajam, hingga membuat Bintang kikuk sendiri.“E-enggak. Gue enggak kemana-mana.” Bintang berbohong.
“Engga usah bohong.”
Melihat ekspresi Reval yang begitu menyeramkan membuat Bintang ciut.
“I-iya, kemarin gue abis—“
“Jalan sama cowok?” Reval menaikkan sebelah alisnya.
Bintang tak bisa mengelak lagi. Ia menunduk menatap tali sepatunya.
“Gue minta maaf,” ucap Bintang pelan. Ia tahu tak seharusnya ia pergi berdua dengan cowok lain tanpa mengabari pacarnya sendiri. Tapi Rega kan hanya temannya, tidak lebih!
“Gue enggak nyuruh lo buat minta maaf.”
Bintang mendengat mencoba memberanikan diri menatap Reval.
“Ya abisnya lo kan sama Zahra, jadi apa salahnya gue sama cowok lain.”
“Lo cemburu?”
Untuk sesaat Bintang terdiam. Tebakan Reval tepat sasaran. Kenapa sulit sekali mengatakan kalau ia cemburu.
“Menurut lo?”
“Zahra Cuma temen, enggak lebih.”
“Cowok itu juga temen gue. Jadi imbang kan? Udahlah, males debat pagi-pagi.” Bintang menyerahkan minuman itu kepda Reval kemudian bergegas pergi, demi menghindari perdebatan yang tak berujung.
Sementara itu, Reval menarik senyuman tipis. Cewek itu begitu menggemaskan saat marah.
(****)
Tak terasa hari terus berlalu. Acara ulang tahun sekolah sudah di depan mata. Semua persiapan sudah lengkap, mulai dari kaos putih yang bertuliskan "HUT SMANLITA 67" sudah di bagikan kepada semua siswa, panggung yang sudah berdiri kokoh, beberapa stand sudah di siapkan.
Acara tahun ini sangat meriah, karena pesertanya bukan hanya dari kalangan SMA Pelita saja, melainkan siswa luar juga bisa hadir dengan syarat menunjukkan kartu pelajar.
Bintang memberitahu teman-teman The Vibernya agar turut hadir, dan mereka menyetujuinya.
Pagi ini Bintang ada di stand yang menjual berbagai makanan berbahan coklat, bersama Jessica. Cewek itu tengah asyik memilih memilih kue-kue dengan toping coklat yang tebal. Sementara itu, Bintang meraih ponselnya dari dalam saku, kala benda pipih tersebut berunyi.
Niva: Kita ada di dekat panggung. Lo di mana?
Bintang mengedarkan pandangannya ke area panggung untuk mencari teman-teman The Vibernya yang sudah sampai. Setelah itu, ia kembali menatap ponselnya.
Bintang: Coba lihat ke kanan, ada stand yang jual kue coklat. Sebelah stand photo booth.
Niva: Oke.
“Enak banget, Ntang. Lo enggak mau beli?” tanya Jessica sambil memakan bola-bola coklat yang ia beli.
Bintang menoleh. Ia tak tertarik sedikitpun terhadap kue-kue coklat tersebut.
“Enggak, lo aja. Nanti gue bayarin,” sahut Bintang. Ia duduk di kursi panjang yang ada di sebelah stand itu.
Mendengar hal itu Jessica tersenyum senang. Makan coklat geratis sepuasnya. Siapa yang akan menolak?
Bintang memeriksa ponselnya, memeriksa apakah Reval mengiriminya pesan, namun ternyata tidak. Bintang mendengkus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Teen FictionBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...