BAB 6

1.1K 169 14
                                    

Bintang berjalan menuju ruang kelas 12 IPS 2, dengan lengan baju yang dilipat persis seperti cewek berandalan. Lain halnya dengan Jessica yang terlihat rapi, dengan polesan make up yang sesuai dengan wajahnya.

Saat sampai di depan pintu kelas 12 IPS 2 yang tertutup, Bintang mengetuknya dengan keras. Pintu ruang kelas itu terbuka, menambah seorang cowok yang tak lain adalah Andra, si ketua kelas.

"Mana? Tinggal dua," tagih Bintang dengan menumpukan berat badannya pada tembok.

"Eh... Mereka enggak mau," jawab Andra gerogi dengan tatapan Bintang kepadanya.

Andra memang menyimpan hati untuk Bintang sejak kelas 10, namun tak kunjung dibalas oleh Bintang. Sejujurnya Andra pernah menyatakan perasaannya kepada Bintang, namun cewek itu menganggap ucapan Andra hanya sekedar guyonan semata.

"Woi!" Bintang memukul pintu kelas yang mebuat Andra tersadar dari lamunanya yang entah sampai ke Paris atau tidak.

Andra tersenyum gerogi. Sebenarnya Andra itu tampan dan pintar, banyak cewek yang suka dengannya. Namun ia terlalu fokus ke pelajaran sampai ia tak bisa bergaul dan tak bisa merawat dirinya. Ia nampak culun dengan kaca mata bulat, rambut yang lurus dan ya, begitu culun di mata Bintang.

"Mana tinggal dua?!" tanya Bintang mengulangi. Andra masih saja senyum-senyum sendiri menatap mata Bintang.

Bintang menengok ke arah Jessica yang bengong melihat sikap Andra yang cengengesan sendiri bak manusia yang hilang kesadarannya. Bintang menepuk pundak Jessica keras, sehingga membuat sang empu sedikit meringis kesakitan.

"Aduh, sakit tau. Lo apa-apaan sih?"

"Lo yang apa-apaan! Ngapain lo ikut planga-plongo kayak ni cowok?"

Jessica menyengir. "Heheh."

Tak ingin menunggu lama dan mengulur-ulur waktu, tanpa basa-basi Bintang menarik kerah seragam Andra yang masih tak sadar, agar menjauh dari pintu kelas. Ia kemudikan masuk kedalam kelas 12 IPS 2 dan disambut oleh senyuman dari semua penghuni kelas.

Banyak cewek yang menyapanya ramah, dan banyak pula cowok yang merayunya. Namun berbeda dengan satu cowok yang ada di bangku paling pojok deretan ke dua. Wajahnya nampak begitu datar, tak sedikitpun bibirnya bergerak untuk mengucapkan sepatah kata.

Sok cool banget tu cowok, gumam
Bintang menatap tajam cowok yang juga tengah menatapnya itu.

"Bintang, makin cakep aja. Jadi pacar gue mau?" ucap seorang cowok yang berada di depannya.

Namun Bintang tak begitu menghiraukannya, ia hanya membalasnya dengan senyuman kecut. Bintang fokus dengan tujuan awalnya datang ke kelas ini.

Dengan lantang Bintang lalu berucap, "yang belom ngasih gue fas Poto sama tanda tangan siapa?"

Seluruh siswa yang ada di kelas itu saling menatap satu sama lain. Lebih tepatnya siswa yang cowok, mereka saling bertanya.

"Gue," aku seorang cowok yang berdiri dari tempat duduknya, dan menarik perhatian semua teman kelasnya.

Bintang menyipitkan matanya, tatapan mengintimidasi itu terarah ke Reval, cowok dingin dan menjadi idaman oleh hampir semua siswa perempuan yang ada di SMA Pelita.

"Mana, siniin. Serahin ke gue!" ketus Bintang dengan suara lantang.

Jessica yang masih ada di luar kelas mengintip dari balik pintu, merasa ngeri sendiri kepada Bintang. Padahal Bintang sahabatnya yang tak pernah sedikitpun membentak dirinya, sebesar apapun kesalahan yang pernah ia perbuat.

Reval meraih sebuah kertas dari atas meja belajarnya, lalu membawanya ke depan ke arah Bintang yang masih berdiri tegak dengan tangan di lipat di depan dada.

"Nih," ucap Reval sambil menyerahkan foto dan tanda tangannya itu.

Belum sempat Bintang meraihnya, Reval merobeknya hingga kecil di depan Bintang, lalu membuangnya begitu saja.

"Lo pikir semudah itu?" Reval menatap tajam mata Bintang yang sudah mulai menyala akibat api emosi.

Bintang memang tipikal orang yang langsung bertindak ketika marah, tak perduli cewek ataupun cowok. Jika ia merasa telah disakiti ia tak akan melepasnya sebelum memberinya pelajaran.

"Jangan murahan jadi cewek!" cibir cowok yang bernama Reval itu. Ia lalu pergi keluar dari kelas meninggalkan Bintang dengan perasaan malu.

Semua siswa yang ada di kelas menjadi diam seketika menyaksikan kejadiam langka. Termasuk tiga cewek yang sedari tadi menampilkan senyum sinis. Seorang Bintang dicap murahan oleh cowok.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Bintang mendapat perlakuan yang begitu memalukan dari cowok. Dengan wajah yang penuh emosi, Bintang keluar dari kelas, meninggalkan Jessica dengan Andra yang masih diam di belakang pintu.

Jessica berlari mengejar Bintang yang hilang begitu saja bak mahluk gaib.

Bintang masuk ke dalam toilet perempuan, di sana ia langsung membasuh mukanya di wastafel. Namun karena tak berhati-hati, tangannya sedikit tergores oleh kaca yang sedikit retak, di depan wastafel.

Jessica yang khawatir dengan Bintang, langsung menghampirinya.

"Sabar Ntang, sabar."

"Ini pertama kalinya gue di katain murahan sama cowok." Bintang memandangi dirinya pada cermin yang ada di depannya.

"Apa iya muka gue murahan?" tanya Bintang. Ia terus menerus menatap pantulan dirinya lekat-lekat.

"Jess coba liat muka gue. Apa muka gue mirip sama Bu Nani, Inak Iyem, Mpok Mitay? Kok bisa sampai di bilang murahan?" tanya Bintang.

Jessica memutar bola matanya malas. Ia kira Bintang akan mengamuk setelah dikatai murahan oleh Reval. Namun ternyata tidak.

"Sinting!" umpat Jessica pelan.

Jangan lupa Vote dan Comment.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang