BAB 25

594 40 0
                                    


"Gue enggak bakalan pulang sama lo. So please, jangan ke geeran dulu lo," ujar Bintang meremas tali tasnya.

"Terus?"

"Gue mau lo hapus video gue," jawab Bintang tanpa ragu. Ia menatap lekat mata Reval.

Reval tak menjawab. Ia menyalakan mesin motornya lalu secepat mungkin peri meninggalkan area sekolah.

"REVAL!" pekik Bintang kesal.

"Nyebelin banget sih tu cowok! Arghh kalo gini mana bisa gue tenang," ucap Bintang frustasi mengacak rambutnya sendiri.

Bintang mengatur nafasnya, sambil berkacak pinggang. "Awas aja lo Reval, gue bakalan ganggu lo terus. Sampai lo ngerasa keganggu, terus nyerah, terus hapus video gue. Hahaha."

(*****)

Malam ini, Reval, Vano beserta Dino tengah berada di sebuah kafe tempat biasa mereka nongkrong. Kafe indah yang tak begitu mewah namun terasa nyaman sebagai tempat tonkrongan. Apalagi yang terpenting, di sini mereka tidak menemukan pasangan. Kalau kata Dino, sih couple jaim yang hanya bisa membuat jiwa kejombloan meronta-ronta.

"Seasem-asemnya buah mangga muda, lebih aseman lagi mukanya si do'i," sindir Dino menoleh kearah Reval yang wajanya di tekuk.

Reval menatap Dino sinis. "Nyindir gue?"

"Yaiyalah, siapa lagi? Masak Vano? Si Vano wajahnya ceria gitu," sahutnya.

Reval menoleh ke arah Vano yang begitu ceria malam ini, entah apa yang membuatnya begitu bahagia. Yang jelas, bibirya tanpa henti menciptakan senyuman.

"Gila," ejek Reval kepada Vano yang sedari tadi senyum-senyum tak jelas.

"Iri bilang, Bos," sahut Vano mengejek kembali.

"Hahaha, makanya cari cewek dong, Val. Biar enggak suram masa SMA lo. Nanti kalo udah lulus, bisa lo ajak kawin," kata Dino. "Lagian, ganteng kok menjomblo. Gue aja yang jelek enggak jomblo."

Reval dan Vano tertawa, baru kali ini mereka mendengar klarifikasi langsung seorang Lalu Dino Semesta, mengakui bahwa dirinya jelek.

"Nyadar juga lo, kalo lo itu jelek," kekeh Vano.

"Enggak jelek-jelek juga kali," elak Dino.

"Perlu konfrensi pers?" Reval yang sedari menyimak, kini ikut bicara.

"Serah lo pada, cogan mah ngalah." Dino memasang gaya sok keren, dengan menyisir rabutnya dengan jari, serta kedipan mata menggoda.

"Masa SMA itu untuk mencari jati diri, bukan calon istri," tutur Reval serius.

Dino diam, mencoba mencerna ucapan Reval. "Oh gitu. Caranya gimana?"

"Ya lo pikir aja sendiri, Dino," sahut Vano geram. Ia bingung, sebenarnya apa isi otak Dino, sehingga tololnya tak tertolong. Giliran membahas cewek, otaknya lancar bak sinyal 5G.

Reval hanya terkekeh. Ia tak mengerti jalan pikir kedua temannya itu. ia lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Emang lo paham?"

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang