H A P P Y R E A D I N G
Saat bel jam istirahat berbunyi, Bintang hanya diam sambil membaca sebuah buku yang ia bawa dari rumah. Sedangkan Jessica, cewek itu langsung memeluk Bintang dari samping setelah mengemasi buku-bukunya.
Bintang mendorong kepala Jessica dengan sebelah tangannya agar cewek itu berhenti menyenderkan kepalanya.
“Jess, gue gerah lo peluk mulu. Genit bener lo anjir!” Bintang memasang wajah juteknya.
“Gue kangen banget sama lo tau,” sahut Jessica masih memeluk Bintang.
“Eh gila, kemarin aja masih ketemu.”
“Gue khawatir banget tau. Kemarin aja gue nangis-bnangis. Gue kira lo bakalan mati,” ujar Jessica bermaksud bercanda. Namun rupanya itu membuat perasaan Bintang berubah.
“Lebay lo!” Bintang mendorong Jessica. Setelah Jessica tak lagi memeluknya, Bintang kembali fokus membaca buku.
Jessica menoleh, penasaran dengan apa yang dibaca temannya itu.
“Itu novel apa, Ntang?” tanyanya sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya.Bintang menoleh, “Novel pala lo! Ini buku kedokteran,” sahut Bintang tanpa menoleh.
Jessica hanya mengangguk-nganggukkan kepala. Ia membuka kotak kecil yang berisi bola-bola coklat, yang ia beli di bazar kemarin.
“Lo kepingin jadi Dokter?” tanyanya lagi sembari mengunyah bola-bola coklat tersebut.
Perlahan Bintang mengangguk. Namun ada sedikit keraguan dalam dirinya. “Tapi gue enggak yakin,” ucapnya menutup buku tersebut.
“Kenapa engak yakin? Gue aja yakin lo bakalan bisa,” ujar Jessica menyemangati.
Bintang menoleh dan tersenyum.
“Semangat!” Jessica mengepalkan tangannya ke atas, menyemangati temannya.
Betapa beruntung Bintang memiliki sahabat seperti Jessica. Walaupun suaranya cempreng dan ngeselin tak tertulung, namun cewek itu selalu mendukung apa yang ia inginkan.
Tiba-tiba ponsel Bintang berbuunyi. Ia lalu segera meraih benda tersebut dari dalam kolong mejanya.
Reval Batu: Ke kantin.
Bintang memutar bola matanya malas.
Bintang: Enggak, males.
Reval Batu: Lo belum makan.
Bintang: Enggak enak.
Reval Batu: Cepat ke kantin. Jangan bikin gue marah.
Bukannya takut, Bintang membacanya malah tertawa sampai membingungkan Jessica.
Bintang: Emang lo bisa marah?
Reval sudah tak membalas pesannya. Bintang pun tak perduli. Ia yakin itu hanya sebaai gertakan. Ia lanjut memakan coklat yang dibawa oleh Jessica.
“Ntang, gue ke kantin dulu, Vano ngechat. Mau ikut?” tawar Jessica.
Yang diajak hanya menggeleng. Ia asik memakan coklatnya. “Enggak.”
“Oh yaudah. Eh btw coklatnya lo abisin aja. Yang bayarin gue kan lo,” ujar Jessica lalu pergi ke kantin menyisakan Bintang di kelas seorang diri.
Bintang yang tengah asyik memakan coklat sambil menonton youtube dengan telinga yang disumpal dengan earphone itu, terkejut ketika menyadari seseorang berdiri di depannya .
“Reval?” Bintang melepas earphonenya kemudian ikut berdiri.
Ternyata Reval benar marah. Wajahnya sangat datar, tatapannya tajam sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
JugendliteraturBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...