BAB 72

465 29 4
                                    

"Please, gue minta  kalian jujur sama gue," pinta Zahra.

Dini menatap Zahra tajam, lalu tersenyum licik. "Oke."

"Lo tau Erik kan? Dia cowok gue. Erik yang kasih tahu semuanya tentang Bintang," beber Dini.

"Terus ada masalah apa lo sama Bintang?" tanya Zahra curiga. Ia yakin Dini ada tujuan lain.

"Lo lupa? Gue kan udah bilang, gue ngelakuin ini buat lo. Biar nggak ada saingan buat deketin Reval."

"Gue nggak percaya. Lo sebenarnya ada niat lain kan Din?"

"Nggak!"

"Lo mending jujur Din!"

"Iya!" Dini berdiri membelakangi Zahra dengan tangan di depan dada. "Gue ngelakuin ini ada maksud lain."

Zahra terkejut. Ternyata benar feeling-nya.

"Erik adalah teman masa kecilnya Bintang. Erik sama Bintang dulu kayak saudara yang nggak bisa dipisahin. Erik selalu nemenin Bintang karena dulu nggak ada yang mau temenan sama Bintang."

"Kenapa?" Zahra mengernyit.

"Karena dulu Bintang PENYAKITAN," jawab Dini menekan kata Penyakitan.

"Bintang pergi ninggalin Erik tanpa kabar. Dan setelah bertahun-tahun akhirnya Erik ketemu lagi sama Bintang, tapi sayangnya waktu itu Erik lihat Bintang bareng Rega."

Zahra semakin bingung. "Rega? Rega siapa?"

"Rega itu musuh Erik. Sahabatnya Bintang sekarang."

Zahra terdiam. Rega, ya nama itu seperti tak asing di telinganya. Seperti pernah mendengar namun ia lupa.

"Rega," gumam Zahra coba mengingat-ingat.

"Oh Rega cowoknya Bintang?" Zahra terdengar heboh.

"Lo kenal?" tanya Ela yang sedari tadi hanya diam.

"Iya, gue nggak sengaja ketemu waktu beli Boba sama Reval. Dia pernah mukulin Reval sampai babak-belur," bebernya.

Dini berbalik badan memandang Zahra licik.

"Udah tau kan? Sekarang lo mau apa lagi?"

"Gue mau lo berdua berhenti gangguin Bintang," sahut Zahra.

Dini berdecih. "Kenapa emangnya? Lo mau temenan sama si cewek penyakitan itu?"

Ela terkekeh. "Yaudah sih. Temenan, temenan aja kali."

Dengan tangan terkepal dan emosi yang memuncak, Zahra pergi meninggalkan kedua temannya itu.

(***)

Udara pagi ini begitu dingin. Di luar masih hujan. Dari semalam hujan lebat serta angin kencang menerpa kota.

Di dalam kamar, seorang cewek dengan sweater bewarna mint duduk di kursi dekat jendela, memandang rumput yang basah karena butiran air hujan.

Sudah hampir dua minggu ia tak pergi ke sekolah. Ia rindu sekolah, ia rindu kantin, ia rindu Jessica, Vano, Dino dan... Reval. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia memang betul-betul rindu dengan cowok itu.

Dengan wajah yang pucat dan tubuh yang sedikit kurus, Bintang bangun dari duduknya sambil membawa segelas coklat hangat yang dibuatkan oleh Rina.

Bintang memandangi pantulan dirinya di cermin. Ia menyisir rambutnya yang dibiarkan tergerai, dengan pelan.

"Jessica, Vano, Dino, Reval. Gue kangen..." lirihnya menahan tangis.

"Bintang," panggil Rina pelan menatap malang putrinya itu.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang